When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Gibran menutupi matanya yang terasa silau, lalu menoleh ke samping nya, dan betapa terkejutnya Gibran setelah menoleh ke sampingnya. "Kamu benar-benar menguji kesabaran ku, Celia." Ujar Gibran dengan penuh kemurkaan, saat mendapati sebuah kertas di sampingnya, dengan tertulis tanda tangan Cece.. Dengan cepat Gibran membuka lipatan kertas tersebut, dan membacanya, yang ternyata di sana Cece mencoret kertas putih itu dengan beberapa kalimat dan itu hanya 3 baris. Singkat memang, namun meski 3 baris coretan itu, berhasil membuat wajah Gibran berubah menjadi seperti iblis. "Mas, aku tahu kamu sangat mengkhawatirkan aku melebihi adik kandungmu sendiri. Tapi aku minta maaf, karena aku tidak bisa menuruti kata-kata Mas Gibran, agar aku tidak pergi. Terima kasih untuk yang semalam dan semoga