Bab 26. Naga tanah

1579 Words
Setibanya mereka di rumah, Bayu langsung pergi ke kamar untuk mengganti seragam sekolahnya. Ani langsung ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Adi memberi pakan burung. Ryan dan Farhan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka bertukar pandang, memutuskan untuk pergi ke kamar Bayu. Sebelum sampai di kamar Bayu, Ryan terlebih dahulu singgah di kamar tempat istirahatnya—mengambil novel untuk dipulangkan. Ryan menunda untuk membaca novel lanjutannya. Setelah makan nanti, dia berniat untuk mengajak Farhan latihan. Kekuatan yang Farhan miliki sama—kekuatan tanah. Ryan berniat meminta izin kepada pamannya untuk kembali ke ruang bawah tanah nanti. Bayu sudah selesai mengganti seragam sekolahnya dengan baju rumahan. Dia duduk di kursi belajarnya, membaca buku rumus Fisika. Farhan menyibukkan diri bermain ponsel, dan Ryan duduk terdiam di bibir tempat tidur. Dia tiba-tiba berpikir tentang Rangga dan Riana. Apa yang sedang mereka berdua lakukan kira-kira di Negeri Zalaraya? Apakah mamanya sudah sembuh? Karena alasan mereka kembali ke sana adalah untuk mengobati Riana. Andai saja mereka berdua ada di sana sekarang—bersamanya, pasti latihan akan terasa jauh lebih menyenangkan. Ani memanggil, makan siang telah siap. Mereka bertiga keluar kamar, bergabung di meja makan bersama Adi dan Ani. Menu makan siang hari ini adalah ikan gembung sambal, dan sayur daun ubi. Farhan tidak bisa mengedipkan matanya. Menu makan siang hari ini membuat cacing-cacing yang ada di dalam perutnya seperti berdemo—tidak sabaran. Yang lain mengambil masing-masing satu ikan saja, sedangkan Farhan mengambil dua. Ani tertawa melihat Farhan. Dia senang jika Farhan menyukai masakannya. Sejak duduk bergabung tadi Ryan terus memperhatikan pamannya. Dia menunggu kapan waktu yang tepat untuk meminta izin menggunakan ruangan bawah tanah tadi untuk latihan. Entah kenapa Ryan tidak seperti biasa, bibirnya terasa kaku saat ingin meminta izin kepada pamannya. Daripada waktu terbuang sia-sia, lebih baik dia latihan, bukan? Sepuluh menit ke depan meja makan lengang. Yang terdengar hanya suara sendok dan piring beradu. Jangan tanya lagi, Farhan sudah masuk ke ronde kedua. Lima menit berlalu, meja makan sudah dihiasi topik biasa mengenai sekolah Bayu dan burung peliharaan Adi. Semua piring sudah kosong. Sesi makan siang sudah selesai dan Ryan juga belum meminta izin. “Paman.” Ryan memberanikan diri. “Silakan pakai, tapi hanya sampai matahari terbenam saja.” Ryan senang sekali mendengarnya. Dia merasa pamannya itu seperti bisa membaca pikiran seseorang. Lihatlah, belum lagi Ryan mengatakan apa maunya, tapi pamannya sudah tahu lalu memberikan izin untuk menggunakan ruangan bawah tanah itu. Kali ini Ryan tidak menerima lagi penolakan Ani. Dia bersikeras ingin membantu membereskan meja makan dan mencuci piring kotor. Ani tidak berkutik saat Ryan mengerjakan semua. “Terima kasih, Ryan.” “Sama-sama, Bi.” Farhan sudah menunggu di halaman belakang rumah. Setelah selesai, Ryan langsung menghampiri Farhan, bersiap pergi. Ryan juga sudah mengajak Bayu apakah dia mau ikut atau tidak, Bayu menjawab tidak. Dia hendak mengerjakan tugas sekolah di kamarnya. Setelah berjalan 20 menit dari halaman belakang rumah di tengah kebun sawit, mereka tiba di tempat untuk masuk ke dalam ruangan bawah tanah. Ryan mencoba untuk melakukan hal yang sudah diajarkan Adi tadi. Dia memejamkan mata, berkonsentrasi, menghentakkan kaki. Ryan membuka matanya, tidak terjadi apa-apa. “Coba sekali lagi, Ryan,” Farhan menyemangati. Ryan mengangguk. “Baik.” Ryan memejamkan mata, berkonstrasi lagi. Satu detik kemudian dia menghentakkan kaki. Dia bisa mendengar suara retakan tanah, membentuk lingkaran, bergoyang. Ryan dan Farhan melesat turun ke bawah. Ryan menepuk tangan tiga kali—ruangan menjadi terang. “Kamu yakin tubuhmu sudah fit 100%?” Farhan memastikan. Dia ingat apa yang dikatakan Bi Narti tadi malam. Ryan mengangguk cepat. “Baiklah, aku akan mencoba mengajarimu hal-hal yang aku bisa.” Ryan tersenyum. Latihan kekuatan ini membuatnya semakin bersemangat. Farhan menarik napas dalam sembari memejamkan mata. Hanya berlangsung satu detik, kemudian Farhan membuka matanya. Kakinya bergerak membentuk lingkaran, kemudian dihentakkan. Jarak 20 meter dari tempat mereka berdiri, muncul gundukan tanah, bergerak-gerak mengikuti arah ke mana tangan Farhan bergerak. “Itu keren!” Ryan berseru antusias. Ryan menurunkan tangannya, gundukan tanah masuk kembali ke dalam tanah. “Ini biasanya digunakan untuk melindungi, sama seperti yang aku lakukan waktu itu. Selain itu, gundukan tanah tadi juga bisa digunakan untuk melawan musuh.” Farhan menghentakkan kaki. Tameng setinggi lima meter dengan lebar serupa muncul dari dalam tanah. “Gerakan untuk memunculkan kekuatan tanah hanya hentakan kaki saja, selebihnya adalah keinginanmu yang mengontrol apa saja yang kamu pikirkan. Jika kamu memikirkan tameng tanah, maka tameng tanah yang akan muncul. Seperti itu.” Ryan mengangguk mengerti. “Apakah benar semudah itu?” Farhan menghentakkan kaki. Tameng tanah masuk kembali ke dalam tanah. “Kamu hanya perlu terbiasa, Ryan. Seiring berjalannya waktu kamu pasti bisa. Sering-seringlah melatih kekuatanmu. Ingat, jangan latihan di sembarang tempat, latihan di sini saja.” Farhan benar. Apa jadinya jika dia berlatih di sembarang tempat. Bagaimana jika banyak orang yang melihatnya. “Ayo coba lagi.” Ryan menarik napas dalam. Seperti kata Farhan tadi, dia hanya tinggal membayangkan apa yang diinginkan dari tanah itu, maka tanah akan mewujudkannya. Ryan membuka mata, menghentakkan kaki ke tanah. Farhan kaget sekali melihat apa yang muncul. Seekor naga dari tanah sepanjang 20 meter terbang di atas mereka. Ryan terkekeh melihat ekspresi kaget Farhan. Tentu saja Farhan kaget. Ini kali pertamanya melihat seseorang bisa membuat tiruan makhluk dari tanah. Farhan menelan ludah. Benar apa yang Bi Narti katakan. Kekuatan Ryan sangat hebat sekali, di luar dugaan. Ryan menghentakkan kakinya, naga kembali masuk ke dalam tanah. “Apa yang kamu lakukan?” Ryan terkekeh. “Aku hanya mengikuti saranmu. ‘Bayangkan saja apa yang kamu inginkan, maka tanah akan mewujudkannya’.” Farhan tidak menduga bahwa Ryan akan membayangkan naga. Selama ini bukan hanya Ryan yang membayangkan hal-hal semacam itu, tapi tetap saja tidak ada satu orang pun yang memiliki kekuatan tanah bisa mewujudkannya. Butuh kekuatan yang begitu besar agar tiruan tanah itu bisa terlihat hidup seperti naga yang Ryan munculkan tadi. Jika Ryan berhasil, itu artinya memang kekuatan dari cincin berlian yang telah bergabung dengan tubuhnya benar-benar kuat. Ryan mengangkat tangannya. Dia membayangkan membuat kursi dari tanah. Benar terjadi. Ketika tangannya terangkat, tumpukan tanah ikut muncul. Kemudian saat Ryan menggenggam tanganya, tanah itu berubah menjadi kursi. Ryan duduk di atasnya. Tidak adil jika hanya dia seorang yang duduk, Ryan melakukan hal yang serupa sekali lagi—membuatkan kursi untuk Farhan. “Hebat sekali, Ryan. Bahkan kekuatanmu sudah melebihi kekuatanku.” “Benarkah?” Ryan sangat senang sekali mendengarnya. “Itu benar, Ryan. Jika pamanmu di sini, dia pasti akan ikut memujimu.” Ryan merasa mungkin pendapat Farhan dan pamannya itu tidak akan jauh beda. Ryan melihat tangannya bangga. Dari tangan itu muncul kekuatan yang sangat dahsyat. Dia langsung membayangkan, sedahsyat apa kekuatan yang dimiliki orang tuanya jika kekuatannya saja sudah diakui oleh Farhan. Padahal Ryan baru berlatih satu hari saja. “Apakah kamu pernah bertemu dengan orang tuaku, Han?” tanya Ryan tiba-tiba. Farhan menggeleng. “Tidak pernah, Yan” “Bukankah usiamu jauh di atasku, bagaimana kamu bisa tidak bertemu?” “Panjang ceritanya. Tapi yang aku tahu, orang tuamu adalah orang baik. Mereka berdua adalah korban dari keserakahan Nevard.” Terdengar bunyi gelembung meletus, Adi muncul bersama Bayu. “Sudah satu jam, dan apa hasil latihanmu, Ryan? Tanya Adi. Farhan berdiri antusias. “Kamu pasti akan terkejud melihatnya, Paman.” Farhan meniru cara Ryan memanggil Adi. Farhan menyuruh Ryan untuk menunjukkan kekuatannya. Ryan setuju. Dia melakukan hal yang sama seperti tadi. Naga tanah muncul, terbang melingkar di atas kepala mereka semua. Bayu dan Adi menatap takjub tidak percaya. Pemandangan itu baru mereka lihat hari ini. Ini sangat-sangat menakjubkan. Tidak pernah mereka bayangkan bahwa kekuatan tanah bisa sehebat ini. Ryan memanggil naga itu mendekat, dia mengelus kepalanya. Layaknya hewan hidup, naga itu seperti senang dielus kepalanya oleh Ryan. Ryan mendekatkan naga itu ke Farhan. Awalnya Farhan ragu, tapi akhirnya dia ikut mengelus kepala naga tanah itu. Bayu juga tidak mau ketinggalakan. Adi menggeleng hampir tidak percaya. Itu hebat sekali. Bahkan sekelasnya saja tidak bisa melakukan itu. “Apa yang kamu ajarkan kepadanya, Han?” tanya Adi. “Aku hanya mengatakan apa yang biasa para pemilik kekuatan lakukan, membayangkan bentuk apa yang mereka inginkan, maka tanah akan mewujudkannya. Lalu tiba-tiba Ryan mengeluarkan seekor naga tanah. Aku sangat terkejut melihat hal itu. Butuh kekuatan yang sangat-sangat besar agar bisa melakukannya. Tidak ada yang pernah melakukan hal semacam itu, bukan?” Adi mengangguk patah-patah. Apa yang Farhan katakan benar. Belum ada seorang pun yang bisa memunculkan naga tanah, baru Ryan seoranglah yang bisa melakukan itu. Setelah puas bermain dengan naga tanah itu, Ryan tidak lagi menghentakkan kaki untuk membuat naga itu masuk kembali ke dalam tanah. Kali ini Ryan benar-benar memperlakukannya seperti hewan hidup. Ryan menyuruh naga itu masuk ke dalam tanah. Menakjubkan! Naga itu benar-benar masuk mengikuti perintah Ryan. Hebat sekali. Itu benar-benar hebat. Farhan merangkul Ryan. Dia sangat bangga dengan sahabatnya itu. Kekuatan yang Ryan memiliki sangat hebat. Farhan tidak pernah menyangka kalau Ryan bisa sehebat itu. Adi teringat legenda dongen yang Bi Narti ceritakan. Jika kekuatan Ryan berasal dari cincin berlian itu. Itu artinya, Gunfrenta bisa melakukan seperti apa yang Ryan lakukan. Adi harus tahu lebih dalam bukan jika ingin melatih Ryan? Sepertinya dia harus menggali lebih dalam siapa itu Gunfrenta. Adi harus bertemu dengan Bi Narti. “Paman memikirkan apa?” Adi menggeleng. “Tidak ada. Silakan lanjutkan latihan, paman harus pergi.” Adi langsung mengilang. Farhan meminta Ryan untuk memunculkan hewan apa saja sesuai permintaan mereka. Mudah sekali bagi Ryan memunculkannya, bahkan hewan yang muncul itu benar-benar seperti hidup. Kegiatan itu berlangsung hingga matahari terbenam. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD