Informasi

1603 Words
Sesuai instruksi dari Jenderal Mayer, James, Sean dan juga Ken menuju ke ruangan Jenderal Mayer. Di sana Jendral Mayer mempersilakan mereka duduk sambil berjalan mondar-mandir di belakang mereka. Tentu saja Jenderal Mayer hendak memulai sesi interogasi pada ketiga orang tersebut agar mendapatkan kemampuan seperti mereka. "Anak- anak sekarang katakan padaku bagaimana cara kalian bisa membangkitkan kemampuan sahebat itu?" Tanya Jendral Meyer. Ketika orang yang tidak tahu apa-apa itu pun menjawab sesuai dengan yang mereka ketahui. Mereka sendiri Bahkan tidak tahu bagaimana cara kemampuan itu bangkit, pada saat bertemu mereka hanya pingsan setelah terlempar oleh gelombang energi dari Saara dan juga Devos. Setelah itu mendadak dia mendapatkan kemampuan yang menakjubkan ini. "Saat itu kami sedang melihat arah nona Saara yang sedang bertarung dengan laki-laki bernama Devos. Kami terpental oleh energi dari kedua orang tersebut. Karena kerasnya hantaman energi tersebut kami bertiga pingsan. " Ken berhenti untuk mengambil nafas sejenak. "Dan ketika kami bangun tiba- tiba kami dipenuhi oleh energi dari tubuh kami. Saat itulah kami secara tidak sengaja mengeluarkan kemampuan kami. Aaron bilang jika tubuh kami telah membangun sistem pertahanan sehingga kemampuan kami muncul. " Mendadak wajah Jenderal Mayor menjadi gelap. Rahangnya mengeras karena dia tidak mendapatkan informasi yang dia inginkan. Jawaban mereka jauh dari apa yang ia pikirkan. Padahal Ia sangat ingin mendapatkan kekuatan itu, sebab diam-diam dia ingin menguasai dunia. 'Dasar prajurit tidak berguna,' gerutu Jenderal Mayer dalam hati. .Dengan demikian dia tidak lagi menahan ketiga orang itu di ruangannya. Dia ingin merencanakan sesuatu agar dia juga dapat membangkitkan kemampuannya seperti ketika anak buahnya. Sejujurnya sikap jenderal Meyer yang dipenuhi keserakahan ini muncul karena ia berkunjung ke markas pusat di mana milioner Robinson tinggal. Dalam hati dia tidak terima karena pria itu hanya berleha-leha bersama dengan para wanita yang menempel padanya, sedangkan dirinya harus berada di baris depan dan mati-matian menghalau zombie menyerang. Kakinya ini tidak adil karena seharusnya orang yang memiliki pasukan lah yang berhak bersenang-senang. Jadi pada saat Jenderal Meyer memiliki kekuatan seperti anak buahnya, dia ingin menginvasi markas Pusat dan menendang Robinson dari sana. Terhalang oleh kenyataan yang tidak menyenangkan, Jenderal Mayor itu pun memikirkan sesuatu. Dia tidak ingin menyerah begitu saja disaat ada kesempatan seperti ini. "Pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis dan pemuda itu," guman Jenderal Meyer. Tangannya mengepal karena marah saat keinginannya tidak terwujud. "Aku harus memikirkan bagaimana cara mendapatkan kepercayaan mereka sehingga mereka berdua memberitahu padaku bagaimana cara membangkitkan kekuatan itu. " Jenderal Mayor pun menghabiskan waktu di ruangannya untuk memikirkan cara mengambil hati Aaron dan juga Saara. *** Rupanya setelah keluar dari ruangan Jenderal Mayer, Ken tidak langsung ke baraknya. Dia segera mengambil biji-bijian kering yang ia pungut bersama James dan juga Sean untuk keluar markas dan ditaburkan ke tanah. "Ken mau ke mana kau? " tanya James. "Bukannya kamar kita berada di sana tapi kenapa kok malah menuju ke ke depan. " "Aku ingin segera menumbuhkan biji-bijian yang kita pungut ini. Aku sudah tidak sabar melihat para manusia terakhir di bumi memakan buah segar." Dia ingin para manusia yang menghuni di markas ini merasakan buah segar seperti sebelum terjadinya wabah virus. Tapi kan mereka pantas mendapatkan kebahagiaan meski hanya dengan memakan buah segar. Sementara itu Aaron merasa lega, untuk pertama kalinya iya tidur di tempat normal yang ada spon empuk meskipun tidak terlalu tebal dan juga bantal. Dia tidak lagi tidur di tanah beralaskan daun-daun kering atau tanpa alas sama sekali. Andai saja Dia tidak memiliki tugas dari Saara mungkin saja dia lebih memilih tinggal di markas Selatan daripada berkeliaran di luar sana dan menghadapi para zombie tersebut. "Oh apa begitu merindukan Bagaimana rasanya tidur di ranjang," ujar Aaron lebay. Lagi-lagi ucapan Aaron hanya disambut sikap dingin dari Saara. Bagi Saara Aaron memang sangat kekanakan. Saara hanya dapat memakluminya karena memang umur Aaron tidak begitu dewasa. Pria ini hanya berusia sekitar dua puluhan. Yang biasanya anak seumuran itu masih bersenang-senang di dunia nya yang dulu. Namun yang menjadi pikiran Saara bukanlah ruangan atau penghuni markas Selatan ini, akan tetapi pada Jenderal Mayer yang terus menatap penuh keserakahan--- pada saat Ken, James dan Sean melakukan pertunjukan kemampuan tadi. Saara mencium aroma berbahaya dari pria itu. Dia merasa jika Jenderal Mayor memiliki sifat yang sama dengan Devos. "Aaron kurasa kita sebaiknya berhati-hati pada Jenderal mayor, "ucap Sarah dengan telepati. "Apa? Bukankah kita akan meminta bantuan pada Jenderal Mayer agar mempermudah kita sampai ke laboratorium? "Tanya Aaron. Awalnya Saara juga berpikir demikian, akan tetapi melihat gelagat pria tua itu tadi, dia jadi tidak memiliki kepercayaan pada Jenderal mayor. "Aku hanya melihat jika pria itu mencurigakan... jika kita bertemu dan dia bertanya tentang kekuatan kita, maka jangan katakan sesuatu yang krusial. " Aaron yang memang pada dasarnya penurut tidak membantah secara sedikitpun. Dia pun hanya mengangguk lalu meletakkan tubuhnya di atas ranjang. Tak lama kemudian dia tertidur pulas diatas ranjang itu. Bagaimanapun dia memang sangat merindukan tidur di atas ranjang. Saara hanya mendengus melihat Aaron yang tidak peduli dengan situasi dan memilih tidur. Dia pun kembali memaklumi sikap Aaron. Sara pun ikut memadamkan mata Meskipun tidak tertidur. Dia ingin memantau gerakan Devos itu ada disekitar mereka Selatan. Sarah diam-diam melepaskan energi telekinesis nya. Energi tersebut merambat melalui udara dan mengenali partikel-partikel udara yang menyelimuti benda maupun makhluk yang dilewatinya. Pada saat energi telekinesis Saara mendeteksi partikel yang dimiliki oleh Debos maka Saara pasti akan mengenalinya Karena energi telekinesis yang sudah menghafal partikel yang ada di sekitar tubuh Devos. Kali ini hasil yang didapatkan Sara adalah nihil. Tidak ada gerakan partikel yang dimiliki oleh devos dalam jarak 2 kilo dari markas Selatan. Oleh karena itu Saara melanjutkan menenangkan diri sambil berlatih mengendalikan energi telekinesis agar lebih hebat daripada Devos. Energi telekinesis Saara merupakan pengendalian partikel udara yang mampu memecahkan molekul di sana sehingga menghasilkan tekanan yang sangat tinggi. Hal tersebut bisa membuatnya mengendalikan benda maupun gelombang energi. Hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Sementara itu kan masih asyik dengan menanam biji-bijian di tanah. Tampaknya dia menjadi pusat perhatian para gadis karena mereka sudah mendengar jika Ken, James dan juga Sean merupakan pahlawan yang memiliki kemampuan yang hebat. Mau tidak mau wajah Ken memerah ketika dirinya menyirami biji-bijian tersebut. Apalagi para Gadis itu meneriakkan namanya dan mengelu- elukannya. "Ken! Marry me!" "Ken I love U." Semua teriakan yang berasal dari para gadis itu membuat Ken semakin menunduk malu. Padahal belum lama ini dia sudah mendapatkan penolakan dari gadis-gadis yang mengungsi di markas Selatan karena tidak memiliki wajah yang begitu tampan. Namun kali ini dia justru dipuji- puji oleh mereka, inilah sebabnya Ken menunduk karena sama sekali tidak bisa terbiasa dengan pujian mereka. "Ahaha kau kini menjadi idola, Ken!" Seru Saga. Akhirnya pria ini bisa menyampaikan dengan pribadi. Jujurnya tugas dari saga adalah yang terberat. Sebab dia harus menyiapkan segala sesuatu dan juga mengatur apa yang dibutuhkan oleh markas Selatan. Saga juga bertugas mondar-mandir untuk menyampaikan perintah dari Jenderal pada bawahannya, dan sebaliknya dia juga menyampaikan pendapat dari bawahan pada Jenderal Mayer. Rasanya Saka ingin sekali pensiun kemah akan tetapi di dunia yang seperti ini kata pensiun sama artinya dengan mati. "Tidak, mereka hanya senang melihatku menumbuhkan biji- biji ini." Saga tertawa lepas. Rekannya yang satu ini memang memiliki sifat pemalu. Meski demikian Dia memiliki hati yang baik dan juga perhatian pada orang lain. "Rupanya bencana yang menimpa kalian ketika berubah menjadi keberuntungan. Aku sangat bersyukur kalian bisa pulang dengan selamat." Rasa bersalah membengkak dihati Saga ketika melihat ketiga orang itu keluar dari benteng Selatan. Saat itu dalam pikirannya Saga sudah mengira jika mereka tidak akan selamat dari serangan para zombie di luar sana. Dia sama sekali tidak mengira jika mereka bertiga selama dan justru menjadi pahlawan di markas ini. "Ini semua berkat Saara dan juga Aaron. Seandainya kami tidak berpapasan dengan mereka mungkin saja kami juga menjadi salah satu zombie yang berkeliaran di luaran sana, " Ken terkekeh jika mengingat hal itu lagi. Saga pun mulai penasaran dengan identitas dari kedua orang itu. Dia bertanya pada Ken tentang mereka berdua. "Siapa mereka sebenarnya, Kenapa mereka nampak tenang- tenang saja dan bahkan ditakuti oleh Zombie? " tanya Saga. Dan tersenyum pada Saga. "Aku pun juga penasaran mengenai identitas dari mereka titik akan tetapi satu hal yang kami ketahui, bahwa Aaron mampu membuat serum yang bisa menghentikan laju pertumbuhan zombie ini." "Hah?! Benarkah?" Tanya Saga yang langsung berwajah serius. "Apa kau yakin dengan ucapanmu?" Kan mengangguk yakin. "Oleh karena itu aku akan menemani mereka menuju ke laboratorium setelah menanam semua biji ini." Saga terdiam. Muncul harapan pada hatinya agar semua ini segera berakhir. Dia sangat ingin melihat bumi seperti dulu lagi. Dia sudah bosan dengan kehidupan yang sama dengan neraka ini. "Jika demikian aku juga ikut dengan kalian. Aku juga tidak tahan melihat kondisi bumi yang semakin lama semakin mengerikan. Aku bahkan tidak bisa menyebut jika ini adalah bumi, tempat seperti neraka ini jelas bukan tempat manusia untuk hidup. " Ken mendesah. Dia tidak bisa membiarkan Saga ikut karena dia tidak memiliki kemampuan istimewa. "Tidak ... Aku tidak akan membiarkan kau ikut sebab kau tidak memiliki kemampuan istimewa seperti kami. " "Ken! Tolong---" "Semua tergantung nona Saara, hanya dia yang memutuskan kau bisa ikut atau tidak. " James datang menginterupsi percakapan mereka. Saga yang mendengarnya langsung menuju ke kamar di mana Aaron juga Saara berada. Dia tidak ingin menjadi manusia yang hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun. "Bagaimana caranya berkomunikasi dengan Saara, diakan tidak memiliki kemapuan?" Guman Ken. "Sudahlah. Lebih baik kita melanjutkan menanam biji ini. Bukan hanya kau yang ingin dipuji gadis- gadis." "Dasar." Ternyata James datang karena ingin dielu- elukan para gadis. Ken pun terkekeh melihat tingkah sahabatnya. Mereka kemudian melanjutkan menanam biji. Setiap gerakan mereka mendapat pekikan penuh kasih sayang dari para gadis. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD