MTTE - TUJUH

1485 Words
Esok paginya Gita dan Leon memilih kembali ke rumah, karena percuma saja mereka menghabiskan waktu di hotel, jika tanpa akur dan masih saja seperti musuh. Leon mengemudikan mobilnya menuju rumah, pernikahan aneh.. menurut ukurannya. "Gue haus", ujar Gita membuat Leon berbalik menatapnya. "Tahan aja, sampai di rumah, lo kan bisa minum", ujar Leon. "Lo ga peka amat sih, gue kan haus" "Ya sudah Lampir.. gue beliin", ujar Leon menghentikan mobilnya dan keluar membeli minum, setelah membelinya, dia pun kembali ke mobil. "Nihh Lampir, ga usah ngomel ya?", ujar Leon berusaha bersikap manis. "Hooh.. terima kasih" "Baiklah, kita lanjutkan perjalanan kita", ujar Leon kembali mengemudikan mobilnya. Gita memicingkan mata karena Leon sejak semalam bersikap lembut dan manis padanya, terlepas bagaimana sikapnya pada Leon. Gita hanya berusaha menjaga agar Leon tak melakukan itu hanya karena membutuhkan sesuatu darinya. Gita berusaha mencari pembenaran di setiap sikap lembut Leon, sang suami. Gita berusaha membuat jantungnya agar bisa berdegub lebih normal, tak seperti sekarang ini, jantungnya seakan memacu begitu hebat karena sikap yang di tunjukkan Leon padanya. "Ya tuhan Git, jangan sampai kamu lengah", batin Gita. Gita melirik ke arah Leon yang masih begitu fokus mengemudikan mobilnya, sesekali Leon mengelus dahinya, membuatnya terlihat begitu tampan, seakan Gita berpikir bahwa Leon di pahat begitu sempurna, wajah yang tirus, dagu yang lancip, mata yang indah dengan manik mata coklat , kulit yang manis, bibir yang seksi, seakan kesempurnaan itu menjadi milik Leon. Gita tak berkedip sama sekali, membuat Leon tersenyum dan menyerngitkan keningnya karena melihat sang istri dengan tatapan yang tak di sadarinya, Leon berdehem membuat lamunan Gita buyar seketika dan kembali berpura-pura fokus menatap kedepan... haha wanita yang lucu.. menurut ukuran Leon. Sampai di rumah, Leon memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu utama, Gita hendak turun dari mobil tapi Leon mencegahnya. "Jangan..", ujar Leon lalu keluar dari mobil dan membuka kan pintu untuk Gita. Wahh... siapapun itu pasti akan langsung jatuh Cinta. "Ayoo turun", ujar Leon membuat Gita menggeleng agar menyadarkan kepalanya, bahwa yang di depan matanya kini adalah musuhnya yang menjelma menjadi suaminya. Gita turun dari mobil dan langsung masuk ke rumah tanpa menunggu Leon, Gita harus menyadarkan dirinya bahwa ini salah, walaupun Leon adalah suaminya tapi Leon selama ini sudah banyak menyakitinya. "Tunggu aku, lampir", teriak Leon, membuat Gita mempercepat langkahnya, Leon benar-benar manis jika terus bersikap seperti itu, apalagi memanggil aku kamu. "Ehh.. Git, lo udah pulang?", tanya Luvina yang melihat Gita berjalan menghampirinya. "Hooh.. gue ga tahan di hotel" "Emang kenapa? Apa Leon masih gangguin lo?", tanya Luvina. "Enggak sih.. ngapain di hotel sih, di rumah mah lebih nyaman" "Baiklah, kebetulan gue bakal bantu Bob menyiapkan makan siang, lo istirahat gih" "Haii Tante.. tante udah pulang?", tanya Arsya yang sedang menuruni tangga. "Iya sayang, tante udah pulang", jawab Gita. "Paman ga di tanya nih, Aya?", tanya Leon mengacak rambut Arsya dan menghampiri sang istri yang sedang manyun. "Ihh.. paman, Aya kan udah memperbaiki rambut serapi mungkin, malah di berantakin lagi", gerutu Arsya. "Sebentar lagi kamu 11 tahun kan, Aya?", tanya Leon. "Iya paman, karena itu Aya harus minta sesuatu sama Paman" "Minta apa?" "Nanti aja deh pas ulang tahun Aya" "Baiklah, katakan Saja apa yang Aya inginkan, paman akan kasih apapun itu" "Bener, paman?" "Ya benerlah.. paman siapa dulu donk" "Paman Aya sama Rafki" jawab  Arsya membuat sang mama dan sang tante tersenyum dan menggeleng. "Ya sudah.. Aya kembali ke kamar gih, temenin Rafki", ujar sang mama. "Iya ma", jawab Arsya berjalan menaiki tangga. "Jangan terlalu memanjakannya, Leon", ujar Luvina. "Dia keponakanku, Luv.. jadi aku harus memanjakannya"  ujar Leon. "Baiklah, kalian ke kamar gih, Yana sudah merapikan kamar kalian", ujar Luvina. "Kamar siapa yang di rapihin, Vin?" "Ya, kamar kalian" "Ayo ke atas istriku", ujar Leon mendorong Gita agar berjalan bersamanya, membuat jantung Gita hampir saja copot. "Apaan sih Badrun, jangan lebay deh", ujar Gita membuat Luvina tersenyum, akhirnya sahabatnya itu mendapatkan jodoh yang baik karena Leon adalah pria yang baik, selama ini Leon sangat berjaza pada hubungan Luvina bersama Fahri. Leon membantu Gita langsung berbaring di atas ranjang, membuat jantung Gita tak berhenti memacu dengan cepat, seperti akan kehilangan nafas saja. "Ihh.. apaan sih, lo lebay banget" gerutu Gita. "Aku hanya bantuin kamu istirahat" "Tapi ga usah pegang-pegang juga kali" "Wajahmu kenapa merah begitu?", tanya Leon. "Merah gimana, ahh.. ga usah lihat-lihat deh", ujar Gita berbalik membelakangi Leon yang sedang tertawa kecil. "Lebay ih, udah deh ga usah gangguin, jangan buat gue salah faham sama sikap lo", sambung Gita. Gita tak mendengar jawaban dari Leon dan berbalik melihat tempat Leon berdiri, Leon sudah ga ada di tempatnya, membuat Gita beranjak dari tidurnya dan memposisikan dirinya duduk, menyusuri setiap kamarnya. Berarti sejak tadi pas menyuruh Leon pergi, Leon memang pergi. Gita kembali membaringkan kepalanya begitu kasar, karena sejak tadi ia harus menahan nafas dan berusaha membuat jantungnya memacu lebih normal tanpa harus merasakan kecepatan pacuan jantungnya. Leon memang lebih manis dan lembut sejak semalam, membuat Gita seakan melayang, pernikahan memang impian semua orang, terlepas bagaimanakah mereka di pertemukan, tapi satu yang pasti, Gita bahagia dengan pernikahan ini walaupun ia tetap kekeh bahwa ia tak menginginkannya, kebahagiaan itu datang ketika Leon bersikap manis dan lembut padanya, tanpa memperdulikan sikapnya pada sang suami. Leon tersenyum melihat tingkah lucu Gita, Leon ternyata sejak tadi berdiri di dekat pintu, walaupun Gita selalu marah dan nyerocos tapi itu adalah hal yang membahagiakan bagi Leon, karena dengan begitu ia bisa melihat betapa manis dan lucunya sang istri. "Wahh.. sepertinya ada kemajuan ya?", goda Luvina. "Oh.. Luv.. enggak kok" "Enggak apanya?" "Maksud kamu kemajuan apa?" "Ya..hubungan kamu" "Iya Luv, sepertinya aku mulai bosan berantem dan berdebat terus jadi aku sudah berusaha bersikap baik walaupun Gita masih ga terbiasa", ujar Leon. "Itu lah tantangannya Leon, Gita sebenarnya wanita yang baik loh" "Iya, aku memang berpikir demikian", kekeh Leon menggaruk rambut belakangnya. "Aku senang akhirnya kamu mau bersikap lebih baik, semoga saja pernikahan kalian membawa kebahagiaan ya" "Terima kasih ya Luv, bagaimana dengan Fahri? Apa dia belum pulang?", tanya Leon. "Katanya hari ini banyak meeting" "Ohh gitu, ya udah.. aku ke ruang kerja Fahri ya" "Iya" Sepeninggakan Leon, Luvina menggeleng karena begitu membahagiakan akhirnya melihat Leon bersikap lebih baik layaknya seorang pria dan suami. "Anak mami ternyata sudah pulang", ujar Rana melihat putranya itu menuruni tangga. "Ahh mami.. jangan gitu ih, aku dah gede loh", ujar Leon. "Hehehe.. baiklah, bagaimana pernikahanmu nak?" "Baru juga nikah kemaren" "Terus mami harus nanya apa donk?" "Aku ada kerjaan Mi", ujar Leon berjalan melintasi sang mami yang sedang tersenyum. "Luvina!" Panggil Rana. "Iya mi?", jawab Luvina dari lantai atas. "Kamu ga mengunjungi keluargamu?" "Aku akan mengunjungi mereka ketika mas Fahri pulang", jawab Luvin "Ya sudahh.. mami sama papi akan ke suatu tempat, jika sempat, mami akan mampir ke hotel", ujar Rana "Iya mi" **** Gita terbangun dari tidurnya, entah sejak kapan ia tertidur tapi yang pasti ia masih mengenakan pakaian yang ia pakai keluar dari hotel, ketika berbalik Gita melihat Leon sedang tertidur di sofa, Gita memicingkan mata melihat sang suami tertidur begitu damai, pria yang benar-benar tampan, Mahakarya tuhan yang begitu sempurna. Gita menelan salivanya karena membayangkan hal yang belum terjadi di dalam pernikahannya. Gita memukul kepalanya pelan agar tersadar dalam bayangannya, membayangkannya saja membuat Gita memekik apalagi jika benar terjadi. Gita beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri Leon yang masih tertidur di atas sofa, Gita menatap wajah damai sang suami, andaikan sejak dulu mereka bisa akur, cinta pasti akan datang seiring berjalannya waktu. Tapi, sekarang.. ketika semuanya di mulai, mereka baru akan menerima satu sama lain. Gita bukan tak mempercayai perubahan sikap Leon, hanya Saja waktu belum menjawab pertanyaannya. Gita hendak beranjak dari duduknya. Tapi, sebuah tangan menariknya dan terjatuh kepelukan Leon, Gita memekik, jantungnya sungguh tak bisa di ajak kompromi, rasanya jantungnya tak mampu menyembunyikan kegugupannya. "Ada apa?", tanya Gita, membuat Leon tersenyum. "Kamu terlihat lebih cantik, ketika aku melihatmu lebih dekat", ujar Leon membuat Gita bergerak gelisah. "Ishh.. apaan sih?", Gita hendak beranjak. Tapi, usahanya sia-sia. Leon malah semakin mempererat pelukannya di pinggang ramping sang istri. Membuat Gita, tak bisa mengendalikan hatinya, persetan dengan permusuhan, yang tak pernah berujung. Walaupun seperti itu, mereka memang tak memiliki masalah sebelumnya, hanya saja mereka--memang lebih memilih berantem untuk--mendekatkan diri. "Lepaskan aku--Leon", ujar Gita. Gita tak sengaja menatap manik mata coklat Leon. Membuat tatapan mereka akhirnya menghujam lembut. Desir kehangatan menyeruak hebat. Hanya ada mereka. Leon menarik Gita. Dan, berakhir dengan sebuah ciuman. Ciuman yang menuntut balas. Gita memekik--karena ini pertama kalinya ia lakukan semenjak statusnya berubah menjadi seorang istri. Dengan, sebuah hubungan yang halal. Gita terbuai akan sentuhan-sentuhan kecil yang di lakukan Leon padanya. Dia seakan tak bisa menarik tubuhnya agar menjauh. Entah kenapa sentuhan yang ia rasakan berubah menjadi lebih menyenangkan. Gita bergidik, ciuman itu tak berujung. Tak berhenti walaupun hanya sebentar agar bisa menghirup udara segar. Gita menikmatinya. Runtuh sudah pertahanannya. Hatinya akhirnya tergoyahkan. Dan, berusaha menarik ulur perasaannya. Hatinya kini hanya meneriakkan nama Leonbi. . . ***Bersambung. Tinggalkan jejak kalian. Happy and enjoy reading ❣️***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD