“Kak Risma?” Kedua bola mata Zia yang memerah langsung berbinar menatap seorang wanita di hadapannya. Gadis itu langsung menghambur dalam pelukan Risma, editor sekaligus sahabatnya. Benar yang diucapkan Risma, surprise untuknya. “Hei, kamu kenapa?” tanya Risma seraya mengerutkan dahinya, tetapi ia justru mengeratkan pelukannya. “Serindu itu kamu sama aku?” duganya. Risma tidak tahu kalau air mata Zia mengalir deras dalam pelukannya. Cepat-cepat, Zia mengusap air matanya. Ia tidak ingin membuat editornya khawatir pada dirinya. Zia melatih senyumannya sebentar sebelum melepaskan pelukannya. “Tentu saja aku rindu sama Kak Risma,” ucap Zia diakhiri bibirnya yang maju. Ia pura-pura kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan Risma padanya. “Kak Risma tega banget ngurung aku di sini!” protesny