“Owek …! Owek …! Owek…!” tangisan bayi terdengar dengan keras, membuat Keenan yang baru saja beres melakukan sesi mengajar perkuliahan online di sore hari itu bergegas menghampiri kamarnya. Tapi karena buru-buru maka ia lupa mematikan laptopnya.
Kini di kamar Keenan ada dua buah ranjang bayi lengkap dengan mainan mereka masing-masing. Ia pun sengaja membedakan keduanya dengan memilih warna yang berlainan, yang satu bertema warna merah dan yang satu bertema warna biru.
“Ada apa Baby A? Apa kamu merasa lapar?” tanya Keenan menghampiri ranjang bayi yang berwarna merah, ia pun karena kebingungan memilih nama untuk mereka berdua, hanya menamai keduanya dengan Baby A dan Baby B. Keenan merasa hal itu benar sebab nantinya ia akan menanyakan secara langsung nama asli kedua bayi itu kepada ibunya, jika ia berhasil menemukannya nanti.
Keenan mengambil botol s**u yang sudah ia siapkan sebelum tadi memulai perkuliahan online-nya. Ia memberikan botol s**u tersebut kepada Baby A yang memang berhenti menangis, tapi hanya sebentar saja sebab sang bayi melepaskan botol susunya itu dan kembali menangis. Parahnya lagi, kali ini Baby B yang awalnya anteng dengan mainannya pun ikut-ikutan menangis. Hal ini membuat Keenan menjadi kebingungan.
“Aduh apa yang harus aku lakukan? Kenapa kedua bayi ini malah jadi menangis bareng begini ya? Diberikan botol berisi s**u pun sepertinya mereka tidak lapar. Bagaimana ini?” gumam Keenan merasa gelisah. Tapi untungnya ia kepikiran buat mencari jawabannya di internet, maka ia pun melakukan pencarian di si Mbah Gugel.
“Haduh semua hasil searching ku ternyata malah bikin tambah bingung, terutama dari situs-situs para dokter. Semuanya nyaris memberikan artikel tentang penyakit yang berbahaya, tapi masa sih bayi menangis langsung ada vonis berbahaya begini? Eh di situs para ini ada seorang ibu yang mengatakan kalau bayi menangis bisa jadi adalah pertanda dia bosan sebab berada dalam posisi tiduran seharian. Langkah untuk mengatasinya adalah menggendong dan menepuk-nepuk punggungnya dengan perlahan maka tangisannya akan reda. Baiklah akan aku coba solusi dari si ibu itu saja!” angguk Keenan.
Maka Keenan kemudian menggendong Baby A yang tangisannya jauh lebih kencang dari pada Baby B. Sambil menggendongnya, Keenan menepuk-nepuk punggung Baby A perlahan-lahan, sungguh ajaib! Baby A mulai mereda tangisnya dan Keenan kemudian meletakkannya kembali ke dalam box bayinya sambil memutar mainannya. Ia lalu menggendong Baby B dan melakukan persis sama dengan sebelumnya. Ternyata berhasil juga, Baby B pun reda tangisannya dan saat dikembalikan ke box bayinya ia pun anteng bermain kembali.
Keenan menghela nafasnya, ternyata kalau ia tidak panik dan berpikir dengan jernih, semua persoalan memang ada jalan keluarnya.
“Kini aku paham, kalau bayi menangis tidak melulu soal dia lapar dan haus. Tapi juga karena merasa bosan berada di dalam buaiannya terus selama berjam-jam. Tapi bahaya juga ya kalau ada orang yang mencari informasi online malah mendapatkan artikel yang membuat takut. Kalau begini aku kepikiran buat membuat konten yang ramah bayi dan ibu-ibu atau ayah yang sedang kebingungan mengartikan tangis bayi mereka. Ya semacam konten untuk balita begitu,” gumam Keenan sambil memperhatikan Baby A dan Baby B yang sedang anteng bermain. Wajah mereka berdua memang semakin mengingatkan Keenan kepada Nadira, mantannya dulu.
Maka Keenan kemudian mulai memasang beberapa kamera di kamar dan ruangan lainnya, ia juga kerap memakai action cam di kerah bajunya. Semua itu demi ia bisa membuat konten yang ramah balita dan membantu mereka yang baru saja menjadi orang tua.
Pagi ini dengan sebuah stroller khusus untuk membawa kedua bayi kembarnya, Keenan melangkah masuk ke dalam ruangan perkuliahan. Tentu saja ia disambut dengan meriah dan dihujani pertanyaan dari parah mahasiswa dan mahasiswinya.
“Wah Pak Keenan, gak nyangka sudah punya anak saja, Pak?”
“Anaknya kembar ya, Pak? Lucu bingits!”
“Aduh anak siapa itu Pak? Bukannya Bapak mau nikah dan bikin anak sama saya?”
“Siapa ibunya nih, Pak?”
“Yah gagal deh mau nyoba jadi ibu dosen tuh.”
Mendengar semua komentar dari parah mahasiswanya, Keenan hanya tersenyum tipis. Ia berhenti mendorong stroller tepat di depan kelas dan menatap semua mahasiswanya yang kontan berhenti berbicara.
“Selamat pagi kalian semuanya!” sapa Keenan.
“Selamat pagi, Pak Keenan!” kompak para mahasiswa yang ia ajar menjawab.
“Kalian tentu heran dan penasaran bukan, kenapa saya membawa kedua bayi kembar ini?” tanya Keenan.
Para mahasiswanya mengangguk.
“Baiklah yang pertama dan paling penting adalah, keduanya bukan bayi saya. Jadi kemarin pagi itu ketika saya hendak jogging, saya menemukan mereka berdua di dalam keranjang rotan tepat di depan pintu apartemen saya. Awalnya mereka saya kirimkan ke dinas sosial, tapi siangnya saya berubah pikiran dan merasa kasihan jika mereka harus hidup di panti asuhan. Karena itulah kemarin saya pun mengajukan hak asuh atas mereka ke dinas sosial. Saya mendapat hak asuh sementara bagi mereka berdua. Karena itu saya mohon kerja sama dari kalian karena mulai dari sekarang saat saya sedang mengajar, kedua asisten saya ini akan selalu hadir!” tutur Keenan menjelaskan.
“Ooo ….” Kompak para mahasiswa menjawab, mereka kini mengerti alasan kenapa dosen mereka yang dikenal masih perjaka ting-ting itu tiba-tiba hari ini membawa stroller berisi dua bayi kembar ke kelas.
Nadya, mahasiswi yang secara diam-diam menyukai dan bahkan telah jatuh cinta dengan Keenan sejak pertama kali melihatnya, pun bernafas lega. Dosen idamannya benar-benar seorang pria sejati, bahkan ia sangat baik dengan menerima kehadiran kedua bayi kembar yang entah datang dari mana yang ditaruh seseorang di depan pintu apartemennya. Ia bahkan langsung menjadi ayah asuh bagi kedua bayi kembar yang malang itu.
Nadya merasa mendapat kesempatan untuk mencari perhatian dari Keenan, ia mengacungkan tangannya.
“Ya, ada apa, Nadya?” tanya Keenan.
“Pak Keenan, biar anda tidak repot. Biar saya saja yang menjaga kedua bayinya di sini!” usul Nadya.
Keenan mengangguk-angguk, “Kalau kamu tidak keberatan, boleh saja. Nanti sekitar dua puluh menit ke depan. Tolong kamu berikan mereka s**u, ada botol s**u di kiri dan kanan stroller ini. Tadi saya sudah menyeduh s**u formula untuk mereka.”
“Baik, Pak Keenan. Tidak keberatan sama sekali!” sahut Nadya.
Nadya segera berdiri dari kursi dan melangkah ke depan ia kemudian mendorong stroller tersebut ke arah kursinya sendiri. Ia tersenyum dan mengusap pipi kedua bayi kembar tersebut yang tampaknya tidak keberatan sama sekali.
Beberapa mahasiswi lainnya pun merasa gemas, mereka meninggalkan bangku mereka dan mengajak bermain kedua bayi yang dibawa oleh Nadya tersebut.
Keenan menatap ulah para mahasiswinya, entah kenapa ia pun merasa sedikit terbantu dengan penerimaan para mahasiswanya tersebut. Tadinya ia berpikir kalau mereka akan berkeberatan dan mau tidak mau ia harus izin untuk tidak mengajar hari ini, tapi melihat apa yang sedang terjadi, sepertinya kehadiran kedua bayi kembar itu di kelasnya, bukan masalah sama sekali.
***