Pamer

2503 Words
Setelah merayakan sebuah keajaiban yang terjadi, mereka semua memutuskan untuk melanjutkan perjalanan melewati hutan untuk menuju ke markas Selatan. Apalagi markas tersebut terlihat dari tempat mereka. Rupanya di tengah-tengah hutan terdapat hamparan rumput kering nan tandus. Dan ditengah padang savana itu, berdiri benteng kokoh yang memiliki menara yang tinggi. Tidak hanya itu, kawat berduri juga mengelilingi tembok markas tersebut. Hal ini mengingatkan Aaron pada kastil yang Harry Pott*r pakai untuk syuting. Di sepanjang perjalanan Ken, Sean, dan juga James memungut semua biji-biji kering yang mereka temui di hutan. Jelas jika tujuan mereka adalah menumbuhkan biji-bijian tersebut di markas Selatan agar penghuninya tidak kekurangan makanan. Jiwa kemanusiaan mereka tidak luntur sedikitpun meski sudah dikorbankan. Aaron maupun Saara hanya melihat kesibukan mereka bertiga. Namun dalam hati, mereka sangat kagum akan kebaikan yang ketiga orang itu miliki dalam hal kemanusiaan. Kemanusiaan disini adalah mereka sangat memikirkan nasib orang lain padahal mereka sendiri sebenarnya menjadi korban keegoisan orang-orang yang berada di markas. "Apa kalian yakin jika biji-bijian itu muat di tanah maka selatan?" Tanya Aaron. "Tentu saja. luas halaman markas Selatan sekitar satu hektar. Belum lagi jarak antara markas benteng dengan pusat menara yang dimiliki oleh tuan Robinson. Tanahnya sangat luas sehingga kami bisa menanam biji-bijian ini kan menumbuhkannya di sana." "Andai saja ada hewan yang masih normal, " desah Sean. Pasti sangat sempurna jika ada yang beternak ayam atau sapi. Yah bagaimanapun saat ini sangat sulit mendapatkan hewan yang masih normal. Rata-rata dari mereka sudah bermutasi menjadi zombie yang justru memakan manusia. Bahkan ikan pun menjadi makhluk aneh yang menyerupai piranha. Padahal mereka dulu adalah ikan yang biasanya disajikan di meja makan. "Tunggu dulu Aaron. Kau bilang jika bisa membuat serum untuk mencegah ledakan populasi zombie. Apakah kau benar-benar bisa melakukannya? " tanya Sean. Aaron pun menjawab dengan penuh keyakinan. "Iya, sebab sesuai dengan yang dikatakan oleh Saara. Professor Philips menembakkan sinar gamma yang berisi informasi tentang susunan dari DNA dari virus Em0. Jika aku berkonsentrasi memusatkan pikiranku, maka seperti yang terjadi beberapa saat yang lalu-- aku bisa melihat ingatan dari Profesor Philips." Saara ikut membenarkan ucapan Aaron. Oleh sebab itu Saara juga turut memberikan informasi seputar apa saja yang harus dilakukan oleh Aaron. " Ayahku sudah menemukan Bagaimana cara membuat serum Em0. Dia juga sudah memberitahu lokasi di mana laboratorium menyediakan alat untuk membuat serum. Seperti yang kalian tahu, banyak bangunan yang hancur akibat kemunculan zombie jadi laboratorium yang di maksudkan Ayahku berada di dalam bawah tanah. " James semakin tertarik pada hal yang akan dilakukan oleh Aaron. Dia pun memutuskan untuk mengikuti Saara dan juga Aaron dalam pembuatan serum tersebut. Dia tidak ingin berpangku tangan tanpa berbuat apapun. Padahal dia memiliki kemampuan berkat kedua orang ini. "Aku akan membantu kalian. Mungkin aku tidak banyak membantu akan tetapi aku ingin menjadi bagian penyelamatan bumi ini, " ucap Aaron. "Hai jangan lupakan kami, aku juga tidak ingin berpangku tangan setelah mendapatkan kemampuan yang menakjubkan seperti ini. " Sean mengatakannya dengan bangga. Dia merasa menjadi super hero penyelamat bumi seperti film-film yang ia tonton sebelum terjadinya gelombang zombie. "Aku juga tidak ingin ketinggalan,"ucap Ken. "Tapi sebelum itu aku harus menumbuhkan banyak pohon di markas. Jadi aku bisa mengikuti kalian dengan perasaan tenang." Keempat orang itupun terkekeh. Aaron begitu senang mendapatkan partner yang begitu setia kawan seperti mereka. Jadi dia tidak menolak tawaran bantuan dari ketiga orang tersebut. Hanya saja perjalanan ini sangat berbahaya, sebab tidak hanya zombie biasa akan menyerang, tetapi Zombie mutasi kedua juga mengincar mereka. Disamping itu mereka juga harus menghadapi Devos yang ingin menguasai dunia. Selama Devos belum mendapatkan elixir mungkin saja Saara dan juga Aaron bisa melindungi mereka bertiga. Akan tetapi jika Devos sudah mendapatkan elixir maka tidak ada yang bisa menjamin keselamatan manusia, apalagi keaelamatan mereka bertiga. Aaron tidak ragu untuk mengangguk. Namun dia juga ingin mengingatkan mereka sekali lagi tentang resiko perjalanan ini. "Baiklah. Akan tetapi kalian pasti tahu jika kita menghadapi musuh yang berbahaya. Jadi sewaktu-waktu kita bisa kehilangan nyawa kita." "Hai kami ini prajurit. Kami sudah terbiasa menghadapi bahaya bahkan sebelum zombie ini muncul," jawab James. Aaron pun ingin menggoda ketiga pria tersebut sebab selama ini mereka semua tidak pernah membicarakan masalah kekasih mereka. "Apa kau yakin? Bagaimana dengan nasib kekasih kalian...? " tanya Aaron. Ucapan Aaron membungkam mulut mereka bertiga, tidak ada yang tahu jika mereka bertiga sebenarnya patah hati karena ditolak berkali-kali oleh gadis. Oleh karena itu mereka bertiga berstatus jomblo. Karena melihat mereka bertiga terdiam, muncul pemikiran aneh di otak Aaron. "Jangan-jangan kalian gay?" Tebak Aaron. Dan akibat ucapannya dia harus menerima salam hangat dari tangan ketiga pria itu. Bletak! Secara serentak mereka bertiga menjitak kepala Aaron. Meskipun mereka bertiga jomblo tapi mereka tidak terima jika dikatakan gay, sebab mereka normal yang menyukai gadis. "Dasar bod*h," cibir Saara. Aaron meringis kesakitan saat mendapatkan jitakan sayang dari mereka bertiga. "Hei jangan salahkan aku, sebab kalian tidak menjawab ketika aku tanya. " Aaron memprotes kelakuan mereka bertiga. Memang apa susahnya menjawab jika mereka tidak memiliki kekasih atau semacamnya. Mereka justru memilih diam dan membuatnya curiga jika mereka adalah gay. "Itu karena kami memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diceritakan," Jawab Sean. "Dan jangan tanya kami pengalaman apa itu," ucap Ken. Wajahnya nampak serius ketika mengatakan pada Aaron agar tidak bertanya pengalaman mereka. Aaron pun memutuskan untuk tidak mengungkitnya lagi. Sebab mereka terlihat memiliki pengalaman yang buruk seputar percintaan. "Baiklah, baiklah... aku tidak akan bertanya tentang status kalian lagi. Hanya saja aku mengingatkan kalian sekali lagi jika perjalanan kami penuh bahaya..." jelas Aaron. Ketika orang tadi menyambut ucapan Aaron dengan anggukan penuh keyakinan. Aaron pun terharu dan menyadari jika kesetiaan di zaman ini masih ada. Jauh di belakang mereka, para zombie masih tetap membuntuti mereka. Seperti taktik mereka yang pertama, mereka menunggu Saara untuk pergi meninggalkan keempat orang itu sebelum menyerangnya. Hal tersebut disambut acuh tak acuh oleh Saara dan juga keempat orang itu. Sebab mereka kini sudah dekat dengan markas selatan. Kedatangan mereka sudah ditunggu oleh Saga dan juga rekan-rekannya. Mereka semua berjaga di atas benteng dan mengawasi kelima orang yang menuju ke arah mereka. Tidak hanya itu mereka juga memperhatikan jika James, Sean dan juga Ken membawa bungkusan yang mereka duga adalah makanan. Hal ini menambah kegembiraan bagi mereka bertiga. Sayangnya mereka belum mengetahui kejutan lain yang jauh lebih menyenangkan daripada ketiga kantong makanan yang dibawa oleh rekan-rekannya. "Lihat itu mereka... mereka membawa makanan bersamanya. " "Tapi mereka membawa 2 orang lagi. Dan ya ampun, apa itu!? "Teriak Draco. "Bukankah itu sekelompok zombie?! Astaga, mereka diikuti oleh para zombie tapi kenapa para zombie tersebut tidak berani menyerang mereka berlima?!" Teriakan Draco mengalihkan seluruh perhatian rekan-rekan Saga dan juga prajurit yang berjaga--- dari tim Ken ke arah para zombie yang berjumlah ratusan. "Apa yang sebenarnya terjadi? Ini hal yang tidak mungkin. " Saga segera melaporkan hal ini pada Meyer. Sementara itu di ruangannya, Jenderal Meyer mendapatkan berita fenomenal itu, nampak terkejut. Dia pun keluar dari ruangannya untuk menyaksikan sendiri apa yang mereka katakan. Dan benar saja, mereka berlima berjalan dan diikuti oleh zombie yang berjumlah ratusan. Hebatnya lagi tidak ada yang berani mendekat dan menyerang kelima orang yang sedang berjalan ke markas Selatan. "Sesuai dengan firasatku, mereka bertiga pasti mengalami sesuatu yang menakjubkan sehingga terjadi fenomena seperti ini, " guman Jemderal Meyer. Tidak hanya Jenderal Mayer, para manusia yang mengungsi di markas Selatan juga ikut keluar untuk melihat fenomena aneh tersebut. Mereka tidak percaya jika ada sekumpulan zombie yang benar-benar takut untuk menyerang manusia. Nyatanya mereka harus kecewa karena di depan mereka terjadi keajaiban yang mereka ragukan. "Hai lihat itu... ternyata memang benar gosip yang beredar, ternyata para zombie itu takut menyerang mereka berlima!" "Benar." "Ini tidak mungkin." Sedangkan tim Aaron, mereka tahu sudah menjadi pusat perhatian dari penghuni markas Selatan. Dalam hati Aaron tidak terlalu antusias setelah mendengar cerita dari ketiga rekannya yang baru. Hanya saja Saara yang memberikan dirinya nasehat, mampu menekan perasaan tidak nyaman Aaron saat mendekat ke markas Selatan. "Buka pintu gerbangnya!" Teriak Jenderal. "Siapkan senjata!" Para pasukan segera mengambil senjata. Kini tidak ada lagi senjata api seperti dulu. Seluruh warga bumi kehabisan peluru dan bahan peledak untuk melawan zombie. Di samping itu, tidak ada lagi industri senjata yang beroperasi, jadi mereka saat ini hanya memakai panah dan ketapel raksaksa untuk melawan para zombie. "Apa-apaan itu?" Tanya Aaron. Dia terkejut melihat para pasukan yang seragamnya ia kenal tidak mengeluarkan senjata api untuk melawan para zombie, akan tetapi hanya menggunakan senjata kuno seperti zaman kerajaan. Aaron hampir tertawa melihatnya, sebelum mendapatkan jitakan dari Sarah. "Kenapa kamu menjitakku Saara?" Tanya Aaron dengan cemberut. "Sebab kau bod*h..." jawab Saara cuek. Dia tidak habis pikir kenapa Aaron bisa tidak berpikir alasan para pasukan di markas selatan tidak menggunakan senjata api. Seharusnya di otak yang sudah menerima tembakan sinar Gamma, pria ini menjadi lebih pintar. Tapi yang terjadi dia malah ingin menertawakan pasukan itu. "Wah ternyata kamu memiliki masalah denganku." "Iya aku memang memiliki masalah dengan otak bod*hmu. " Saara yang memang pada dasarnya tidak bisa mengerti perasaan manusia, hanya menjawab apa yang ia pikirkan. Dia tidak peduli jika perkataannya menohok Aaron tepat di dad*nya. "Bagaimana mungkin kau tidak berpikir jika mereka kehabisan persenjataan sehingga menggunakan panah dan juga ketapel raksasa. Kau bahkan ingin menertawakan persenjataan mereka. Sungguh sangat pandai," ucap Saara sakartis. Barulah Aarom sadar jika dia memang sangat bodoh. Dia sama sekali tidak berpikir jika persenjataan manusia bisa habis karena melawan zombie. Padahal jika dilihat dari segi jumlah senjata manusia, pasti lama-kelamaan akan habis karena melawan para zombie yang terus berkembang. Dia malah ingin menertawakan pemandangan yang ia anggap menggelikan. "Kau benar, aku memang bod*h." Ketika gerbang dibuka, panah diluncurkan kearah para zombie. Itu membuat kelima orang itu bisa masuk dengan leluasa tanpa harus menghalau zombie yang juga ingin masuk. Sebab diantara para zombie itu terdapat Zombie mutasi dua yang memiliki kecerdasan. Mereka bahkan bisa mengabaikan rasa takutnya terhadap Saara untuk mendapatkan makanan yang terlihat berlimpah di markas Selatan. Tentu saja makanan yang dimaksud di sini adalah para manusia. Begitu masuk ke markas, Jenderal Meyer bergegas menuju ke arah mereka. Dengan tangan terbuka dia memeluk ketiga anak buahnya. "Senang melihat kalian kembali dengan selamat prajurit, " ucap Jenderal Meyer yang menyambut mereka secara pribadi. "Terima kasih Jenderal," jawab Ken. "Itu berkat pertolongan dari kedua rekan kami yang baru. " Ken menjawab kenyataan yang terjadi dengan jujur. Dia bahkan tidak menunjukkan sikap yang membuatnya seolah seperti pahlawan. Jenderal Mayer sama sekali tidak menyangka jika alasan penyebab mereka bertiga bisa selamat dari kepungan para zombie adalah Aaron dan Saara. Hal ini membuat Jenderal Mayer merasa penasaran akan identitas dari kedua orang tersebut. Saara mengingatkan kepada ketiga orang itu untuk merahasiakan identitasnya. Dia tidak ingin kehadirannya menjadi masalah saat penghuni markas selatan tahu jika dirinya adalah zombie. "Ingat, rahasiakan identitasku. Yang boleh kalian katakan hanyalah tujuanku dan Aaron yang ingin membuat serum." "Baik," jawab mereka bertiga dengan telepati. Dia tidak akan mengkhianati orang yang menyelamatkan mereka dengan mengatakan identitas Saara yang seorang zombie mutasi keempat. Jenderal Meyer segera menyambut tamu yang ia anggap istimewa. Fenomena dimana para zombie ketakutan untuk mendekat, sudah membuktikan betapa istimewa mereka berdua. "Selamat datang di markas selatan, kalian disambut baik di markas kami..." sambut Jenderal Meyer. "Terima kasih, " jawab Aaron sopan. Akan tetapi seperti biasa, Saara hanya diam tak berekspresi apapun. "Rekan saya hanya bisa berbicara dengan orang yang memiliki kemampuan," jelas Aaron begitu tahu jika Jenderal Meyer merasa terganggu dengan sikap dingin Saara. 'Kemampuan?' Batin Meyer. Dia tahu jika harus menyuruh seluruh penghuni markas selatan kembali ke kamar. Dia tidak ingin terjadi kekacauan jika mereka mendengar kata 'kemampuan'. "Ajudan, perintahkan seluruh warga masuk ke kamar sampai jam makan siang. Jika melanggar maka tidak akan diberi jatah makan siang." "Baik." Saga segera mengerahkan seluruh rekan -rekannya menggiring warga yang penasaran dengan Anne dan juga Aaron, masuk. Setelah situasi sepi dan hanya menyisakan anggota pasukan, Jenderal Meyer mulai bertanya. "Kau tadi bilang kemampuan, kemampuan seperti apa? "Tanya Jenderal mayor. "Lapor Jendral kami telah membangkitkan kemampuan kami pada saat dalam keadaan terdesak." James melaporkan jika dirinya mendapatkan kekuatan pada Jenderal Mayer. Jenderal Mayer semakin tertarik. Matanya dipenuhi dengan keserakahan karena dia juga ingin memiliki kemampuan yang mereka maksudkan. "Tunjukkan padaku kemampuan seperti apa yang kalian maksud." Ken adalah orang yang beraksi pertama kali. Dia menaburkan seluruh biji kering yang mereka dapatkan dari hutan. Kemudian Ken menyiram biji kering tersebut dengan air parcial yang keluar dari tangannya. Seperti pertama kali memang tidak ada yang terjadi untuk beberapa menit. Akan tetapi keajaiban tersebut terjadi pada saat kaki mereka sudah lelah menunggu, biji- bijian yang mereka taburkan di tanah dan disiram oleh air parsial oleh Ken, perlahan-lahan mulai tumbuh. Seperti tadi pagi, pohon tersebut semakin lama semakin besar. Tidak hanya itu pohon itu pun terus berbuah lebat. Jenderal Mayer dan juga pasukan yang lain terkesima melihat keajaiban yang terjadi di depan mereka. Jenderal Mayer bahkan tidak mampu berkata-kata melihat fenomena ini. Sedangkan pasukan yang lain, mereka mendekati pohon dan mengamati buah yang muncul di pohon. " Apa mereka bisa di makan? "Tanya salah seorang dari mereka. "Tentu saja... rasanya bahkan lebih enak daripada yang aku ingat." James meyakinkan kepada rekannya untuk memakan buah dari pohon yang ditumbuhkan oleh Ken. Draco, Ben tidak menunggu lama untuk memanjat pohon yang ditumbuhkan oleh gen dan mengambil buah apel dan juga lainnya. Kamudian mereka makan dengan lahap buah yang ranum tersebut seolah tidak pernah memakan buah sebelumnya. Hal itu wajar saja karena memang selama ini mereka tidak makan buah ataupun sayur. Yang mereka makan hanyalah makanan kaleng dari kiriman Robinson. Lama-lama mereka bahkan eneg terus menerus memakan makanan kaleng. "Oh Wow, ini sangat lezat. Aku tidak pernah memakan buah semanis ini." Jenderal Meyer pun memakan buah yang disodorkan oleh Saga. Dia juga mencicipi buah yang tumbuh dari pohon itu. Reaksinya tidak berbeda dari yang para pasukannya katakan. Dia juga merasa takjub dengan rasa buah yang lezat ini. "Ini keajaiban. Aku bangga pada kalian. " Hanya saja tidak ada yang menyadari jika Jenderal Mayer memikirkan hal lain. Dia ingin bertanya pada ketiga pasukannya Bagaimana cara mendapatkan kemampuan seperti itu. Namun sebelumnya dia ingin mengetahui kemampuan apa yang didapatkan oleh James dan juga Sean. "Baiklah Ken, Good job, Nak. Lalu bagaimana denganmu James, kemampuan seperti apa yang kau dapatkan. " James dengan bangga mengeluarkan kemampuan api di tangannya. Api tersebut semakin lama semakin besar dan ia memutar-mutar nya atau menembakkannya ke atas seperti melempar bola api. Hal tersebut membuat Jenderal Mayor semakin senang. Ia kemudian berpaling ke arah Sean. "Sekarang tunjukkan kemampuan, Sean, " Jenderal Meyer tertawa lebar karena begitu senang. Sean yang memang tidak pernah ingin pamer hanya menunjukkan pusaran angin di tangannya. Meski demikian, Jenderal Meyer sudah sangat senang. "Well, aku bangga pada kalian. Sungguh tidak pernah aku duga jika kita diberkahi prajurit yang mampu membangkitkan kemampuan." Jenderal Mayor menepuk-nepuk pundak ketika pasukannya. Kemudian ia menginstruksikan kepada ketiga orang itu untuk masuk kedalam ruangannya. Sebelum itu dia menyuruh Saga Untuk mengantarkan Aaron dan juga Saara ke kamar istimewa. Dia tahu jika akan membutuhkan kedua orang itu untuk kepentingannya sendiri. " Ayo ikut denganku. Dan kau Saga persilahkan tamu kita untuk masuk ke kamar khusus tamu, dan jamu mereka dengan baik." "Siap Jenderal." Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD