Let it be me

850 Words
Angel melingkarkan tangan pada lengan kekar Jhon, ia tersenyum manis melihat wanita di hadapan mereka. Entah ada angin apa, hari ini Jhon mengajaknya pergi berkencan, Angel tidak pernah menduga kencan yang dimaksudkan oleh Jhon adalah memperkenalkannya pada wanita pemilik hati calon suaminya. “Kalian pasangan serasi,” senyum wanita itu memukau, bahkan Angel juga seorang wanita ikut terpesona dengan senyumnya, “Akhirnya ada juga yang mau nikah sama kamu, Jhon.” Lanjut wanita itu sembari tertawa kecil. “Yang mau jadi istri aku tuh banyak banget loh. Aku nya aja yang nggak mau.” Jhon menyengir kuda, sedang Cora mengeleng-geleng mendegarkan kenarsisan lelaki itu. “Kenalan di mana sama Jhon? Kok, baru kali ini Jhon bawa kamu ke sini?” Cora tersenyum ramah sembari menatap lembut ke arah Angel. “Kami dijodohkan, jadi baru kali ini Jhon bawa aku main ke rumah sahabatnya.” Angel tersenyum manis. Ingin rasanya ia segera beranjak pergi dari rumah wanita yang ada di hadapannya. Satu-satunya wanita pemilik hati calon suaminya. “Zaman kembali ke zaman Siti Nurbaya ya,” Cora tergelak, dejavu seakan tengah menyaksikan kisahnya sendiri, “Aku juga menikah karena perjodohan. Walaupun akhirnya aku tahu kalau suamiku adalah kekasihku,” wanita itu menatap ke depan dengan tatapan menerawang. “Walaupun dijodohkan, kamu pasti bisa mencintai Jhon. Dia lelaki yang baik walaupun sekarang sudah terlalu tua untuk dikatakan sebagai seorang lelaki lajang.” Lanjut Cora. “Usia boleh tua, tapi fisik masih seperti remaja delapan belas tahun loh.” Jhon tersenyum lebar. “Mama ... Jay dan papa udah pulang.” Jay berlari kecil dan memeluk tubuh ibunya. Cora memeluk erat ubuh Jay dan mencium puncak kepala anaknya “Baru dating, Jhon,” ucap Tony, “Bawa siapa tuh? Pastinya bukan salah satu simpanan kamu ‘kan?” Tony berjalan mendekat dan melirik Angel melalui sudut matanya. “Aku udah nggak ada wanita simpanan, Tony. Bagaimana bisa kamu mengatakan semua wanitaku adalah simpanan. Aku bahkan belum menikahQ!” Jhon mendengkus kesal. “Kenalkan ini calon istriku, Angel dan Angel kenalkan ini sahabatku, Tony.” Jhon melanjutkan perkataannya. Angel mengulurkan tangan kepada Tony, lalu Tony menyambut tangan Angel dan tersenyum ramah. “Maaf tadi kirain ... itu ... anu...” Tony menjadi salah tingkah, ia tidak ingin calon istri sahabatnya menjadi salah paham saat mendengarkan pertanyaannya tadi. “Nggak pa-pa, kok. Aku udah tahu kalau calon suamiku ini adalah seorang playboy.” Angel tersenyum manis dan melirik ke arah Jhon, sedang Jhon terkekeh pelan. “Aku udah pensiun jadi playboy, Sayang.” Jhon mencubit gemas pipi kiri Angel, Angel memutar kedua bola matanya. “Jadi kapan nikahnya?” Tony menarik kursi kosong yang berada di sebelah istrinya, Cora dan Jay tengah larut dalam pelukan dan juga candaan mereka. “Dua bulan lagi. Aku mau ngenalin Angel pada Cora karna pernah janji memperkenalkan calon istriku kepada Cora.” “Nikah catatan sipil aja apa nikah gereja juga, Jhon? Angel jangan mau kalau Jhon nggak mau nikahin kamu secara gereja. Jangan percaya sama playboy!” Tony menyengir kuda. “Kami akan menikah secara gereja. Kami udah ikut KPP.” Angel tersenyum manis “Syukur, deh. Dulu cita-cita Jhon nggak mau nikah gereja, dia takut nggak bisa cerai.” Tony menatap Jhon tajam, sedang yang ditatapm malah cengengesan tak peduli. “Resepsinya di hotel Tony aja ya, Jhon. Aku bantuin kamu nyiapin pernikahanmu. Dulu ‘kan aku nggak nyiapin pernikahanku sendiri, jadi sekarang aku pengen banget terlibat di dalam acara pernikahan. Kali ini, biar aku bantuin menyiapkan pernikahan kamu ya,” Cora berkata antusias, ia sangat gembira melihat sahabat yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri itu akhirnya akan menikah. “Cora … aku masih sanggup nyewa gedung buat pernikahanku.” Jhon mengerucutkan bibirnya, “Ya, walaupun aku nggak setajir Tony, setidaknya aku masih punya uang.” “Bukan begitu maksudnya, Jhon. Kamu udah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Nggak ada salahnya, jika seorang adik mau terlibat dalam kebahagiaan kakaknya, ‘kan?” Cora tersenyum lebar, sedang Jhon tersenyum tipis. Selama ini Cora hanya menganggapku sebagai kakak? Nasib ... nasib ... Jurus playboy memang nggak bakalan mempan buat dapatin hati wanita ini. “Itu lebih baik bukan, Jhon? Ada yang mau membantu pernikahan kita dan rezeki nggak boleh ditolak. ” Angel menyikut lengan Jhon. Jhon mengangguk pasrah. Hatinya sudah hancur berkeping-keping. Kenyataan bahwa wanita yang dicintainya hanya menganggapnya sebagai seorang kakak membuat dadanya sesak. Menit demi menit berlalu, Cora dan Angel larut dalam pembicaraan tentang pernikahan. Sementara Jhon duduk terpaku menatap kedua wanita yang tengah terlihat bahagia itu. “Aku tenang kalau kamu udah nikah nanti.” Tony menyadarkan Jhon dari lamunan panjangnya, lalu tersenyum lebar ke arah Jhon. “Tony ... Tony ... Masih aja cemburu sama aku. Mau aku berusaha sampai mati juga, aku nggak bakalan bisa dapatin hati Cora. Dari dulu sampai sekarang, hanya kamu pemilik hatinya, tapi jangan pernah sakitin Cora. Kalu aku melihatnya menangis karenamu, aku akan menculiknya walaupun aku sudah menikah nanti. Aku hanya ingin melihatnya bahagia. Aku akan mengubur perasaan yang menyesakkan ini. Cukup kamu dan Tuhan yang tahu tentang perasaanku pada Cora.” Jhon menatap tajam ke arah Tony “Aku nggak bakal pernah buat dia menangis, jadi tenang aja. Aku akan selalu membuat dia menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini. Carilah kebahagiaanmu, Jhon. Kamu berhak bahagia.” Tony mencengkram pundak Jhon. “Walau bagaimanapun, kamu adalah sahabat terbaikku. Saat kelahiran Jay, kamu sudah banyak membantu keluarga kecil kami. Jika kamu nggak ada, mungkin aku akan menjadi seorang calon ayah yang bodoh dan hanya bisa panik menghadapi kelahiran putraku. Biarkan Cora membantu pernikahan kalian sebagai ucapan terimakasih.” Tony tersenyum, Jhon menganggukkan kepala dan tersenyum tipis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD