Para bodyguard Alston menyeret Jeslyn masuk ke kamar dengan kasar, Jeslyn mengiris kesakitan ketika dua bodyguard itu melepas genggaman tangan mereka.
"Apa yang harus ku lakukan?" Jeslyn kebingungan, saat ini ia berada di kamar entah kamar siapa yang saat ini ia tempati, namun melihat tataan yang begitu nyaman Jeslyn mengira ini adalah kamar pria iblis itu.
Jeslyn kebingungan harus bagaimana, ia lalu menekuri layar ponselnya tapi ponselnya tak bisa di gunakan karena baterainya low.
Sesekali ia melihat ke arah jendela dan masih banyak penjaga yang sedang standby di depan rumah, bagaimana dia akan lolos jika tak ada cela untuknya pergi.
Sesaat kemudian, Alston membuka pintu kamar dan melihat Jeslyn sedang uring-uringan dan mondar-mandir begitu terlihat jika ia sedang gelisah.
"Lepaskan aku. Please," ujar Jeslyn ketika melihat keberadaan pria Iblis itu kini di hadapannya.
Alston tak menjawab pertanyaan Jeslyn dan hanya mengunci pintu dari dalam, Jeslyn keheranan, ketika melihat tatapan Alston berubah menjadi begitu serius, ya sejak kapan wajah pria tampan ini tak serius, tatapan penuh kemarahan, tatapan mengintimidasi seakan hidupnya akan berakhir di kamar ini. Melarikan diri? Itu hanya akan menjadi usaha yang cuma-cuma.
Alston berjalan pelan menghampiri Jeslyn, ia berjalan mundur dan tak ada cela baginya untuk kabur saat ini, semakin Alston mendekati dirinya semakin ia mundur sampai terjebak tembok di belakangnya.
"Apa yang kamu lakukan? Jangan menyentuhku," ujar Jeslyn membuang wajahnya kesamping.
Pertanyaannya tak juga di jawab Alston.
Alston akhirnya berada hanya beberapa cm dari tubuh Jeslyn yang terperangkap tembok saat ini.
"Menjauh jika tidak aku akan teriak," ancam Jeslyn mencoba membuat Alston menjauh darinya, namun tak juga berhasil.
Jeslyn lalu meludah tepat di wajah Alston, namun Alston hanya melapnya dengan baju yang ia kenakan.
Ia menampar Jeslyn dengan sangat keras.
Meskipun sebenarnya dia sangat anti untuk menampar seorang gadis, namun karena Jeslyn mengganggunya ia terpaksa melakukannya, itupun ia harus berpikir beberapa kali untuk melakukannya.
"Kamu mau teriak? Teriak saja sekencang-kencangnya, apa kamu lupa sekarang kita berada di mansionku? Semua orang di sini mengikuti perintahku, lagian walaupun urat lehermu keluar dan teriak sekencang-kencangnya itu tak akan berpengaruh, karena ruangan ini adalah ruangan kedap suara," ujar Alston menyeringai menyeramkan.
"Aku mohon menjauh dariku," pintah Jeslyn, sembari menggenggam bajunya kuat karena merasa sangat takut.
Alston tak perduli dengan air mata yang sudah keluar dari kelopak mata wanita ini. Jeslyn berharap dengan air matanya Alston menghentikan gerakannya, namun Alston tetap tak perduli.
"Kamu iblis," ujar Jeslyn.
"I dont care," jawab Alston.
Alston lalu melumat Bibir pucat Jeslyn, wanita cantik itu berusaha melepasnya, melepas bibirnya, namun Alston malah semakin melumatnya, pria itu malah mengigit bibir bawah miliknya. Jeslyn tak kuasa menahan air matanya.
"Kumohon hentikan," kata Jeslyn di sela lumatan Alston, rasanya Jeslyn tak akan mampu membayangkan apa yang akan di lakukan pria iblis ini kepadanya.
Gairah yang tertanam lama akhirnya bangkit lagi, Alston tak menyangka dirinya begitu menyukai lumatannya di bibir mungil Jeslyn, semakin Jeslyn mencoba melepas pagutannya semakin keras juga usahanya untuk tetap berada dalam bibir Jeslyn.
Alston mengangkat tubuh Jeslyn dan Jeslyn mengalungkan kakinya di pinggang pria iblis karena takut terjatuh. Namun, Jeslyn tak menatap Alston dan memilih memalingkan wajahnya.
Jeslyn tetap berusaha melepasnya tapi tangan kanan Alston malah masuk kesela-sela roknya di belakang dan mencakar pantatnya.
Gairah Jeslyn pun bangkit, namun ia tetap berusaha tak b*******h di depan pria iblis ini, ia biarkan saja Alston mencumbunya, dan tak boleh ada perlawanan darinya, Jeslyn masih berada di gendongan Alston sampai Alston melemparnya ke atas ranjang.
Alston sangat b*******h dan melepas baju kemeja yang ia pakai ketika terlihat sangat tampan dan menghempaskan pakaiannya ke lantai, setelah itu ia berada di atas tubuh Jeslyn yang sedang menangis karena bibirnya begitu perih dan meninggalkan bekas luka.
Alston sangat tak perduli, ia tak pernah seliar ini kepada wanita mana pun biasanya wanita jalanglah yang selalu memainkan dirinya sampai ia merasa sangat puas tanpa melakukan perlawanan sama sekali, namun di tubuh Jeslyn ia merasakan hal yang berbeda.
"Aku bilang jangan melawan jika kamu tak mau tersakiti," kata Alston seraya melumat bibir Jeslyn.
Jeslyn membuat dirinya seperti boneka, tak memperlihatkan gairahnya yang memang sejak tadi sudah bangkit, ia berusaha keras agar tak terpancing walaupun seluruh tubuhnya sudah di telanjangi dengan sobekan baju yang ia kenakan.
Ia berusaha menahan desahan napasnya, deru napas yang kian memanas, ia biarkan Alston bermain sendiri dengan tubuhnya tanpa melakukan perlawanan, butir-butir kristal keluar dari pelupuk matanya menahan sakit yang luar biasa ketika milik Alston masuk kebagian inti tubuhnya sembari memainkannya.
Langit-langit kamar seakan menjadi saksi bisu jika keperawanannya sudah di renggut pria iblis yang kini sedang menindihnya.
"Mendesahlah untukku. Please," kata Alston dengan suara yang parau tapi Jeslyn tak menginginkan hal Itu.
Walaupun sebenarnya iapun ingin mendesah,namun dengan seluruh kekuatannya ia berusaha menahannya dan tak mau menunjukkan bahwa ia mulai goyah.
Alston menembakkan sejuta sel miliknya ke dalam rahim Jeslyn, Alston mendesah dengan panjang karena merasa sangat puas dan berbaring di atas tubuh Jeslyn tanpa melakukan pelepasan terlebih dahulu sebelum berguling ke samping.
Alston merasakan deru napas Jeslyn mengembus di telinganya, ia lalu mengangkat wajahnya dan melihat Jeslyn tertidur lelap. Alston menggeleng.
Ia sempat tersenyum melihat cara Jeslyn tertidur di saat ia sudah mencapai puncaknya. Jeslyn merasakannya dan sempat bergidik dan bergeliat, Alston berguling ke samping tubuh wanita yang sudah berhasil membuatnya puas walaupun tanpa perlawanan sama sekali.
Alston lalu memeluk punggung telanjang Jeslyn yang sudah tertidur meninggalkannya.
Pria itu menatap tubuh mungil Jeslyn dengan seksama banyak lebam di sekitaran tubuhnya. Karena ulahnya. Ia juga tak ingin melakukan itu, namun Jeslyn tak pernah diam dan selalu melawannya, dan untuk membuat Jeslyn terdiam, ia pun terpaksa menyakiti wanita yang sudah membuatnya beberapa hari ini ingin sekali memilikinya.
"Maafkan aku," bisik Alston, lalu terlelap dengan mendekap wanita itu.
Wanita yang tak melawan permainannya. Wanita sebagai manusia yang sangat perasa, biasanya menginginkan berhubungan intim hanya dengan orang-orang yang diinginkan atau yang dicintai. Namun, karena satu dan lain hal, ternyata hubungan intim tanpa cinta bisa saja terjadi, apalagi kalau dalam kondisi seperti saat ini.
Alston hanya ingin menjebaknya. Jeslyn memang benar-benar sudah terjebak dalam jebakan Alston yang ternyata mencoba menghancurkannya lewat tubuhnya.
Tbc.
.