I hate you, but I love you

1062 Words
Angel membuka kotak, tempat di mana ia menyimpan cinta, kenangan, dan juga rasa sakitnya. Tapi tidak semua rasa sakitnya bisa disimpannya di sana, karna hingga saat ini ia masih merasakan sakit yang sama saat bertemu dengan lelaki itu.  Ia menatap sedih selembar foto, satu-satunya kenangannya bersama dengan lelaki itu. Terkadang waktu bisa membuat kita melupakan segala hal, hal yang ingin kita lupakan ataupun hal yang tidak ingin kita lupakan, tapi bagi Angel waktu tidak dapat membuatnya melupakan masa lalunya. Sangkala tak mampu membuatnya melupakan cinta, sakit, dan juga benci. Semua rasa itu bercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya. Saat bertemu kembali dengan lelaki itu, ia pasti akan satu hal, satu hal yang sudah sejak lama ia coba untuk lupakan, satu hal yang ingin ia buang jauh dari hatinya, yaitu cinta. “Semua ini hanya sandiwara bagimu, tapi cintaku tulus untukmu. Aku akan membuatmu menyesal seumur hidupmu. Cinta itu telah menjadi benci, tapi sialnya kebencian di hatiku ini nggak bisa mengalahkan perasaan cintaku kepadamu.” Angel mengusap-usap permukaan foto yang terlihat lusuh. Tanpa ia sadari, air matanya mengalir. Ia menyimpan kembali foto yang berada di tangan, ia tidak mau terus tersakiti dengan mengenang kembali masa lalunya. “Ci Angel, mau lamaran kok malah nangis? Calon suaminya udah datang tuh.” Yoshepina atau yang biasa dipanggil Yo, adalah adik semata wayang yang Angel miliki. Yo mengusap-usap punggung Angel. Ia tersenyum lirih, tidak mengerti apa yang membuat kakaknya meneteskan air mata, baginya kakaknya adalah seorang wanita yang tegar dan pendiam. “Kelilipan, Yo. Cici nggak nangis, kok.”Angel tersenyum manis “Jangan bohong, Ci. Bukannya cici yang mau dijodohin sama lelaki itu, kenapa sekarang cici nangis?” “Anak kecil kayak kamu belum ngerti apa-apa.” Angel mengelus puncak kepala Yo. “Kenapa sih cici harus nikah sama cowok yang udah ngerusak? Kenapa harus nikah dengan cowok yang udah hancurin kehidupan cici? Cowok yang buat ci ci trauma dan takut sama cinta?” Yo mendengkus kesal. “Kamu jangan asal ngomong, dari mana kamu tahu semua itu?” Angel mengangkat sebelah alisnya. “Dari seseorang, aku nggak setuju ci ci nikah sama dia.” Yo menatap tajam ke arah Angel, lalu mencengkram kedua lengan Angel. “Kamu tahu Yo apa itu takdir?” Angel tersenyum manis. “Aku memang nggak ngerti tentang takdir dan cinta, tapi satu hal yang aku tahu, ini bukan takdir, Ci. Ini kebodohan!” Yo berkata sarkastis. “Makanya cici bilang kamu masih kecil, kamu tahu ... pada akhirnya takdir akan mempertemukan dua orang yang sudah ditakdirkan bersama. Dia pasti mempertemukan kembali dua orang yang telah terpisah, sejauh manapun salah satu dari mereka berlari, akhirnya mereka pasti kembali bertemu.” Angel tersenyum manis. “Terserah cici, deh. Asalkan jangan nangis lagi. Tuh, calonnya udah di bawah, kita ke bawah yuk!” Yo menggandeng erat lengan kakaknya dan menuntunnya menuruni anak tangga. *** Jhon memandang intens wajah cantik oriental yang tengah menunduk, ia tidak pernah melihat wanita itu gugup seperti saat ini. “Cantik calon istrimu, Ko.” Joanne, adik Jhon berbisik pelan ke telinganya. “Siapa dulu calon suaminya.” Jhon berkata bangga Hari ini Jhon merasa bahagia, bukan karena acara lamaran, namun karna seluruh keluarganya berkumpul bersama hari ini. Ayah dan ibunya terlihat mesra, walau ia tahu semua itu hanya sandiwara mereka berdua, tapi setidaknya hanya untuk beberapa menit ke depan ia bisa merasakan betapa bahagianya mempunyai keluarga yang harmonis. Setelah beberapa jam proses lamaran dan acara makan malam yang sederhana, Jhon melangkahkan kaki keluar, ia terlalu lelah mengikuti seluruh proses lamaran. Ia duduk pada bangku yang terbuat dari rotan samping kolam ikan buatan. “Mama memintaku mengantarkan teh ini untukmu.” Angel menyerahkan secangkir teh hijau kepada Jhon. “Aku baru tahu nama cina kamu itu Chen Ying Hua. Ying Hua yang artinya silver flower, ‘kan? Nama kamu bagus, aku iri sama kamu karna aku nggak punya nama cina.” Jhon tersenyum manis. “Aku orang Tionghua tulen, tentu saja aku punya nama Tionghua. Aku ‘kan bukan blasteran kayak kamu. Cina jadi-jadian.”Angel tersenyum sinis. “Iya deh yang tulen, tapi zaman sekarang blasteran yang lagi laris manis loh.” Jhon terkekeh pelan. Angel mendengus kesal, lalu berjalan meninggalkan Jhon yang masih terkekeh melihatnya. Kalau luarnya aja yang bagus buat apa? Dalamnya jelek begitu, cuma orang bodoh seperti aku aja yang mau nikah sama kamu. Angel bergumam dalam hati. *** Angel menaikkan sebelah alis dan menatap nanar pemandangan di hadapannya, Jhon terlihat tengah merayu seorang resepsionis di kantornya. Ia tengah tertawa riang dengan resepsionis itu. “Jangan merayu wanita di kantorku, Jhon.” Angel menarik lengan Jhon dengan paksa. “Santai saja calon istriku. Aku nggak merayunya, dia yang melakukannya.” “Hentikan omong kosongmu! Siapa yang akan percaya dengan playboy sepertimu.” Angel berkata sarkastis. “Kamu boleh untuk nggak mencintaiku, boleh tidak menganggapku calon istrimu, tapi jangan sekali-kali kau menduakanku. Memang nggak ada cinta di antara kita, tapi aku nggak mau sampai kamu menganggap pernikahan ini sebagai permainan,” Angel melanjutkan perkataannya. “Tenang, Sayang. Aku nggak pernah akan menduakanmu. Walaupun nggak ada cinta di antara kita, aku nggak akan menganggap pernikahan ini sebagai permainan.” Jhon terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakan semua itu pada Angle, sedang Angel memutar mata malas, lalu melebarkan langkah kakinya dan meninggalkan Jhon yang masih terlihat bingung. *** “Jangan pernah jemput aku di kantor lagi.”Angel berkata ketus, ia memasang seatbelt, lalu  mengarahkan pandangan ke depan. “Apa salah seorang suami menjemput istrinya?” Jhon mengangkat sebelah alisnya. “Calon suami,” koreksi Angel sembari berdecak sebal. “Sebentar lagi aku akan menjadi suamimu, Angel sayang.” Jhon tersenyum manis. Selalu tersenyum, baik, lembut kepada wanita, dan aku benci semua itu. Aku muak dengan sifatmu itu. Kamu nggak pernah berubah, Jhon. Mungkin memang nggak ada yang berubah dari kita berdua, bukan? “Hmm … Bagaimana perkenalan kita sebelum ini? Apa maksud Daniel dengan cemara?” Jhon menanyakan pertanyaan yang selama ini mengganjal hatinya. “Aku nggak mengerti maksudmu.” Angel mengendikkan bahunya dengan tak acuh “Jangan pura-pura bodoh, Angel. Aku tahu, kamu adalah wanita pintar.” Jhon mengarahkan pandangannya kepada Angel untuk sesaat. “Cobalah mengingat kembali masa lalumu. Telusuri setiap kenangan di sana dan cobalah membuka kembali kenangan yang ingin kamu lupakan itu. Di sanalah kamu akan menemukanku. Kamu akan mengingat kembali tentang aku dan mungkin saat ka,u mengingat semuanya, kamu nggak akan memperlakukanku sebaik ini.” Angel berkata datar. “Mendengar perkataanmu, aku mengerti akan satu hal, kamu bukanlah wanita baik yang seperti ibuku pikirkan.” Jhon memfokuskan kembali pandangannya pada jalan raya di hadapannya. “Kau baru menyadarinya? Sudah terlambat bagimu untuk menyadari bahwa aku bukanlah wanita yang baik.” Angel tersenyum sinis. Jhon tertawa kecil. “Aku mulai tertarik dengan calon istriku ini. Aku juga bukan lelaki baik, jadi nggak heran jika seorang lelaki jahat sepertiku mendapatkan istri sepertimu. Kita pasangan yang cocok, bukan? Itu lebih bagus karna aku nggak pernah menyukai wanita baik,” Jhon tersenyum manis. Angel tersenyum sinis dan menatap kosong jendela di sampingnya. I hate you, but i love you.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD