"Saat kata tak lagi terbaca. Lebih baik diam sembari sembuhkan lara." ~Arial~ Arial menatap pintu utama rumahnya yang menjulang tinggi di hadapannya. Ia menarik napasnya dalam-dalam. Menyiapkan nyali bagaimana murkanya Iskandar dan Wulan kepadanya. Tangannya bergerak hendak menggapai gagang pintu. Namun belum juga ia menyentuh, pintu itu sudah terbuka dan menampakkan Bi Tini yang tengah membawa sapu lantai. Dari atas sampai bawah Bi Tini menyimak tubuh Arial yang terlihat berantakan, "Den Arial," gumamnya penuh kerinduan lantas memeluk Arial dengan erat. "Iya Bi," balas Arial tersenyum. Ia pun membalas pelukan Bi Tini. "Aden tuh kemana aja? Kami sudah cari ke mana-mana tapi gak ketemu. Bikin Bibi jantungan, Den," tanya Bi Tini masih tidak bisa mengendalikan rasa harunya. Arial menghe