MY BOSS-9

844 Words
Ting tong ... Ting tong Suara bel dari pintu depan memaksa Kien membuka matanya. Weekend ini dia ingin tidur sepuasnya karena satu minggu ini dirinya sudah bekerja Ekstra keras. Beberapa seminar serta meeting dengan satu klien ke klien yang lainnya membuat tubuhnya remuk redam. Sungguh satu minggu yang melelahkan. Dan pagi ini rencananya dia akan menghabiskan hari di atas kasur gagal total karena suara denting bel yang berbunyi nyaring tak berkesudahan. Ditutupnya kedua telinga dengan bantal. Tapi penderitaannya tak berhenti sampai disitu. Ponsel yang berada di atas nakas berbunyi. Kien mengerang frustrasi, diraihnya benda pipih itu. "Mama," gumamnya. "Daniel! Buka pintunya. Mama di depan." Belum juga Kien bersuara, mamanya sudah terlebih dahulu menutup telpon. Dengan lesu Kien turun dari atas ranjang. Berjalan gontai menuju pintu depan. *** "Mama! Untuk apa pagi-pagi sudah ada di sini?" tanya yang Kien lontarkan menyambut kedatangan mamanya. Salma masuk ke dalam rumah menyeret satu buah koper begitu Kien membuka pintu. "Kenapa Daniel berbicara seperti itu pada mama? Tak baik tahu! Seperti tidak suka saja lihat mama datang." "Bukan seperti itu Mama. Aku hanya heran saja melihat mama sudah di sini pagi-pagi sekali. Kenapa mama tak memberitahu jika akan datang. Aku bisa menjemput Mama di Bandara." "Tak bolehlah mama merepotkan kamu juga. Lagipula Mama juga sudah sampai di sini, kan?" "Mama istirahat saja di kamar. Mungkin mama capek. Sebentar aku mandi dulu." "Baiklah jika belum. Mama ke kamar dulu." Kien menuju kamarnya, tak habis pikir dengan mamanya yang tiba-tiba saja sudah berada di rumahnya sepagi ini. Bukan maksud Kien tak suka jika mamanya datang. Hanya saja kadang Kien merasa tak nyaman dengan semua yang mamanya inginkan. Pastilah tak jauh-jauh dari seputar perempuan. Bahkan ada beberapa kali mamanya mau menjodohkan dirinya dengan anak sahabat mamanya itu. Tapi sejauh ini belum ada yang mengena di hati Kien. *** Baru juga jam sepuluh pagi tapi sang mama sudah menyeret Kien berada di sini. Sebuah mall yang lokasinya tak jauh dari perumahan di mana Kien tinggal. Mamanya ingin jalan-jalan sekaligus cuci mata. Menurut mamanya lagi, jarang-jarang beliau bisa berduaan dengan anak lelaki satu-satunya itu. Meskipun masih jam sepuluh pagi dan mall inipun juga baru saja dibuka tapi pengunjungnya sudah ramai. Bahkan tak sedikit pengunjung yang tadi rela menunggu di depan pintu saat mall ini belum dibuka karena jam operasionalnya baru dimulai pukul sepuluh. "Sebentar, Mama ingin ke toilet. Daniel tunggu mama di sini. Setelah itu kita makan. Okay?" Kien mengangguk, berdiri menunggu mamanya yang sedang pergi ke toilet. **** Uli membasuh wajah yang tampak kucel karena sedari pagi sibuk mondar mandir membantu Florina. Terasa lebih segar. Mengelap wajahnya dengan tisu. Sebelum dia mengganti bajunya yang basah oleh keringat dengan baju ganti yang baru. Uli melihat dari cermin besar yang ada di hadapannya. Seorang wanita cantik yang kira-kira seusia Bu Agustina sedang berjalan masuk ke dalam toilet. Wanita berkerudung itu sibuk mengaduk aduk isi tasnya masih sambil berjalan hingga tak fokus pada kondisi toilet yang masih belum selesai dibersihkan. Petugas cleaning service pun sudah memasang floor sign tapi sepertinya wanita itu tak terlalu peduli. "Oh my God!" pekik wanita itu mengejutkan Ulia. Uli membulatkan mata mendapati wanita itu tergelincir. Untung saja dengan sigap Uli berhasil menahan punggung wanita itu hingga tak sampai terjatuh di atas lantai. "Ibu tidak apa-apa?" Uli bertanya, menatap wanita tadi yang masih tampak terkejut akan apa yang baru saja terjadi. "Ibu tidak apa-apa." Uli mengulang pertanyaannya dengan sedikit menggoyankan lengan wanita itu. Salma mengerjab seolah baru menyadari apa yang sedang terjadi padanya. "Tidak apa-apa. Saya baik-baik saja," jawab wanita itu menegakkan kembali badannya. "Syukurlah kalau ibu tidak apa-apa. Lantainya masih licin. Ibu berhati-hati ya," ucap Uli melepas tangannya dari wanita itu. Salma mengangguk. "Terima kasih." "Sama-sama." Uli kembali menghadap cermin besar. Melepaskan id card yang terkalung di leher. Setelahnya Uli membuka tas dan mengambil baju yang ia simpan di dalamnya. Uli berniat mengganti bajunya yang sudah basah oleh keringat. Wanita tadi sepertinya tak jadi masuk ke dalam bilik toilet karena kini dia berdiri di samping Uli. Melihat id card yang tadi ditaruh uli di atas wastafel. Diambilnya id card itu. "Ulia Ariska. Florina Wedding Organizer." Salma membaca id card yang kini sudah berada di tangannya. Uli menoleh merasa namanya disebut. "Jadi, nama kamu Ulia Ariska?" tanya wanita itu pada Uli. "Iya saya Uli," jawab Uli menganggukkan kepala. "Perkenalkan. Nama saya Salma Nafisah." Wanita itu mengulurkan tangan dan disambut oleh Uli dengan senyuman sopan. "Senangnya saya bisa bertemu dengan Uli." Uli tersenyum sebelum pamit ingin mengganti bajunya. "Mungkin lain waktu kita bisa bertemu lagi," ucap wanita itu sebelum Uli benar-benar masuk ke dalam bilik toilet. **** Salma Nafiza, tak lain adalah mama dari Daniel Kien Thanh. Wanita itu keluar dari toilet dengan senyum mengembang di bibirnya. Dia merasakan telah menemukan wanita yang pas buat anak lelakinya. Gadis yang cantik dan baik. Sesuai dengan kriterianya. Meskipun baru pertama jumpa tapi Salma sudah merasa cocok dengan gadis itu. "Ulia Ariska. Florina Wedding Organizer." Dia kembali mengulang nama yang sempat dia baca di id card gadis itu. Yah, Salma tinggal mencari wedding organizer yang bernama Florina, barulah dia bisa berjumpa kembali dengan gadis itu. ######
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD