Jeslyn terbangun, karena matahari dari arah jendela menyinari matanya yang sedang tertutup tirai putih, ia lalu sadar dan mengingat apa yang di lakukan Alston kepadanya semalam menjelang subuh. Ia juga tak melihat sosok pria iblis itu berada di sampingnya saat ini.
"Kemana iblis itu?" tanya Jeslyn.
"Ia sudah meniduriku dan menelanjangiku semalaman, aku tak perduli dengan keperawanan ini, aku hanya perduli dengan pekerjaanku, bagaimana aku akan bekerja? Jika aku di sini terkurung?" Tanya Jeslyn, pada dirinya sendiri, lalu melihat tubuhnya yang penuh dengan Lebam dan Bibirnya yang sudah terbalut Plester.
"Apa ini? Apa Alston melakukan ini? Tapi dia pria tak berhati, tak mungkin dia membalut lukaku," kata Jeslyn ketika melihat wajahnya didepan cermin yang sudah di balut rapi.
Jeslyn kembali memakai jubah mandi berwarna putih yang sudah bergelantungan di dalam kamar mandi, sesaat kemudian seorang maid masuk dan membawakan segelas s**u untuknya, dan setelan gaun mewah menunjukkan apa saja Alston bisa membelinya.
"Apa itu?" tanya Jeslyn memicingkan mata.
"Ini segelas s**u untuk anda."
"Siapa yang menyuruhmu membawakan ini?" tanya Jeslyn
"Kenapa kamu harus tahu? Minum saja, jangan banyak bicara," ujar Maid tak suka, mereka memang tidak suka kehadiran Jeslyn di rumah ini.
"Dan, ini—"
"Ini gaun. Kamu bisa pakai ini."
"Ya sudah keluarlah."
"Silahkan," kata maid itu sembari melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
Sepeninggalan maid, Jeslyn masuk kedalam kamar mandi, ia harus mencuci seluruh tubuhnya ketika Alston sudah menyetubuhinya.
***
Setelah selesai mandi Jeslyn memakai dress yang sudah di siapkan maid untuknya dan meminum segelas s**u yang di simpan maid di atas nakas, dress berwarna biru muda dengan bunga-bunga membalut tubuhnya dan terlihat sangat indah.
Ketika hendak keluar dari kamar, Jeslyn terkejut ketika kamar ternyata terkunci sejak semalam, Jeslyn pikir maid yang tadi masuk sudah sangat jelas pintu kamar ini terbuka, kenapa sekarang tertutup.
Jeslyn berusaha membukanya dengan cara apa pun tapi tak juga berhasil karena pintu berwarna coklat itu tak mudah di tembus dengan apa pun karena sudah di design sangat mewah dan tak mudah ditembus.
"Dasar b******n!" Jeslyn mengumpat karena kesal.
Tak lama kemudian ponselnya berdering dan telpon itu dari Killen sahabatnya.
"Apa yang harus aku katakan? Aku tak mungkin mengatakan kepada Killen jika aku saat ini sedang di kurung di rumah Alston, tapi aku harus keluar dari sini, Ayah dan adik-adikku bagaimana? Aku harus melihat mereka, namun jika ku katakan pun Killen tak akan mampu menolongku." Jeslyn berperang dengan pikirannya sendiri mengenai dirinya dan menekuri ponselnya, Killen sudah menelfonnya dua kali.
"Helo?" jawab Jeslyn.
"Where are you, Jeslyn? Kenapa sulit sekali menghubungimu?"
"Aku sedang mengantar koran di pagi ini, ada apa?"
"Aku hanya khawatir karena semalaman kamu tak pulang," jawab Killen.
"Im sorry, Kil. Aku ketiduran di bar," jawab Jeslyn tanpa mengatakan yang sebenarnya.
"Tolong jaga ayahku dan juga adik-adikku," sambung Jeslyn.
"Ada apa denganmu? Kenapa mengatakan itu? Apa kamu tidak berniat pulang?"
"Nanti akan ku ceritakan. Tolong, ya," kata Jeslyn seraya mengakhiri telponnya dan menaruh ponselnya di sakunya.
Setelah mengakhiri telpon, Jeslyn kebingungan dan tak tau harus berbuat apa, tak ada cela baginya untuk keluar dari tempat ini, tempat ini sungguh di jaga dengan ketat dan tak ada ruang baginya, ruangan ini begitu tertutup. Jeslyn lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sudah di rapikan oleh maid.
Jeslyn terkejut ketika mendengar suara pintu yang terbuka, Jeslyn melihat sosok pria iblis masuk ke kamar dengan begitu tampannya, setelan baju kemeja berwarna hitam dengan kancing hidup terbuka menampakkan d**a yang di tumbuhi bulu khas, dan celana hitam serta kacamata hitam yang ia pakai. Membuat Jeslyn terpukau akan ketampanan pria yang sudah merebut keperawanannya.
Dengan cepat ia menyadarkan pikirannya dan kembali dengan cueknya.
"Kenapa kamu mengunciku? Apa saat ini aku sedang di culik?" tanya Jeslyn kesal.
"Rasanya sangat susah melepasmu ketika kau berikan kepuasan kepadaku semalam," Jawab Alston sambil meraih kursi dan duduk di hadapan Jeslyn.
"Kamu bermain sendiri dan aku tak menikmatinya sama sekali," kata Jeslyn.
"Aku ke sini karena merindukanmu," kata Alston
"Jangan berani melakukannya lagi.
"Sepertinya kamu akan menjadi milikku."
"Aku tak akan pernah mau dan sudi walaupun kau memohon," kata Jeslyn.
"Aku tak akan memohon, tak memohon pun aku akan mendapatkannya, aku ke sini bukan untuk itu tapi aku menginginkan kesepakatan denganmu,"
"Kesepakatan apa?"
"Kamu masih punya utang padaku, lihat tanganku dan wajahku, serta botol anggur yang kau jatuhkan, semua itu berharga mahal, tak akan bisa kau bayar dengan gaji bekerja part time sampai setahun."
"Aku tak akan pernah mau."
"Terpaksa adik-adikmu harus berhenti sekolah."
"Jangan membawa adik-adikku kedalam masalah ini, mereka tak ada hubungannya dengan ini, jangan bermain kotor."
"Atau gini, kamu butuh uang, 'kan? Untuk pengobatan ayahmu. Akan ku kasih asalkan kamu harus tinggal bersamaku."
"Apa? Tinggal bersamamu? Kau pria iblis, aku tak akan pernah mau, melihat wajahmu saja aku muak, apalagi tinggal di sini bersamamu," ujar Jeslyn cuek.
"Pikirkan saja dulu, ingat adik-adikmu dan ayahmu yang membutuhkan uang, seisi dunia ini saja bisa ku beli dengan uangku, tempat mereka tinggal adalah gedung milikku, tempat sekolah adikmu pun adalah milikku, jika kamu tak menyetujuinya terpaksa kamu tetap di sini terkurung tanpa bisa melihat keluargamu." Ancaman Alston sepertinya membuat Jeslyn bergumam kesal.
"Arrogant, kotor," gumam Jeslyn.
"Aku memang sombong karena banyak hal yang pantas aku sombongkan."
"Jangan mencoba berpikir sejauh itu, sehari saja aku di sini aku sudah merasa jijik bagaimana jika tinggal denganmu? Aku pasti tak akan bisa hidup."
"Walaupun kau menolak aku akan tetap berusaha mengambil apa yang ku inginkan."
"Apa kau tak puas? Kau sudah menghancurkan hidupku, selain ini apa lagi yang kau inginkan? Aku benar-benar muak berada di sini. Tolong bebaskan aku, aku ingin pulang, banyak pekerjaan yang menungguku." Pintah Jeslyn.
"Kau akan menjadi milikku, apa yang ku inginkan pasti akan ku dapatkan, jadi jangan pernah berpikir untuk menolaknya, seribu kali pun kau menolaknya, kau akan tetap menjadi milikku dan kamu tak akan pernah aku lepaskan, jadi camkan itu," ujar Alston, entah kenapa terdengar seperti sebuah permohonan.
"Sebenarnya apa yang kau lihat dariku? Aku bukan wanita yang berasal dari keluarga bangsawan sepertimu, sampai kau menginginkanku. Aku tak sempurna, aku bukan wanita yang berkelas, jadi apa pun yang kau inginkan tak ada pada diriku," ujar Jeslyn mencoba membuat Alston paham.
"Aku tak pernah berpikir kau adalah keluarga bangsawan atau wanita berkelas. Aku tak pernah menganggapnya seperti itu, karena tak ada wanita berkelas dan dari keluarga bangsawan sepertimu," ujar Alston terdengar seperti sebuah ejekan.
"Jika memang begitu kenapa kau menginginkanku? Perkataan dan keinginanmu terdengar mengancam, tapi aku tak pernah berpikir untuk takut."
"Tak perlu banyak bicara, aku tetap menginginkan kau jadi milikku, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau ini keputusanku, aku yang di ikuti bukan kamu, jadi jangan berpikir untuk menolaknya, karena kau berusaha menolaknya pun akan lebih kuat keinginanku menginginkanmu," ujar Alston dengan senyum meremehkan.
Jeslyn menitikkan air mata dan menangis terseduh-seduh, Alston memicingkan mata, jangan sampai itu hanya sebuah tipuan Jeslyn. Mendengar Jeslyn menangis Alston menjadi tak tega.
"Kenapa kau menangis?"
"Kau jahat sekali. Mengurungku di sini sedangkan aku ingin bertemu keluargaku," ujar Jeslyn.
"Aku tak mengurungmu di sini dan mengabaikan tanggung jawabmu sebagai kepala keluarga untuk keluargamu, aku akan menjamin mereka."
Tbc.