“Interview. Aku ingin meminta waktu tuan Sean untuk interview,” sahut Zia secepat mungkin, menghindari rasa gugupnya dan mengalihkan pertanyaan Sean. Ya, Zia sengaja pura-pura tak mendengar ucapan Sean yang menggodanya. Lelaki di hadapannya mengerutkan dahinya, lalu tersenyum tipis. Sean lantas membuka lebar pintu kamarnya, lalu membentangkan tangan kanannya ke dalam. “Silahkan masuk!” Sean mempersilahkan. Zia refleks menunjuk wajahnya lalu menunjuk arah dalam kamar Sean mengikuti bentangan tangan Sean. “Masuk ke kamar?” tanyanya dengan tatapan cemas. “Yeah, katanya mau interview?” Sean bertanya balik seraya menaikkan satu alisnya. Gadis di hadapannya menjulurkan sedikit kepalanya ke depan. Ia memindai isi kamar Sean dengan tatapan makin cemas. Entah apa yang ia pikirkan, yang pasti Z