Sampai lah mereka di Taman Ueno, akhirnya Ariel memiliki waktu berdua dengan Gita, selama ini Leon selalu mengacaukan rencana mereka berdua untuk berjalan-jalan sebentar mencari udara segar... tapi saat ini akhirnya mereka hanya berdua berjalan untuk pertama kalinya.
Gita tersenyum melihat Taman Ueno yang begitu Indah di setiap jalan di penuhi pohon Sakura, Gita tak pernah berjalan-jalan untuk melihat wisata di Jepang karena waktu yang ia habiskan hanyalah di rumah dan di kantor.
"Apa kamu suka?", Tanya Ariel.
"Aku sangat suka Ariel, aku ga pernah menyempatkan waktuku untuk berjalan-jalan keliling Jepang", ujar Gita yang masih menyusuri setiap jalan yang di padati pengunjung, membuat Ariel tersenyum karena melihat Gita menikmati setiap langkahnya.
"Saat musim semi pengunjung bisa melihat bunga sakura yang sedang mekar seperti saat ini Git, ga mengherankan saat musim semi taman ini banyak dikunjungi oleh wisatawan. Ga hanya bunga sakura saja loh Git yang bisa pengunjung lihat di sini, di selatan taman ini ada kolam yang luas namanya adalah kolam Shinobazu. Aku akan mengajakmu kesana, Saat musim panas datang, permukaan dalam kolam tersebut penuh dengan daun-daun hijau yang indah dan tanaman seroja yang berwarna merah muda. Saat musim dingin di kolam itu ada burung-burung singgah ke tempat itu dan menjadikan kolam itu sebagai tempat singgahnya sementara. Saat musim semi burung itu akan pergi meninggalkan kolam tersebut", ujar Ariel menjelaskan kepada Gita tentang tempat yang mereka kunjungi saat ini.
Jepang adalah salah satu negara Asia di mana kebudayaan, sejarah, dan modernitas berpadu dengan indah. Sebagai negara yang padat penduduk, memiliki banyak istana kerajaan, rumah dari berbagai taman nasional di pegunungan, serta ribuan kuil dan candi, membuat Negeri Sakura sebagai salah satu tujuan wisata terfavorit di Asia. Tak heran, beberapa kota besar seperti Tokyo – yang juga merupakan ibu kota dari Jepang, Kyoto, serta Osaka pun ramai dikunjungi wisatawan sepanjang tahunnya.
"Kamu tahu banget ya Riel, tempat seperti ini", ujar Gita.
"Aku sudah bulukan disini, jadi aku sudah menguasai setiap wisata dan tempat yang bagus di kunjungi setiap pergantian musim", ujar Ariel.
"Bagus ya Riel, aku jadi kepengen banget mengunjungi satu persatu wisata yang terletak di Kota ini"
"Hmm, Osaka memang indah Git, sungguh sangat Indah dan banyak wisata yang bisa kita kunjungi di sini, aku akan menemanimu menyusuri setiap wisata yang kamu inginkan, Git", sambung Ariel.
Bercerita sedikit tentang Osaka, Jepang.
Osaka adalah sebuah kota di wilayah Kansai, Jepang. Selain sebagai ibu kota Prefektur Osaka, kota ini ditetapkan sebagai salah satu Kota Terpilih berdasarkan Undang-Undang Otonomi Lokal.
Osaka adalah kota berpenduduk terbesar nomor tiga di Jepang setelah Tokyo dan Yokohama. Kota ini terletak di pulau Honshu, di mulut Sungai Yodo di Teluk Osaka. Osaka adalah kota terbesar di kawasan Keihanshin sebagai pusat industri dan pelabuhan untuk daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Di sebelah timur, Osaka bertetangga dengan Kyoto dan Nara, dan di sebelah barat dengan kota Kobe. Osaka merupakan sebuah metropolis air yang dikenal dengan sungai-sungainya dan jumlah jembatan terbanyak di Jepang. Ada dua pusat kota di Osaka, yakni Umeda di sebelah utara, dan Namba di sebelah selatan. Kedua pusat kota ini dihubungkan oleh jalan utama yang bernama Midosuji. Kantor-kantor perdagangan, bank, dan konglomerat Jepang umumnya terpusat di sekitar Jalan Midosuji. Jalan Midosuji dikenal dengan pemandangan daun-daun pohon ginkgo yang menguning di musim gugur.
****
Gita berdiri dan bersandar tepat di dekat mobil Ariel, Gita menghela nafas panjang, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, waktu yang ia habiskan berjalan-jalan dengan Ariel begitu lama, Ariel mampu membuatnya lupa akan keputusan yang sudah ia utarakan pada keluarga Dermawan, tentang keputusannya menikah dengan Leon yang selama ini ia anggap tak bisa memberikan kebahagiaan untuknya.
Ariel menghampiri Gita dengan membawa dua kaleng minuman yang sengaja ia beli, Ariel menyodorkan minuman itu kepada Gita, dan Gita meraihnya.
"Makasih ya Riel", ujar Gita.
"Kembali kasih, Git"
"Hmm..."
"Apa kamu senang?"
"Aku sangat senang Riel, kamu membuatku merasakan bahagia hari ini, terima kasih atas kebahagiaan yang sudah kamu berikan tanpa pamrih, terima kasih atas segalanya Riel, aku ga tahu bagaimana jika aku tak mengenalmu, semua akan terasa sulit bagiku", ujar Gita.
"Jangan menganggapku orang asing, Git. Aku tak pernah menganggapmu orang asing", ujar Ariel membuat Gita tersenyum.
"Bagaimana kalau kita pulang sekarang? Ini sudah sangat malam, aku tak mau sampai pak Fahri mengatakan bahwa aku menculikmu", kekeh Ariel.
"Baiklah Riel"
****
Sampai lah di pelataran Parkir rumah bergaya Jepang itu... Ariel mebghentukan mohiknya dan tersneyun melihat Gita.
"Git"
"Hmmm? Ada apa Riel?"
"Aku bingung mau mengatakan semuanya dari mana", kekeh Ariel begitu gugup.
"Katakan saja apa yang ingin kamu katakan", ujar Gita.
"Aku menyukaimu, Git."
"Apa?"
"Hmm.. aku menyukaimu, Maaf jika aku harus menyukaimu, aku tau dan sangat sadar perasaan yang kuberikan tidaklah pantas, namun inilah isi hatiku, jujur aku benar menyukaimu, menyukaimu sebagai seorang wanita, bukan menyukaimu sebagai salah satu karyawanku,, Rasa cinta, rasa sayang, selalu hinggap dalam hatiku dengan semua tingkah lucumu yang membuatku tersenyum, Git. Kamu boleh marah, boleh kesal, boleh tak melihatku karena mengatakan semua ini tanpa aku siapkan, tapi sepertinya aku memang harus mengatakan ini agar aku bisa bernafas lega, terlepas bagaimana perasaanmu", ujar Ariel membuat Gita tersenyum hangat tapi satu hal yang pasti, Gita tak bisa menerima cinta Ariel karena sudah berjanji menikah dengan Leon.
"Terima kasih untuk semuanya, Riel, terima kasih untuk kasih sayangmu, perasaan sukamu, rasa cintamu untukku, aku selalu berharap akan ada pria yang mengisi hari-hariku dan Allah ternyata mengirimkan kamu untuk hadir terus menemaniku, tapi... aku ga bisa Riel, aku sebenarnya....... Akan menikah dengan Badrun.. maksudku Leon, aku sebenarnya Akan mengatakannya ke kamu sewaktu kita di taman tapi sepertinya aku hanya akan menyakitimu"
"Kamu akan menikah dengan Leon? Bukan kah kalian tak pernah akur?" tanya Ariel.
"Kami di jodohkan, Riel."
"Apa? Di jodohkan? Dan ... kamu setuju?"
"Aku memang harus setuju, terlepas bagaimana perasaanku,"
"Tapi_"
"Maafkan aku, Riel, maafkan aku.. dan terima kasih untuk semuanya, kamu sudah berhasil membuat hari-hariku berwarna, kamu pria yang sudah membuatku terus tersenyum ketika aku sedang sedih dan menangis"
Leon melihat mobil terparkir tepat di depan rumah, Leon melihat dari jauh jika Gita sedang berbincang dengan Ariel di dalam mobil, Leon tak suka dan langsung menghampiri mobil Ariel dan mengetuknya. Gita berbalik dan melihat Leon sedang menatapnya penuh kebencian.
"Badrun?"
"Turun kamu", ujar Leon.
"Aku turun ya Riel, makasih ya? Makasih banyak", ujar Gita.
Leon membuka pintu mobil dan menarik Gita begitu kasar untuk keluar dari mobil... Leon begitu geram, sejak tadi ia mengkhwatirkan wanita yang ternyata sedang menghabiskan waktunya bersenang-snenag dengan pria lain setelah memutuskan menikah dengannya.
"Sakit, Badrun", ujar Gita meringis kesakitan ketika Leon menggenggamnya begitu kuat, Ariel menurunkan kaca Mobil dan berteriak.
"Heii. Lepaskan Gita, kamu menyakitinya", ujar Ariel.
"Lebih baik anda pulang", ujar Leon membuat Ariel menatap Gita... Gita memberikan kode kepada Ariel agar mau pulang.
Sepeninggalan Ariel, Leon melepas genggaman tangannya membuat Gita memelas kesakitan.
"Lo apa-apaan sih", ujar Gita kesal.
"Lo itu yang apa-apaan, jam segini baru pulang"
"Sejak kapan lo perduli, gue kemana dan pulang jam berapa? Ga usah sok perduli deh, gue menyetujui menikah dengan lo bukan untuk menguasai gue atau untuk mengekang gue, terserah gue mau kemana dan pulang jam berapa, karena itu bukan urusan lo, terlepas bagaimana keputusan gue", ujar Gita kesal.
"Sebenarnya lo memiliki niat apa sampai lo mengatakan hal itu? Gue udah lelah ya sama omong kosong lo, gue juga nggak pernah tuh menyetujui pernikahan ini karena gue menginginkan lo, gue hanya nggak mau membuat Mami kecewa."
"Ya udah.. kalau emang gitu, kenapa nggak sepakat aja? Gue nggak bakal ikut campur urusan lo, begitupun lo, lo nggak boleh ikut campur urusan gue, karena gue nggak pernah menyetujui pernikahan ini dengan sebuah perasaan."
"Oke.. siapa takut, gue juga bakal ngelakuin apa pun yang gue mau, terlepas bagaimana hubungan pernikahan kita nanti."
"Heii kalian ngapain di situ? Berdebat aja kerjaannya, udah mau nikah juga, kenapa nggak berusaha akur, sih?" tanya Fahri yang ternyata melihat perdebatan Leon dan Gita.
"Berusaha akur kalau dia ini mau ngalah sebagai cowok," ujar Gita.
"Sekarang karena apa lagi emangnya?" tanya Fahri.
"Tanya aja ke dia, dia berlebihan tahu nggak, padahal gue cuma di anterin Ariel, tapi marahnya udah ga jelas banget, ga tahu alasannya apa", ujar Gita berjalan meninggakkan Leon dan Fahri.
"Bener yang di katakan Gita?"
"Nggak usah dengerin lampir itu, gue udah berusaha ramah, tapi jawabannya tetap aja nggak bener. Emang gue nggak pernah bener."
"Lo cemburu?"
"Ngapain cemburu, sih? Gue nggak suka tahu sama dia."
"Kalau nggak suka seharusnya lo nggam usah perduli donk."
"Gue kepengen banget nyekek lehernya, cerewet amat sih, gue hanya bilang satu tapi dia udah puluhan, sumpah jalan pikiran dia kemana, sih?" ujar Leon menggerutu.
"Ya udah ... lo 'kan tahu banget sifatnya dia, mungkin dia capek kali."
"Sama orang lain lembut banget, sama gue, jangankan lembut, lihat gue aja nggak pernah dengan muka yang lurus, selalu aja dengan muka yang bengkok kayak sendok patah." Leon menggeleng.
"Ha ha ... apaan sih gerutunya, nggak jelas banget lo. Ya udah ... masuk gih, di luar 'kan dingin banget," ujar Fahri berjalan meninggalkan Leon yang masih menggerutu.
"Dasar mak lampir! Nggak pernah bener omongan gue, lihat aja nanti, siapa yang bakal ngalah," gumam Leon berjalan masuk ke rumah.
Bersambung.Tinggalkan jejak kalian.Jangan lupa votmment