"Senora," panggil Aslan memecah keheningan aktivitas rutin makan malam keluarga Vermilion.
"Ya Ayah?"
Delina dan Rosaline saling melempar tatap. Ikut penasaran dengan apa yang akan diucapkan Aslan.
"Besok kau ikut dengan Ayah ke Istana."
Pegerakan tangan Senora sempat berhenti sejenak. Menatap potongan steak dengan layu. Ini pasti tentang perjodohan dengan Duke Rion. Senora bahkan tak diberi waktu untuk berpikir. Ia yang akan menjalaninya tapi Ayahnya yang memutuskan. Benar-benar egois!
"Ya, Ayah," jawab Senora pada akhirnya.
Di kalangan bangsawan sudah menjadi rahasia umum jika pernikahan dijadikan sarana berpolitik. Secara tersirat Wanita hanya dijadikan b***k yang tidak boleh menentang titah laki-laki.
Apalagi Senora masih berstatus sebagai anak. Semuanya akan diatur oleh sang Ayah. Seolah tak ada yang bisa mendobrak tradisi mengerikan ini secara turun temurun.
Yah, setidaknya berkat gelar Lady of Lionel itu Senora dijodohkan oleh seorang Duke. Posisinya di rumah ini pun layaknya berlian yang dijaga. Membuat seseorang menaruh iri. Ya, siapa lagi kalau bukan Delina dan Rosaline. Seperti saat ini. Delina melirik penuh dengki.
Siapa di kekaisaran ini yang tidak ingin berkunjung ke istana? Semuanya menyimpan harapan yang sama. Tapi kesempatan hanya jatuh pada orang-orang terpilih.
Karena Senora baik hati dan tidak sombong, ia akan mengusulkan untuk mengajak Delina. Yah, hitung-hitung serangan mental di malam hari. Karena Senora yakin Aslan tidak akan menyetujuinya.
"Ayah, bisakah Ayah mengajak Delina juga? Ku pikir ini kesempatan bagus untuknya melihat istana. Ku dengar dia sangat ingin pergi ke sana. Bukankah begitu Delina?"
"I-iya Ayah. Aku juga mau ke sana," ucap Delina pelan. Ia terpaksa membuang harga dirinya demi keinginannya.
"Ayah tahu kan kalau sejak kecil aku ingin melihat istana secara langsung? Ini kesempatan bagus untuk--"
"Delina!" Timpal Aslan. Ia menaruh winenya ke meja dan melayangkan tatapan datar. "Apa yang bisa Ayah banggakan tentang mu? Kau ingin mempermalukan Ayah di depan Kaisar?!"
DEG!
"Buatlah diri mu berharga! Setelah itu kau bisa ikut Ayah ke istana."
"Ba-baik Ayah," ucap Delina lesu. Wajahnya menunduk sayu. Di sampingnya Rosaline menenangkan Delina dengan memegang tangannya.
Wah, benar-benar pemandangan yang memuaskan. Batin Senora. Ia pun melanjutkan makan malamnya dengan hati berbunga.
***
Istana Lionel.
Luasnya halaman depan istana menjamah penglihatan Senora tatkala ia turun dari kereta kuda. Beberapa tanaman hijau turut melengkapi. Bangunan menjulang di depan mata layaknya sosok angkuh yang bisa menyaingi Dewa.
Lalu, ada satu lagi! Sosok angkuh lainnya.
Lihatlah tatapan merendahkan itu! Senyumnya mengembang ramah tapi Senora yakin ada ketidakserasian antara ekspresi dan suara hatinya.
Ia berdiri seolah-olah menyambut kedatangan Senora. Tidak ada yang tahu sosok iblis di balik topeng malaikat itu.
"Salam kami haturkan kepada Yang Mulia Putra Mahkota," tunduk Aslan dan Senora berbarengan.
"Ya, Kaisar sudah menunggu kedatangan kalian. Aku menyambut di sini untuk menghargai pertemanan ku dengan Lady Senora," ucap Agares ramah.
Seantero kekaisaran tahu jikalau Sang putra mahkota berteman baik dengan Lady Senora. Informasi ini tersebar di banyak berita sosial seperti koran atau dari mulut ke mulut.
Berita seperti persahabatan antara Putra mahkota dan seorang Lady tersebar satu tahun sejak acara debutante Senora waktu itu. Cerita picisan pun ramai dibicarakan tentang ketertarikan putra mahkota pada kecerdasan Lady Senora. Itu lah sebab kenapa Senora mendapat gelar Lady of Lionel. Karena yang mereka tahu, Senora berhak mendapatkannya.
Begitulah, seorang Agares memanipulasi khalayak banyak. Menyebarkan rumor baik untuk mengangkat derajat Senora. Menyembunyikan fakta bahwa ada imbalan di baliknya.
"Terimakasih atas kepedulian mu Yang Mulia," ucap Senora seraya menekuk lutut dan mengembangkan gaunnya.
"Mari," ajak Agares.
Mereka memasuki istana megah dengan dominan warna putih dan dongker. Senada dengan warna bendera kebanggaan Lionel.
Jajaran lukisan memenuhi koridor. Sempat Senora lihat juga potret Kaisar dan permaisuri dari zaman ke zaman. Langkah Senora sedikit melambat ketika melihat potret Kaisar sekarang dan permaisurinya. Jika diperhatikan wajah Agares sangat kental menurun pada Kaisar Ardhan Lionel. Begitu tampan dan bermartabat. Sedangkan sang permaisuri sangat cantik dan elegan. Bagaimana keturunannya tidak menguarkan aura tampan juga jika orangtuanya saja tampan dan cantik seperti ini?
Tapi, Senora heran satu hal!
Dari mana sifat Agares diturunkan? Sifatnya yang licik itu sepertinya tidak cocok di miliki wajah seperti Kaisar Ardhan dan Permaisuri Letia.
"Kau tertinggal, Lady Senora," tutur Agares seraya tersenyum lembut. Ia bahkan repot-repot menghampiri Senora.
"Ah, maafkan saya, Yang Mulia. Ini kedua kalinya saya masuk istana setelah penghargaan Lady Of Lionel. Kekaguman saya dengan potret ini tidak pernah luntur. Saya selalu takjub melihatnya," tutur Senora terpaksa. Habisnya ada si Ayah b******k Aslan!
Agares mengendurkan niat. Ia beralih fokus ke potret di dinding. Sedangkan Aslan. Mau tidak mau ia mengikuti kehendak putra mahkota. Menunggu sejenak.
"Berkat mu aku jadi teringat kembali dengan pembuatan lukisan ini."
Sebenarnya Senora agak malas menanyakan lebih lanjut. Senora juga yakin kalau Agares tak benar-benar ingin memberi tahu. Hanya karena citra, seorang iblis pun akan berubah menjadi malaikat. Ya semua ini demi panggung sandiwara yang didasari oleh kata pertemanan yang indah.
"Itu pasti cerita yang menarik. Saya ingin mendengarnya lebih banyak," ucap Senora santun.
"Yah, sebenarnya ini bukan lukisan yang asli," ujar Agares. Tentu saja hal itu membuat Aslan dan juga Senora terkejut.
"Lukisan yang asli ada di suatu tempat. Kau tahu? Saat kecil aku terlalu imajinatif. Itu sebabnya ada gambar burung di wajah Kaisar. Aku diam-diam melukisnya saat pelukis istana baru saja selesai merampungkan tugasnya."
"Wah, ternyata Yang Mulia sudah gila sejak kecil ya?!"
Itu adalah kalimat yang ingin Senora utarakan. Tapi ia tahan. Demi citra baiknya.
"Itu informasi yang mengejutkan," ucap Aslan.
"Yah, walaupun begitu. Aku sangat berharap jika Count Aslan tidak membeberkannya ke mana pun. Aku memberitahu hal ini karena Lady Senora yang bertanya. Jika dengan putri Count Aslan, aku bisa leluasa bercerita. Terimakasih sudah merawat putri anda dengan baik," tutur Agares lembut di akhir kalimat.
Benar-benar di luar dugaan! Topengnya setebal apa untuk menutupi wajah aslinya? Senora yakin itu hanya cerita karangan saja agar membuat Aslan merasa tersanjung.
"Hehe, saya merasa terhormat Yang Mulia. Senora tumbuh dengan baik dan memang sejak dulu menjadi gadis yang menyenangkan. Saya senang jika putri saya bisa melayani Putra mahkota dengan baik."
"Melayani ya?" Gumam Agares. Tak elak melirik guna menggoda wanita yang kini memasang raut datar. Senyumnya perlahan mengembang saat Senora membalas tatapannya. Seolah tatapan itu bermakna seluruh kata sarkas yang pernah ada.
"Yah, Lady Senora memang menyenangkan. Dia pintar dan memiliki potensi yang sangat jarang dimiliki banyak wanita," sahut Agares pada akhirnya.
"Ehem, Di samping itu. Bukankah kedekatan Yang Mulia dengan Senora sudah di dengar khalayak banyak?"
"Humm, itu benar."
"Hehe, sebenarnya aku mendengar gosip aneh akhir-akhir ini. Mereka membicarakan pernikahan antara Yang Mulia dengan putri saya. Yah, sangat disayangkan. Mereka pasti kecewa saat mengetahui putri saya dijodohkan dengan Duke Rion, hahaha," tawa canggung Aslan.
"Hehe, Ayah ada-ada saja," sanggah Senora.
Dasar rubah jantan! Memangnya Senora tidak tahu maksud dibalik kata-kata itu? Selagi ada gelar yang lebih tinggi. Seorang Aslan mana mau berakhir hanya dengan menjadi mertua seorang Duke?
"Hemm.... yah, ku pikir wajar saja jika rakyat berasumsi atas kedekatan kita. Tapi.... mohon maaf Count Aslan. Lady Senora bukan selera ku."
Apa?!
Bukan selera?
Lalu apa maksudnya jatah mengangkang yang ia minta hampir setiap minggu itu?! Bahkan sempat-sempatnya menempuh jarak dari istana ke Mansion dan diam-diam menyelinap ke kamar Senora. Wah! Orang ini minta disadarkan dengan kerasnya batu bata ya?!
"Hehe, pastinya Yang Mulia punya selera tinggi ya?" tanya canggung Aslan.
"Begitulah...." jawab Agares sekenanya. Ia malas menanggapi lebih jauh. Terlebih ada hal penting lainnya yang harus ia lakukan dengan Senora.
"Ah, maaf sebelumnya Count Aslan. Bisakah aku meminjam Senora sebentar? Aku ingin menunjukkan sesuatu selagi dia di sini. Lagi pula, Duke Rion belum datang."
"Oh tentu Yang Mulia."
"Darwis...." panggil Agares pada kepala pelayan yang sejak tadi mengekori mereka.
"Ya Yang Mulia."
"Tolong antar Count Aslan di ruang tunggu."
"Baik Yang Mulia."
Punggung dua laki-laki paruh baya itu menghilang di penglihatan. Agares melirik singkat ke Senora sebelum menariknya masuk ke pintu tidak jauh dari sana.
Fyi Debutante itu kayak acara kedewasaan gitu ya.
Apa yang akan dilakukan Agares?
Tebak!
Vote komen yak. Sepi banget kayak hati ku. Hiks