Niko mendorong tubuh Resa kasar, mengalirkan rasa kesalnya sebelum ia memutar tubuhnya menatap tajam pada sosok Sean yang berdiri tak jauh darinya. Benar, Sean berada di sana menemui salah satu pengunjung yang keluar dari pintu belakang bordil tersebut. indera penglihatannya berselancar mengikuti gerak tubuh Sean. “Frans?” gumannya lagi. Langkah kaki Niko bergerak cepat mengikuti keberadaan Sean. Tubuhnya terasa terbakar penuh emosi. Ia merasa dipermainkan dan terjebak dalam permainan saudara tirinya. Benar, itu adalah rencana Sean. Setelah Niko keluar dari ruang kerjanya, ia tengah menyelidiki perkembangan hotel yang dikelola oleh saudara tirinya. Ia menerima keluhan beberapa koleganya yang menanam saham pada hotel tersebut. Sean tak pernah membiarkan seluruh perusahaan ayahnya lepas