“Maksudmu, pria tua ini memesan sebuah kamar di ruang VVIP?” tanya Niko meyakinkan pendengarannya seraya menunjuk potret pak Sadin. “Apa suaraku tidak cukup jelas?” sahut Resa seraya memajukan bibirnya. Wajah Niko langsung berubah panik. “Mm ... bukan begitu, Mami. Tolong jangan salah paham, aku menghargai informasimu,” ucapnya seraya merogoh saku celananya. Niko mengeluarkan sebuah amplop coklat panjang dan memberikannya pada Resa. Tentu saja bibir Resa langsung mengukir senyuman lebar. Tanpa permisi, ia langsung mengintip isi amplop pemberian pemuda di hadapannya. “Hm, Mami, apakah ada kamar kosong lain di ruang VVIP? Khususnya di samping ruangan itu. Hanya ruang kosong saja!” pinta Niko dengan tatapan antusias. Resa memasang wajah berpikir. Kemudian ia memasang wajah ragu. “Bisa s