Ini mungkin lari tercepat yang pernah Jalen lakukan di dalam hidupnya, selain saat Bunda masuk rumah sakit. Meski jantungnya berdetak dengan frekuensi tak terkendali, Jalen setidaknya masih ingat untuk menjaga keselamatan dirinya dan juga orang lain. Kala mobil berhasil Jalen parkir dengan selamat, pria itu segera berlari memasuki rumah sakit. "J.." Quin menyambut. Wanita itu terdiam beku saat melihat sang adik datang dengan napas ngos-ngosan. "Kak," Jalen menarik napas sembari berusaha mengatur napasnya agar kembali normal. "Sela gimana?" Quin menggenggam tangan Jalen. "Sela masih di dalam. Kita doa ya, J. J berdoa sama Allah ya." Dada Jalen sesak. Pintu putih di depannya membuat roh Jalen seperti tak lagi ada di tempatnya. Tak hanya ada Quin di sana. Ada Rumi juga yang terlihat s