Anggasta Chapter 06

1189 Words
Istirahat kedua dimulai. Ini keluar untuk Angga untuk pergi ke kantin. Ia tidak mau jatah istirahatnya terganggu lagi. Tak lupa, Angga mengundang Kribo dan Ical untuk ikut. Sedetik setelah itu, Angga langsung mengulum senyum kecil lantaran kedua sahabatnya itu mengangguk setuju. Senyuman Angga mampu membuat siapa saja berdecak kagum saat berbicara, terutama kalangan kaum hawa. Senyuman yang terlihat manis dan menawan bagai mantra untuk menyihir. Sementara menunggu Kribo memesan makanan, Angga dan Ical asik mengobrol. Dari obrolan penting, jelas, sampai berhasil Ical yang membuat perut Angga terasa seperti di kocok karena geli tertawa. "Cal, abis ini kita pergi ke taman sekolah gimana?" Angga naik alis kirinya, menatap Ical lamat-lamat sembari menunggu jawaban dari cowok itu. Aku sudah tahu apa maksud perkataan Angga barusan. Cowok berlesung pipit yang mengundang dirinya untuk merokok. Ical layak berpikir sebelum memutuskan untuk menyetujui tawaran tersebut. "Bakso sudah siaaappp!" teriak Kribo yang tiba-tiba datang dari dalam kantin. Cowok itu membawa nampan berisikan tiga mangkuk bakso yang masih mengepulkan secepatnya. Bau harumnya bisa menusuk indera penciuman dengan tajam. Kribo langsung menyodorkan undangan bakso kepada Angga dan Ical. "Berasa kekerja gue," ucap Kribo lirih, lalu mendaratkan bokongnya di samping Angga. "Baru nyadar lo? Lo, kan, emang pembantu gue," seloroh Angga asal, hal itu membuat perhatian Kribo langsung teralihkan. Kribo langsung menjitak kepala Angga dengan kepalan diantarkan. Tidak perlu Angga meracau karena kesakitan karena ulah Kribo barusan. Setelah itu terkekeh, Kribo memang gampang dirayu dan dijahili. Hal itu kadang-kadang menjadi s*****a buat Angga juga Ical untuk mendorong usil ke cowok itu jika rasa bosan sedang menyerang mereka. Setelah dirasa tidak ada cuka di meja, Angga mengangkat bokongnya dari kursi panjang kantin, ia masih tertawa dan tatapannya masih menuju Ke arah kribo yang masih marah karena ulahnya. Angga mulai berjalan menuju kantin, ia akan meminta sedikit cuka untuk Bu Gendut. Sesekaki cowok itu masih melirik kearah Kribo dan sedetik setelah itu ... Byur !! Angga langsung terpelonjak kaget.  Seragamnya basah oleh jus jeruk. Kini seragam yang berwarna putih menjelma menjadi berwarna oranye. Dengan tatapan tajam, Angga langsung menatap si pelaku. "MAKSUD LO APAAN NABRAK GUE GINI?!" Angga emosi, ia langsung mendorong si pelaku ke belakang hingga tersungkur ke lantai. Emosinya sudah mendidih, raganya seketika mengeras. Karena suara Angga sungguh terdengar setara dengan petir yang membelah langit, seluruh pasang mata langsung menatap ke arah cowok itu, tak terkecuali Ical dan Kribo. Semua murid lain langsung melingkari mereka, perkelahian akan tercipta tidak lama lagi untuk yang sekian kalinya. "Maaf, kak!" ucap si pelaku sopan. cowok yang menenumpahkan minuman diseragam Angga masih kelas sepuluh. Mungkin dia dari kelas IPA, dari penampilan yang dikenakan sudah terbukti. Kacamata dan seragam rapi. Angga melirik sekilas nametag di seragannya, Galih. "LO PIKIR DENGAN MINTA MAAF BAKAL NGEMBALIKIN SERAGAM GUE JADI BERSIH?" Angga masih menggebu. Wajahnya memerah, urat yang berada disekitar lehernya mengencang. Tatapan matanya begitu menghunus tajam. Galih tahu siapa Angga itu. Semua juga tahu jikalau sudah berurusan dengan Angga, bakal kacau semuanya. Angga, salah satu murid yang paling ditakuti. Andai saja dia menjadi siswa yang teladan, pasti lebih banyak digendrungi oleh para kaum hawa terlebih lagi wajahnya yang kelewat tampan. "Gue nggak sengaja, kak!" ucap Galih lirih, ia tidak berani menatap wajah Angga, terlalu menakutkan, yang hanya ia lakukan sedari tadi hanyalah menatap sepasang sepatunya. Angga langsung maju satu langkah ke depan dan menarik kerah seragam Galih. Sorot matanya yang tajam membuat Galih semakin takut. Tangannya gemetar, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Tidak ada yang berani melerai mereka. Hanya satu alasan dibenak oleh semua siswa yaitu, tidak mau berususan dengan Angga. Mereka hanya menatap dengan khidmat bak sedang menjalankan upacara bendera. Tidak sedikit yang mengguncing, dan ada pula yang menyoraki mereka untuk baku hantam. "NIH HADIAH BUAT LO!" Angga mengangkat kepalan tangannya, dengan gerakan cepat, ia melayangkan satu pukulan tepat di bagian rahang Galih. Galih langsung tersungkur ke tanah untuk kali kedua. Cowok IPA itu meringis menahan sakit. Sudut bibirnya robek dan mengeluarkan cairan berwarna merah segar dari sana. Galih masih menahan perih. Sorakan dari siswa yang menginginkan Angga melancarkan aksinya untuk menghantam Galih lagi dan lagi bertambah kencang. Emosi Angga membara, ia lantas menarik tubuh Galih yang masih setia tersungkur di lantai. Galih hanya bisa diam bergeming. Jika dia bersuara, Angga tak segan-segan untuk menambah pukulannya lagi. Mungkin diam adalah cara satu-satunya yang bisa Galih lakukan. Badan Galih terangkat kembali, kerah seragamnya di cengkeram Angga lebih kuat. Galih tidak berani menatap wajah Angga. Angga langsung menghajar Galih lagi. Pukulan bertubi-tubi menghantam perut Galih. Angga tidak menghiraukan Galih yang meminta ampun, dia masih membabi buta memukul perut anak itu. Ical dan Kribo berusaha melerai keduanya, namun Angga tidak menghiraukannya. Refleks, Angga mendorong Galih lagi. Galih tersungkur ke tanah untuk ketiga kalinya, ia memegangi perutnya yang masih berdenyut. Rasanya sangat sakit. Angga lantas tersenyum miring melihat lawannya kalah. Begitulah Angga, masalah sepele bisa menjadi masalah yang besar. Mungkin orang lain akan menganggap Angga terlalu berlebihan, namun faktanya memang begitu. Angga menghampiri Galih, cowok itu berjongkok agar lebih mudah menatap adik kelasnya yang sudah berbuat ulah kepadanya. Galih menatap Angga sambil terus merintih kesakitan. Tangan Angga terangkat, dagu Galih tertarik keatas. Ya, Angga mencengkeram dagu Galih dengan kuat. Napas Galih sesak, kini sudut bibirnya semakin bertambah parah. Darah segar keluar lebih banyak lagi. "Ini belum seberapa yang gue lakuin ke elo, karena gue tau, lo masih adik kelas kelas gue." Ucapan Angga membuat Galih meneguk ludahnya. Senyuman miring dari Angga membuat kadar ketakutan Galih semakin mencuat. "Sekarang lo udah tahu jika berusan sama gue bakalan kayak apa," ucap Angga lagi tepat di telinga Galih. Sesudah mengucapkan kata itu, Angga kembali mendorongnya ke belakang. Sebelum melesat pergi, Angga tersenyum kecut lagi ke arah Galih. Ia sama sekali tidak menyesal melakukan hal k**i itu kepadanya, ia malah senang melakukannya. Angga keluar dari kerumunan kantin dan berjalan menuju kelas. Kribo dan Ical lantas menyusulnya. Bakso yang mereka pasan sungguh sia-sia. Tidak masuk ke dalam mulut dengan sempurna. Angga juga tidak mood untuk makan setelah kejadian barusan. Kribo berlari menyusul Angga yang berjalan dengan cepat diikuti oleh Ical dari belakang. Tiga remaja itu kini menjajarkan langkah kakinya. "Ga!" panggil Ical dengan suara lantang dan panggilannya itu dihadiahi gumaman singkat dari Angga. "Lo harus kontrol emosi lo Ga! Sumpah, gue ngeri lihat tuh bocah dihajar habis-habisan sama elo," tutur Ical, menepuk bahu Anggasatu kami,tatapannya tak berpindah dari Angga yang masih menatap lurus ke depan. "Kenapa lo nggak tolongin?" Angga membalikan pertanyaan, ditatapnya Ical dengan air muka heran. Hanya satu detik, lalu detik berikutnya dia kembali fokus ke jalanan. "Iya tuh, bener apa yang aku maksud. Lo harus bisa kendalikan log, gue tau kalo tuh bocah salah." Kribo menyela, ikut menuding perilaku Angga yang sungguh-sungguh di luar batas itu. "Terus?" "Ya lo, kan, bisa bandingin mana kesalahan besar dan mana kesalahan yang sepele. Lagian tuh anak juga udah minta maaf ke elo," ucap Kribo bijak, berusaha menyadarkan Angga. Angga hanya bergeming, mendengarkan tuturan dari kedua sahabatnya. Tatapannya masih fokus ke Arah depan, bersamaan dengan itu, langkah lolos semakin kencang. "Coba pakai kepala dingin, selesaikan baik-baik. Jangan pakai cara k*******n untuk menjadi pelampisan setiap masalah." Kini Ical juga ikut memberi kata mutiaranya. Ini semata-mata ia hanya untuk memberi tahu kepada temannya itu, tidak lebih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD