Beberapa meter dari markas, mereka tidak lagi bisa menggunakan mobil karena terhalang pohon yang pernah mereka lewati. Saga yang untuk pertama kalinya pergi meninggalkan maskas Selatan, masih belum terbiasa melihat situasi mengerikan yang ada di depanya. Pohon yang berdaun kekuningan, kekeringan dan mengerikan seperti itu, mengingatkannya pada hutan kematian seperti yang pernah ia bayangkan dulu sewaktu masih kecil.
"Jadi bumi sudah sepenuhnya rusak seperti ini? Ini membuatku penasaran, apakah kita bisa kembali membuat bumi seperti semula meskipun sudah membuat serum virus zombie. "
Pertanyaan Saga tidak sanggup dijawab oleh keempat rekannya. Sebab tidak seorangpun yang berani menjamin jika kondisi bumi akan pulih, meskipun virus zombie sudah ditemukan serumnya.
"Akan ada harapan di setiap penderitaan titik kita hanya perlu percaya jika akan ada keajaiban yang terjadi setelah bumi ingin menyembuhkan dirinya sendiri. "
"Dengan kata lain bumi yang sekarang enggan memulihkan diri karena dipenuhi dengan zombie?" Tanya Saga.
Cara yang masih dengan wajah datarnya hanya bisa menjawab apa yang ia pikirkan. " Tidak ada yang tahu akan hal itu, sebab tidak ada yang tahu bagaimana alam bekerja. Kita hanya perlu percaya jika bumi saat ini marah karena keserakahan manusia sehingga membuat alam menderita, itu saja. "
Aaron yakin jika Saara tidak pernah mengatakan hal- hal yang bersifat omong kosong. Dia mendekat kearah Saga dan menepuk pundaknya untuk memberikan pemikiran positif pada pria itu.
" Aku percaya jika kita memiliki harapan untuk kembali seperti dahulu. Dan saat ini kita hanya perlu berjuang untuk memulihkan faktor penting agar alam tidak lagi mengerikan seperti sekarang karena kemunculan para zombie. "
Saga mengangguk dan meneruskan langkahnya untuk berjalan melewati hutan. Begitu pula dengan empat pria yang lain. Hanya Saara yang diam tak bergeming dari mobil. Yang ia butuhkan hanyalah satu gerakan tangannya yang memulai melakukan suatu keajaiban lagi. Kemampuan telekinesis yang menakjubkan memisahkan tubuhnya menjadi serpihan partikel nano -nano kecil yang menyebar. Menginvasi pohon dan menghalangi jalan untuk bergerak minggir. Meretakkan tanah yang pohon tumbuhi menjadi gembur. Kemudian dengan tanpa kesulitan sama sekali pohon -pohon yang menghalangi laju mobil itu seolah -olah bergerak dan bergeser melalui tanah yang gembur untuk memberi jalan pada laju mobil.
Kelima pria tadi kembali menganga tak percaya akan apa yang dilakukan oleh Saara. Mereka bersorak senang dan kembali masuk ke dalam mobil. Menunggu partikel nano tubuh Saara kembali menyatu seperti susunan sel- sel tubuh manusia.
"Wow, gadis ini tidak pernah gagal memberiku kejutan yang menyenangkan," puji Saga.
"Aku setuju..." jawab Ken.
Sayangnya gadis yang dipuji hanya tetap terdiam dan datar saat tubuhnya sedikit demi sedikit mulai terbentuk dari partikel Nano yang menyebarkan tadi. Jelas bagi zombie seperti dia, pujian adalah hal yang tidak berarti.
Tanpa menanggapi pujian dari Saga, Saara melajukan mobilnya melewati jalan yang sudah diberi oleh pohon tadi. Aaron mendesah lega karena tidak perlu lagi berjalan kaki seperti yang sudah-sudah.
Mereka pun melewati hutan itu dan sampai ke kota mati. Kota ini adalah kota yang paling dekat dengan markas Selatan. Akan tetapi kota ini belum pernah dilewati oleh Ken, James dan juga Sean pada saat meninggalkan markas Selatan. Saat itu mereka menempuh jalur lain pada saat keluar dari mereka Selatan. Yaitu jalur air sehingga tak sengaja tiba di kota bagian lain dan bertemu dengan Saara dan juga Aaron.
"Tolong...."
Hanya saja suara dari rintihan seorang wanita menarik perhatian mereka semua. Gadis itu berpakaian compang -camping dan juga berwajah pucat. Tak hanya itu, dia tergeletak di sisi jalan di mana barang- barang berserakan. Mobil di sana juga nampak terbalik sehingga siapapun yang melihat akan mengira jika sudah terjadi pertempuran hebat di kota ini.
"Ada yang selamat!" Teriak Ken senang. Dia mengeluarkan air dari tangan dan menaruhnya di gelas. Kemudian tanpa basa basi, pria itu melompat ke arah gadis itu.
"Mundur," perintah Saara.
"Apa? Kenapa kau mengatakan itu Saara. Dia manusia yang berhasil selamat!" Protes Ken.
Kali ini James dan Sean juga setuju dengan sikap kan yang ingin menolong Gadis itu titik sebab tidak banyak orang yang bisa selamat dari serangan para zombie. Jadi mendapatkan gadis yang bisa selamat dari para zombie membuat mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menolongnya.
Aaron yang sudah sangat mengenal Saara secara otomatis membela gadis itu. Aaron yakin jika ada sesuatu yang membuat Saara melarang Ken menolong gadis yang tergeletak di jalan. Meskipun kali ini dia tidak yakin jika keputusan Saara adalah keputusan yang benar.
"Sebaiknya kamu menuruti ucapan Saara, Ken. Dunia ini sangat berbahaya dan kita tidak tahu bahaya di sekitar kita..." Aaron membela Sara dan mengingatkan Ken.
" Apakah takut jika Gadis itu adalah Zombie? "
Aaron tidak menjawab akan tetapi dia merasa jika gadis itu nampak mencurigakan. Bagaimana mungkin gadis yang baik- baik saja memiliki baju yang compang -camping. Selain itu terdapat beberapa bekas cakaran di bajunya. Sungguh mustahil jika ada manusia yang kebal terhadap cakaran zombie dan tidak berubah menjadi zombie.
Ken yang memang terkenal dengan jiwa sosialnya kali ini tidak ingin menuruti kata-kata Saara. dia tidak ingin membiarkan gadis itu mati di jalanan akibat tidak ada yang menolongnya.
"Maaf, aku tidak bisa," lirih Ken. Dia tetap mendekat pada gadis yang tergeletak di jalan.
Ken tetap berjalan ke arah gadis itu. Dia mengulurkan tangan untuk memberinya segelas air.
"Air, aku haus..." Gadis itu nampak kehilangan tenaga sehingga meminta Ken lebih mendekat. Tangannya menggapai- gapai ke arah Ken. "Kemarilah, aku sangat kehausan."
"Ini, minumlah..."
Sebelum gelas itu menyentuh tangan sang gadis, mata gadis itu dengan cepat berubah putih tanpa pupil. Tak hanya itu wajahnya yang tadinya cantik menjadi mengerikan. Tangannya yang berkuku panjang hendak meraih Ken dan menggigitnya.
"Akh...! Ken berteriak. Dia tidak sempat mengeluarkan kemampuannya untuk mendorong gadis zombie itu.
Ziing.
Ziing.
Pisau es mendadak meluncur ke arah gadis tadi. Membuatnya tidak sempat untuk meraih Ken karena menghindari pisau es Aaron.
"Grrr..."
Aaron segera berlari menuju Ken yang jatuh terduduk. Lalu dia memeriksa tangan atau bagian tepukan untuk memastikan tidak ada luka bekas cakaran dari gadis Jambi itu.
"Syukurlah kau tidak terluka... Inilah yang aku takut kan, sebab Saara bukanlah gadis yang bicara tanpa alasan. "
Hati Ken merasa hancur karena sudah dipermainkan oleh gadis zombie dan juga menentang perintah Saara. Kini dia sangat malu menghadapi Saara karena sudah mengabaikan perintahnya.
"Maafkan aku. Maaf..."
"Sudahlah. Ayo kita ke mobil. Apapun makhluk tadi sudah pasti dia lawan yang tidak bisa diremehkan kemampuannya. "
Saga hanya melongo melihat hal yang terjadi di depannya. Dia sama sekali tidak mempunyai ide bagaimana cara menghadapi situasi seperti ini. Di sisi lain dia tidak memiliki kemampuan seperti rekan-rekannya dan di sisi lain dia hanya bisa bergantung pada perlindungan dari gadis yang menyetir mobil ini. Saga merasa benar-benar tidak berguna dan hanya membebani perjalanan pencarian laboratorium ini.
"Zombie mutasi ketika..." desis Saara.
Gadis yang berubah menjadi zombie tadi kini kembali lagi menjadi wujud manusia yang berwajah pucat. Dia menyeringai melihat Saara dan kelima rekannya.
Aaron tidak percaya jika akan berhadapan dengan zombie mutasi ketiga yang lebih hebat daripada zombie mutasi kedua. Apalagi zombie mutasi ketiga ini mampu merubah wujudnya dari zombie menjadi manusia dan sebaliknya. Hal ini membuat Aaron semakin merasa dilema sebab mengetahui bahaya yang semakin meningkat. Jadi mau tidak mau dia harus memakan kristal zombie dari Saara sekali lagi agar memperoleh kekuatan yang lebih besar.
" Zombie mutasi kedua saja sudah membuat kita repot. Sekarang Muncul zombie mutasi ketiga, Ken bahkan hampir menjadi zombie karena tipuan dari gadis zombie itu, "gerutu James.
Dia tahu jika mereka tak ubahnya menghadapi manusia super yang bisa berubah wujud menjadi zombie menjadi manusia super. Sayangnya manusia super itu bukanlah pembela kebenaran akan tetapi seorang dead walk yang ingin memakan mereka.
"Serahkan pada kami manusia itu," desis gadis yang menjadi manusia itu. Wujudnya yang berselang- seling antara zombie dan manusia cukup menakutkan.
Saara bertindak dengan berdiri di kap mobil. Dia mengulurkan tangan ke depan untuk menyerang gadis zombie itu.
"Aku tidak suka diperintah. "
Wuzz.
Energi dentuman dari tangan Saara menghempas gadis zombie tadi sehingga terlempar ke atas. Karena hempasannya terlalu tinggi, kelima pria tadi bahkan tidak tahu kemana atah jatuhnya gadis tadi.
'Serem,' batin kelima pria yang melihatnya.
"Kerja bagus, Saara." Aaron lah yang mengatakan hal tersebut agar mencairkan suasana. Sebab Ken sampai sekarang hanya menunduk dalam karena merasa bersalah.
"Maafkan aku Saara. Aku sangat---"
"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Semua akibat yang terjadi, kau sendiri yang menanggungnya. Jadi jika kau tadi terluka maka aku pastikan tidak akan ragu membunu*mu.'' Saara kali ini tidak mengatakan peringatan dengan bertelepati. Akan tetapi langsung dari mulutnya.
'Benar- benar tak berperasaan," batin kelimanya.
"Baik aku akan lebih berhati- hati."
Suasana pun kembali seperti semula. Namun kini mereka tidak lagi diincar oleh zombie biasa, akan tetapi zombie mutasi ketiga juga diam- diam mengikuti mereka. Mereka berlari cepat dan juga bersembunyi. Bagaimanapun miripnya mereka dengan manusia, virus Em0 masih menjadi parasit di otak mereka dan mendorongnya agar menemukan makanan.
Bukannya Saara tidak tahu akan hal itu. Hanya saja, dia membiarkan mereka mengikutinya agar bisa ditangkap sebagai kelinci percobaan serum yang dibuat oleh Aaron. Hal itu dilakukan Saara karena tidak ada hewan yang bisa dijadikan kelinci percobaan.
Tbc.