7. Tuduhan Ace

1022 Words
"Ada apa?" tanya Arinalue penasaran. Ia menoleh menatap Emilia yang bersimpuh mengambil buku tulisnya di lantai. "Buku tulisku jatuh," jawab Emilia kembali duduk tegak melihat ke arah depan. Saat itulah mata Rosemary bertemu dengan Emilia. 'Dia adalah kakak tiriku. Emilia White, yang selama ini dicari oleh ayah karena badai laut memisahkannya. Benar, kalung itu termasuk identitas istana Mutiara Laut,' batin Rosemary. Ia sangat yakin bahwa itu Emilia White. Akhirnya menemukan sang kakak tidak terlalu sulit baginya, hanya cukup mengenali kalung Mutiara berwarna putih tulang berkilauan sebagai tanda perhiasan dari istana. "Silahkan duduk di kursi yang kosong itu ya," ujar bu Riana pada Rosemary. Kursi, untung saja Rosemary mengerti dengan benda itu yang juga di miliki oleh istana. Rosemary duduk, ia menoleh menatap Emilia di sampingnya. Wajah yang begitu cantik, terlihat damai bagaikan semilir angin. Rosemary merasa iri dengan kecantikan Emilia. Ia berpikir bahwa Emilia lebih pantas menjadi seorang penerus generasi Mermaid kedua. "Hai. Siapa namamu?" Rosemary mencoba menyapa Emilia, ini adalah awal mulanya. Emilia seketika menoleh. "Oh hai juga. Aku Emilia. Senang bisa berkenalan dengamu Rosemary." Ace yang melihat interaksi antara Emilia dan Rosenary pun tidak suka. Tangan Ace mencubit jemari Emilia yang menganggur. "Hei," setengah berbisik, suara kecilnya agar tidak terdengar oleh Rosemary. Emilia meringis sakit. "Aduh! Ada apa?" sedikit jengkel Emilia menatap Ace, ternyata jahil juga. Awas saja ia akan membalas Ace nanti. "Jangan berinteraksi dengan orang asing. Kau langsung akrab begitu. Memangnya Rosemary baik?" satu alis Ace terangkat merasa heran. Emilia tersenyum tulus. "Pasti dia baik. Baru saja menyapaku ramah. Kau jangan salah sangka dulu, kita buktikan bahwa Rosemary adalah siswi yang baik," jawab Emilia melakukan pembelaan, ia selalu menganggap semua orang baik saat menyapa dan memberanikan diri untuk berinteraksi. Ace mengangguk. "Oke. Tapi jika Rosemary terbukti jahat, kau harus menjauhinya," seperti peringatan yang menakutkan, Ace hanya ingin melindungi Emilia. Meskipun baru saja mengenalnya tadi pagi dan satu kelas setelah sistem acak sesuai peringkat di setiap semesternya. Emilia percaya Rosemary baik. Tapi sedangkan Rosemary sendiri menatap Emilia seperti seorang tersangka yang perlu di tangkap. Rosemary tersenyum. "Kalungmu bagus sekali. Indah dan cantik," pujinya merayu Emilia agar bisa mengambil hati kakak tirinya itu perlahan-lahan. Di puji seperti itu membuat hati Emilia terbang dan senang. "Terima kasih. Ini adalah kalung yang sudah ada sejak aku masih bayi," tanpa ragu Emilia menceritakan sedikit kehidupannya pada Rosemary. "Emilia, tulislah rumus Trigonometri itu. Sebentar lagi akan ada tugas," Arinalue menyahut. Emilia terlalu berisik untuk kelas yang begitu sunyi. Emilia mengangguk. "Arinalue, aku sudah selesai. Tadi malam belajar rumus ini," ia memang tergolong rajin mempelajari materi selanjutnya sebelum di jelaskan oleh guru. Arinalue menghela nafasnya merasa lelah. "Kau ini terlalu rajin." Sedangkan Rosemaey berkenalan dengan teman seberang bangkunya. Ia mengajaknya mengobrol. "Namamu Ellen Fortuna?" tanya Rosemary tidak percaya, nama dewi keberuntungan yang selama ini di junjung tinggi para Mermaid. Fortuna mengangguk. "Panggil aku Fortuna. Senang bisa ada teman baru yang mau mengenalku," senyuman licik dari bibir Fortuna, selama ini ia selalu di jauhi oleh semua siswa baik itu teman sekelasnya atau para guru. Yang membuatnya di jauhi karena sikap anehnya akhir-akhir ini. "Fortuna. Aku Rosemary," ia memperkenalkan dirinya pada Fortuna. "Apa kau tidak memiliki seorang teman satu pun?" Rosemary sekedar bertanya, jika benar maka ia akan mendapatkan satu tangan kanan yang bisa di ajak bekerja sama. Fortuna menggeleng. "Tapi sekarang aku mempunyai satu teman, yaitu kau Rosemary." Ace mendengar itu semua. Ia berbisik pada Emilia. "Lihatlah, sekarang Rosemary berteman dengan Fortuna. Mereka pasti membuat sebuah rencana jahat. Kau harus tetap waspada," mata Ace tidak lepas dari dua objek yang kini saling berbicara santai bertanya tentang nama dan alamat rumah. "Ace, jangan menuduh orang sembarangan tanpa bukti. Belum tentu mereka sedang merencanakan hal jahat," ujar Emilia tidak suka Rosemary di jelekkan oleh Ace. "Terserah kau saja. Aku pastikan suatu saat nanti Rosemary akan jahat," Ace kembali fokus mencatat rumus Trigonometri di papan tulis. Emilia menghela nafasnya. Haruskah ia langsung percaya dengan Ace? *** Bel pergantian jam pelajaran ke tiga, artinya yang dimana setelah Matematika berganti dengan pelajaran Geografi. Bu Hilda membagi sebuah kelompok masing-masing sekitar 5 orang. Termasuk Arinalue, Ace, Emilia, Rosemary dan Fortuna. Perasaan Rosemary senang satu kelompok dengan Emilia. Cara ini akan ia gunakan untuk menenal lebih dekat siapa itu Emilia White. Ace memilih duduk menjadi salah satu penghalang antara Emilia dan Rosemary. "Permisi, aku sedikit gerah. Bolehkah duduk di bawah kipas angin kelas?" tanpa merasa takut Ace memberanikan dirinya, tapi pertanyaannya itu di peruntukkan Emilia saja. Dan Rosemary yang menyahut ketus. "Disini tidak akan muat. Kau duduk saja disebelah temanmu itu. Lagipula tempat ini sudah cukup sempit," setiap kelimat tajamnya Rosemary menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Ace. Ia telah mendengar ucapan laku-laki itu sebelumnya bahwa dirinya mempunyai niat jahat akan mencelakai Emilia suatu hari nanti. Meskipun benar, tapi Rosemary enggan rencananya ini diketahui Emilia. Ace mendengus kesal. Benar, Rosemary sudah menujukkan tanda-tanda awal sebagai pembenci. "Tidak apa. Duduklah disini Ace," Emilia tidak begitu mempermasalahkannya. Karena Ace sudah ia anggap sebagai teman barunya. Ace tersenyum penuh kemenangan. "Terima kasih Emilia yang cantik dan baik hati," pujinya sedikit menyindir Rosemary. "Setelah kalian berkumpul lengkap sesuai kelompok yang sudah saya bagikan. Tugasnya adalah meneliti tentang peta topografi. Minggu depan selesai dan nilainya akan saya masukkan ke dalam rapot bulanan," kata bu Hilda. "Siapa yang akan mengerjakan tugas ini?" tanya Fortuna memberanikan diri, ia cukup pendiam dan tidak banyak bicara. Maka dari itu, teman sekelasnya menganggapnya si bisu. "Emilia saja. Kita akan ke rumahnya," Arinalue menjawab. Tapi Ace membantah. "Maksudmu Emilia yang akan mengerjakannya seorang diri?" Ace sedikit emosi. Emilia menggeleng. "Bukan seperti itu Ace, kita kerjakan tugasnya bersama-sama agar hasilnya maksimal." Rosemary tak dapat menyembunyikan senyuman bahagianya. Pergi ke rumah Emilia? Itu artinya ia akan tau dimana tempat tinggal, sekaligus siapa yang sudah menemukan Emilia setelah badai hebat menghanyutkan seluruh makhluk di laut. "Aku tidak akan pulang sebelum tugasnya selesai," Ace tidak bisa meninggalkan Emilia sendirian. Entah mengapa firasatnya buruk. Rosemary ingin melenyapkan Ace saat itu juga. Kekuatannya yang sudah lama beberapa hari ini tidak di pergunakan. "Terima kasih Ace. Senang bisa di bantu olehmu," Emilia merasa senang, Ace ternyata sangat baik. Setelah sekian lama hanya memiliki satu teman yaitu Arinalue saat ini bertambah dengan adanya Ace. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD