Jebakan Panah

1624 Words
Lorong panjang di bawah tanah itu ternyata berliku-liku. Tidak hanya itu orang itu juga dipenuhi berbagai macam jebakan. Seandainya saja keenam orang itu tidak memiliki kemampuan istimewa maka sudah pasti akan tewas ditempat. Seperti sekarang rombongan Aaron kini menemui dua jalan yang saling berlawanan arah. Mereka semua kebingungan harus memilih jalan yang mana. "Kenapa Profesor Philips membangun ruangan yang sangat sulit dijangkau." "Mungkin saja untuk mencegah kelompok yang ingin mencuri serum di laboratorium ini... " jawab Saara. Bagaimanapun di awal kekacauan virus zombie banyak pihak yang berlomba - lomba menemukan serum untuk mencegah manusia bertambah banyak. Jika berhasil menemukan serum itu, otomatis banyak negara yang akan bersedia menggelontorkan sejumlah dana demi mengamankan negerinya sehingga tidak terinfeksi virus zombie. Sayangnya tidak ada yang berhasil menemukan serum em0 karena processor Philips sudah menembakkan memory penelitiannya ke kandungan seorang wanita di masa lalu melalui mesin waktu. Jadi tidak ada cara untuk mencegah kehancuran bumi dalam waktu yang singkat. "Jadi bagaimana sekarang, ke mana kita akan pergi ... ke arah kanan atau ke arah kiri? " tanya Saga. "Bagaimana kalau kita bagi menjadi dua tim untuk melewati dua jalan yang bercabang ini, " usul Ken. Akan tetapi arang tidak setuju dengan usul dari Ken. Dia takut jika jalan ini akan terus bercabang dan tidak menemukan titik temu. Jika demikian maka mereka akan benar-benar berpisah tanpa memiliki kemungkinan dapat bertemu kembali. "Tapi bagaimana jika jalan ini tidak memiliki ujung, lagi pula kita tidak memiliki alat komunikasi sehingga kita tidak bisa memantau kondisi tim yang lain. " Kekhawatiran Aaron dapat dipahami oleh rekan-rekannya. Mungkin saja akan ada jalan bercabang lainnya di depan sehingga mereka akan benar-benar terpencar. "Kau benar, " ucap Saga sambil menghela nafas panjang. Disini Saara maju sebagai sebuah solusi dari permasalahan ini. Dia berkata dengan wajah datar pada rekan- rekannya yang membuat mereka langsung menyetujui saran dari Ken. " Jangan khawatir aku akan terus memantau keberadaan kalian. Jika kalian berada dalam bahaya cukup berteriak memanggil namaku dan aku akan segera muncul di dekat kalian. " 'Seperti hantu saja,' batin Aaron. "Jadi kita akan membagi tim menjadi dua?" Tanya James. "Ya." Tanpa mempedulikan pertanyaan atau rencana mereka lebih lanjut, Saara melangkahkan kakinya menuju ke arah kiri. Dia menentukan tipe yang ingin membuang waktu mendengarkan rencana-rencana dari rekan-rekannya. Hal tersebut sering membuat kelima pria itu agak kesal. Namun apa boleh buat, itulah ciri dari zombie mutasi keempat, dia tidak memiliki perasaan maupun hati. "Tunggu..." Pada akhirnya Aaron, James dan Saga menuju ke arah kanan, sedangkan Ken dan Sean mengikuti Saara. Terpaksa mereka berpencar untuk memeriksa jalan mana yang yang menuju ruang inti processor Philips. Nyatanya hal tersebut tidak semudah yang mereka kira. Berkali-kali Aaron, James dan juga Ken hampir terjebak oleh perangkap yang berada di lorong. "Awas!" Teriak James begitu melihat panah terbang ke arah mereka. Saat itu kaki Aaron secara tidak sengaja mengijak lantai yang mengaktifkan jebakan. Aaron segera mengeluarkan perisai es untuk memblokir serangan panah tadi. Jleb. Jleb. "Waah ini bahaya sekali!" Teriak James. "Aaa panahnya datang lagi!" Teriak Saga. Aaron terus bertahan dengan tameng esnya. Akan tetapi ratusan panah yang menyerang tanpa henti membuat tameng yang berbentuk tembok es dari lantai hingga langit - langit retak. Aaron cukup khawatir akan kondisi ini. Jika tameng es- nya hancur maka panah tadi akan langsung menancap di tubuhnya. Dia dalam kondisi kristis karena terus menahan tamen esnya dan tidak bisa mengeluarkan kemampuannya karena tangannya yang tertahan. Krektek. Krekkk.. Dinding es bagian atas mulai pecah. Aaron panik dan menunduk. Dia masih menahan tamengnya tetap berdiri. Krak. Tapi suara retakan dinding es semakin keras. Pyar...! Akhirnya tameng yang berbentuk dinding itu pecah berkeping - keping. Meski demikian panah yang meluncur ke arah ketiga orang tadi tidak berhenti. Wuzzz. Di saat-saat kritis tersebut, James mengeluarkan kemampuan anginnya sehingga panah - panah tadi terlempar ke dinding. Sayangnya ia harus terus - menerus melakukan hal tersebut karena panah tadi tetap tidak berhenti. "Cepat buat dinding dari es lagi Aaron!" Teriak James. Saga yang turut membantu James tidak bisa berbuat banyak karena petir yang ia keluarkan tidak mampu menyambar seluruh panah. Hanya angin dari camat yang bisa menyapu seluruh panah yang berdatangan ke arah mereka. Akan tetapi tetap saja dinding es Aaron jauh lebih aman dari pada angin yang menghalau kedatangan panah yang berjumlah ribuan itu. "Ya!" Aaron kembali menciptakan dinding tebal untuk menghalangi kedatangan panah yang seolah tidak ada habisnya. Kali ini dia tidak berdiri di balik dinding es namun berlari menjauh sehingga ketika dinding esnya hancur maka panah - panah itu tidak akan mengejar mereka. "Ayo kita lari!" Teriak Aaron. Mereka berdua setuju, memang lebih baik menjauh dari tempat ini daripada menunggu panah tersebut habis. Drap. Drap. Sayangnya begitu dinding es yang diciptakan oleh Aaron pecah, panah tadi ternyata mengejar mereka. Mereka muncul dari atas lorong tempat mereka berlarian. Lorong di atas membuka bergantian untuk menembakkan panahnya. "Ini gila! Kita bisa mati terlebih dahulu sebelum membuat jarum!" Pekik Aaron. "Jangan mengeluh tetap lari! " teriak Saga yang juga berlari menghindari panah - panah yang mengejar mereka. Mereka terus berlari dan akhirnya sampai pada dinding yang buntu. Tidak ada jalan keluar membuat mereka tahu jika sudah mengambil rute yang salah dan inti laboratorium yang benar adalah rute yang diambil oleh Saara. "Oh bagus sekali, ternyata jalan buntu dan kita sedang dikejar oleh panah gila." Kali ini Saga yang mengeluh. Rupanya misi membuat serum tidak semudah yang ia kira. "Apa kita tetap menunggu di sini sampai panah - panah itu habis? " tanya James. Dia dan Saga merana - raba lorong yang terbuat dari batu bata putih tersebut. Mereka berharap dapat menemukan tombol mekanisme yang menghentikan tembakan panah, atau setidaknya jalan keluar. Apalagi panah tembakan panah semakin lama semakin dekat. Akhirnya Aaron memiliki ide lain untuk terhindar dari kejaran panah yang terus berdatangan dari atap lorong. " Lebih baik aku membuat tamen di atas kepala seperti payung dan kita kembali ke rute awal mengikuti Saara. " Itu bukan ide yang buruk dan juga bukan ide yang bagus. Risiko yang mereka dapatkan ketika tameng yang menjadi payung dari panah itu hancur maka panah - panah tadi pasti akan langsung dengan kepala mereka. "Lalu bagaimana jika payung es mu hancur?" Tanya Saga. "James harus bersiap dengan anginnya. Agar memberiku kesempatan menciptakan tameng lagi. Lagi pula jarak kita dari tempat semua tidak terlalu jauh." "Baiklah," jawab kedua orang tadi. Karena merasa tidak memiliki pilihan lain selain ide dari Aaron maka kedua orangnya itu pun setuju. Kerjasama tim memang diperlukan saat ini agar selamat dari serangan panah. "Dan kau Saga, berlarilah di depanku kemudian keluarkan kemampuan petirmu untuk menghanguskan panah yang menancap di lantai. Panah yang menancap di lantai tentu saja menghalangi kita berlari lebih cepat," ucap Aaron. "Siap!" Tanya Aaron. "Ya!" Jawab keduanya. Kali ini adalah menciptakan es berbentuk dinding yang tebal di atas kepalanya. Dia dan James membawa es itu di atas kepala sementara Saga mengeluarkan kemampuan petirnya untuk menghanguskan panah yang menancap di lantai. Mereka berlari secepat mungkin agar tiba di tempat mereka terpisah dari rombongan Saara. Jleb. Jleb. Rupanya panah tadi berjatuhan lebih banyak dan kali ini panah tadi berjatuhan dengan rata. Tidak seperti tadi, sekarang tingkat kesulitan mereka akan lolos dari lorong panah ini semakin sulit. Krak. Suara retakan dinding es di atas kepala mereka mulai terdengar. Nama mereka belum sampai di tempat yang mereka tuju. Hal tersebut semakin mengkhawatirkan. "Apa aku harus menghalau panah itu sekarang!?" Tanya James. "Tidak, tidak akan sempat! Lebih baik Saga berhenti dan memegangi dinding ini," ucap Aaron. "Berhenti sekarang! Esnya akan pecah. Mereka pun berhenti. Saga segera menghentikan serangannya dan memegangi benda dingin yang sedari tadi di pegang oleh James dan juga Aaron. Krak. Pyar. Sebelum dinasti pecah berkeping-keping Saka kembali menciptakan dinding yang baru di atas kepala. "Sudah ayo kita lari lagi!" Mereka pun berlari dengan strategi yang sama seperti yang mereka tadi. James dan Aaron yang memegangi es, sedangkan Saga yang bertugas menghanguskan panah dengan petirnya. "Lihat itu pintu bercabang...! " teriak Saga yang berlari paling depan. Dia tidak sengaja menginjak lantai, yang tidak sengaja diinjak oleh Aaron tadi. Alhasil panah yang berjatuhan di atas kepala mereka berhenti seketika. Rupanya lantai yang diinjak itu adalah mekanisme untuk melancarkan serangan panah dan juga menghentikannya. Menyadari jika sudah tidak ada panah yang berjatuhan dari atas, mereka pun jatuh terduduk dilantai. Ketiganya sangat kelelahan karena terus - menerus berlari dan juga menawarkan kemampuan. "James, apa tanganmu tidak apa-apa?" tanya Aaron. James melihat ke arah tangannya yang terasa kedinginan. Rupanya tangannya terlihat merah karena memegang es dalam waktu yang agak lama. Dia segera menggosok - gosok dan meniup uap hangat tangannya untuk memberi kehangatan pada telapak tangannya. "Ya ampun, karena tegang aku sampai tidak merasakan dinginnya es," ucap James. "Syukurlah kita selamat. Andai saja ada Ken, aku ingin sekali minum. " "Kau benar." Ketiganya tertawa terbahak - bahak karena mendapatkan pengalaman yang menegangkan dan hampir saja membuat nyawa mereka melayang. Sementara itu Saara dan lainya sampai ke ruangan inti laboratorium Profesor Philip. Semuanya menatap kagum pada penataan laboratorium inti ini. Ada banyak sekali botol-botol kaca yang berisi bahan kimia yang tidak mereka ketahui Selain itu itu terdapat beberapa mesin yang juga tidak mereka ketahui apa fungsi dan apa namanya. "Bagus, ternyata semua masih utuh." Hanya satu masalah yang harus mereka hadapi saat ini yaitu banyak sekali debu yang menempel di peralatan. Mungkin mereka harus mempersiapkannya terlebih dahulu sebelum Aaron datang untuk mengerjakan pembuatan serum. "Banyak sekali debunya." "Tentu saja, ini sudah lama ditinggalkan. " "Jika demikian ayo kita bersihkan, tapi hati - hati jangan sampai botol-botol kaca yang ada di sana pecah." Saara juga setuju untuk membersihkan ruangan laboratorium bersama - sama dengan mereka. Meski hanya diam saja tapi dia juga ikut membantu membersihkan laboratorium yang diliputi debu itu. Padahal Saara mengira jika ayahnya membangun laboratorium berdinding kaca, siapa yang menyangka jika laboratorium itu hanya berdinding batu bata putih. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD