6. Menjadi Siswi Baru

1046 Words
"Kenapa wajahmu terlihat tegang?" Rosemary berusaha tersenyum. "Bolehkah aku tau siapa namamu?" ia mengalihkan pembicaraan, daripada membahas lebih dalam tentang Mermaid. "Aku Riana. Dimana orang tuamu? Aku akan mengantarkanmu pulang," Riana sangat baik, ia merasa tidak tega dengan Rosemary yang di temukannya saat para nelayan hampir menghakiminya dengan membawanya kepada kepala desa. Awalnya Riana tidak percaya ada seorang Mermaid pingsan. Namun untuk memastikannya ternyata ekor yang seharusnya seperti ikan itu tidak ada, kecuali sepasang kaki manusia pada umumnya. Rosemary bingung mencari jawaban tepat. Lalu ia hanya bisa berkata. "Orang tuaku sedang sibuk sekali. Ya, mereka sudah tidak peduli lagi denganku," jawaban yang terbata-bata itu membuat Riana heran. "Kau boleh tinggal disini. Sampai orang tuamu membawamu pulang." Rosemary mengangguk. "Terima kasih." Riana meneliti setiap penampilan Rosemary, seperti anak remaja pada umumnya. "Besok, kau bisa bersekolah," ujar Riana tersenyum. Ia menginginkan seorang anak, sejak dulu hingga sampai saat ini keinginan itu tidak pernah terwujudkan. Rosemary tidak mengerti. Apa itu sekolah? "Tempat apa ya?" tanpa sungkan Rosemary bertanya begitu, ia tidak cukup mengerti dengan istilah-istilah bahasa manusia daratan. Riana heran. Sekolah adalah tempat belajar sekaligus mencari ilmu. Namun Rosemary tidak mengerti tentang sekolah. "Sebelum itu, kau tidak bersekolah?" Rosemary menggeleng. "Besok aku akan pergi ke sekolah. Aku sangat besemangat," untuk menghindari perilaku aneh, Rosemary hanya bisa pasrah dan menurut dengan ibu barunya. *** Keesokan harinya, Rosemary memakai seragam merah maaron dengan dasi pita yang di pasangkan oleh Riana. "Kau sangat cantik," puji Riana merasa pangling melihat Rosemary. "Bukunya sudah aku siapkan. Sekarang sarapanlah," bagaikan seperti seorang ibu yang merawat anak kandungnya sendiri, Riana sangat memperhatikan Rosemary. Sampai Rosemary lupa dengan misinya mencari Emilia, ia ingin menikmati hidup di daratan sebagai manusia. Tapi satu hal yang Rosemary khawatirkan adalah tentang kedua kakinya. Apakah akan selamanya seperti ini atau justru sewaktu-waktu berubah menjadi ekor Mermaid lagi? *** Sedangkan Emilia tumbuh menjadi remaja yang cantik dan murah hati. Ia berangkat ke sekolah bersama tetangga sebelah rumahnya. Yaitu bernama Arinalue Avitihne atau biasanya di panggil Arinalue. "Sudah hampir 3 tahun ini ya kita sekolah menengah atas. Hanya menunggu beberapa bulan saja lulus. Tapi, ujian siap-siap menanti," ucap Arinalue tidak bersemangat ketika mengatakan ujian, baginya terlalu berat karena seharian membaca buku sekaligus berlatih soal sesuai perintah dari kedua orang tuanya. "Pulpen yang kemarin aku kembalikan. Terima kasih," Arinalue hampir melupakan benda berisi tinta milik Emilia. "Sama-sama," pulpen itu Emilia masukkan ke dalam kotak pensilnya. "Menurutmu tahun ini apakah ada siswa baru lagi?" tanya Emilia penasaran, sedangkan kelas barunya 12 sosial satu tersisa satu kursi kosong. Arinalue mengusap dagunya, sedang berpikir dan menebak. "Sepertinya akan ada siswa baru. Dan dia pasti perempuan." Emilia terkejut. "Siapa? Bukankah kelas 12 sekarang tidak di perbolehkan menerima siswa baru? Ayolah Arinalue, sekarang semester pertama. Tapi untuk nilai-" ucapan Emilia terpotong oleh kehadiran seorang remaja laki-laki yang memakai seragam sama dari sekolah samudra. "Halo gadis-gadis cantik. Siapa namamu?" tanya laki-laki bernama Ace Ailar. Arinalue sedikit risih dan menjaga jarak dari remaja laki-laki genit itu. "Maaf, kau ini siapa berani berkenalan dengan kami?" tanya Arinalue sedikit ketus. Ace mengulurkan tangannya. "Namaku adalah Ace yang tampan. Ketua basket sekolah samudra yang selalu di kagumi semua siswi." Emilia berbisik. "Aku menyebutnya tampan dan pemberani. Kita harus apa agar dia jera dan berhenti menggoda?" Namun di tengah-tengah perbincangan mereka suara klakson mobil cukup menganggu itu mengalihkan perhatian pengguna jalan. "AWAS!" Emilia dengan sigap menarik tangan Ace untuk menyingkir menghindari mobil yang sedang mengebut, kecepatan diatas rata-rata itu seperti Ace terkejut, jantungnya berdebar cepat. "Hampir saja aku tertabrak. Huft, terima kasih ya?" senyuman ceria Ace itu semakin imut dan manis, tapi tidak bagi Arinalue dan Emilia. "Sama-sama. Ayo, sebentar lagi bel pasti masuk. Jangan menunda-nunda lagi," ucap Emilia mempercepat langkahnya, sekolah samudra sudah di depan mata. Rosemary keluar dari mobil sedannya, ia masih tidak mengerti apa itu sekolah. Bahkan saat ini ia sampai di sebuah gedung bertingkat tiga dengan lapangannya yang sangat luas. Rosemary berpikir seandainya istananya seluas ini, mungkin bebas untuk berenang dan pesta minum teh antar Mermaid. "Ini uang sakumu," Riana memberikan selembar uang limapuluh ribu pada Rosemary. "Terima kasih," meskipun masih tidak mengerti tentang kertas yang di berikam oleh ibunya, Rosemary tetap menerimanya. Pasti sangat berharga. Para siswa yang melihat kedatangan Rosemary dibuat takjub dan merasa kagum. Saat bersamaan itu pula, Emilia, Arinalue dan Ace berjalan melewati Rosemary. Ace sedikit melirik Rosemary. "Dia siswi baru ya?" ia bertanya pada Emilia dan Arinalue. "Ya. Tebakanku ternyata benar. Murid baru kita adalah perempuan," jawab Arinalue mengangguk. "Tapi, aku tidak pernah melihatnya. Ibu Riana adalah pemilik sekolah samudra ini. Sejak kapan dia punya anak?" Ace mulai heran. Karena ibu Riana tidak memiliki anak selama pernikahannya 5 tahun itu. Sangat mustahil bukan tiba-tiba mempunyai anak remaja prempuan yang begitu cantik dan berumur sekitar 18 tahun? "Dia anak tiri," bisik Arinalue dengan suara kecilnya, takut jika siswa lain mendengar ucapannya. "Ha?" Ace masih tidak mengerti juga. "Kau ini!" Arinalue akhirnya memukul pelan bahu Ace, ia hanya sebahu laki-laki itu. "Tapi lebih cantik kau. Daripada dia," puji Ace pada Emilia. Sejak pertemuan pertama ia langsung mengagumi Emilia saat itu juga. Jantungnya pun terus berdebar setiap kali dekat bersama Emilia. "Maksudmu aku?" tanya Emilia menunjuk dirinya sendiri. Ace mengangguk. "Ya, daripada Rosemary itu," jawabnya tidak bersemangat. "Kau tau namanya darimana?" Arinalue sedikit heran. "Semua siswa sedang membicarakannya. Bahkan mereka menyebut-nyebut Rosemary itu primadona cantik," Ace tidak tertarik sama sekali dengan Rosemary, karena hatinya tetap satu untuk Emilia. "Sudahlah. Sekarang ayo masuk ke dalam kelas. 5 menit lagi akan bel," ucap Emilia menengahi perdebatan kecil antara Arinalue dan Ace. *** Kelas 12 sosial satu, suasananya sedang hening karena kedatangan Rosemary. Bu Riana, sebagai walikelas mempersilahkan Rosemary memasuki kelas. "Perkenalkan dirimu," ucap bu Riana tersenyum. Rosemary mengangguk, ia bingung cara berkenalan dengan manusia bagaimana. "Aku Rosemary," setelah itu Rosrmary hanya bisa diam. Ia tak bisa mencari kara-kata yang tepat untuk berkomunikasi bersama manusia. Seisi kelas berbisik menilai penampilan Rosemary. "Dia cantik sekali." "Tadi aku melihatnya berangkat bersama ibu Riana. Mereka sepertinya mempunyai hubungan dekat." Rosemary mencari-cari seseorang. Seingatnya, Emilia memakai kalung mutiara sebagai identitas dari istana. Emilia mengambil buku tulisnya yang terjatuh, secara bersamaan saat Rosemary akan menatapnya Emilia bersimpuh di lantai. "Aku kira yang jatuh tadi bekalku," ucap Emilia. Rosemary menahan rasa kesalnya, ia tidak menemukan keberadaan Emilia. Haruskah ia menyerah saja? Atau justru 5 untaian itu akan sia-sia? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD