Mobil Van melaju kencang menuju bagian utara kota setelah menjemput seorang lelaki yang baru saja hendak masuk ke dalam mobilnya.
Feliks Misha tidak mendapat kesempatan untuk bertanya dan melihat siapa yang sudah menyergapnya dari belakang. Yang dia ketahui adalah dirinya merasakan sakit pada bagian lehernya sebelum kesadaran meninggalkan dirinya.
Entah sudah berapa lama Feliks tenggelam dalam kegelapan ketika dia merasakan lehernya kembali sakit. Baru saja dia berniat mengusap lehernya, ternyata dia tidak bisa melakukan karena tangannya yang terikat dengan kencang.
Suara keluhan yang sebelumnya terdengar tanpa dia sadari berubah menjadi umpatan dan makian kasar membuat lelaki yang mengapit tubuh dan yang duduk di depannya menekan bahunya kencang.
“Diam! Atau kami juga menutup mulutmu!” perintah lelaki yang duduk di sebelah kanannya.
Feliks tidak tahu siapa yang sudah membawanya dan siapa yang berada bersamanya, tetapi dia yakin mereka adalah orang yang sudah diberi perintah oleh keluarga Pravitel.
“Berapa kalian dibayar untuk membawaku dengan cara pengecut seperti ini? Apakah tuan kalian begitu pengecut hingga tidak bisa menghadapiku langsung!”
Ucapan Feliks hanya ditanggapi oleh pukulan yang mengenai wajahnya.
Feliks tidak tahu siapa yang melakukannya tetapi pukulan tersebut bukan berasal dari sampingnya tetapi berasal dari depannya.
Suara tawa keluar dari mulut Feliks. Rasa sakit di wajahnya yang terasa panas membuat giginya seperti rontok dan memang ada yang tanggal pada saat dia meludah kasar ke arah depan. Berharap perbuatannya mengenai siapa pun yang duduk di depannya.
“Kalian semua pengecut. Aku tidak mengira orang suruhan Pravitel adalah lelaki yang semuanya pengecut. Hadapi aku secara terbuka kalau kalian adalah lelaki dan bukan para lelaki kaleng yang sudah dibayar.”
Perintah dari Feliks tidak membuat mereka tertawa. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah tidak memiliki pengaruh.
Dalam hati Feliks bertanya-tanya siapa mereka dan ada berapa orang yang bersamanya. Tetapi semua pertanyaan tersebut menjadi tidak penting pada saat dia menyadari kalau mereka bukan berada di dalam ruangan tertutup, melainkan di dalam mobil yang berjalan kencang.
Kemana mereka akan membawanya dan untuk apa?
Hari ini adalah pertemuannya dengan Karl untuk memastikan apakah lelaki itu bisa membuat Benua jadi pecundang atau dia harus membuat Karl menyingkir.
Tuntutan yang diberikan Yegor padanya membuat dia terpaksa memberikan perhatian lebih pada Karl. Dia belum tahu reputasi lelaki itu, tetapi berita kalau Julia sudah berada di tangan Borya membuat dia kesulitan mendapatkan orang baru.
Dia memang terlalu bodoh dan hanya focus pada Benua tanpa memperhitungkan ayahnya yaitu Edgar Pravitel.
Feliks memang orang baru di perusahaan yang dipimpin oleh Benua sehingga dia tidak tahu siapa yang seharusnya dia waspadai. Kebenciannya terhadap Benua seperti sudah mendarah daging sehingga dia buta melihat ke arah lain.
Selama ini dia begitu lihay menyembunyikan identitasnya. Tetapi dia mulai tidak percaya kalau semuanya tetap bisa tersembunyi.
Yang harus dia lakukan sekarang adalah mengulur waktu dan mencari celah agar dia bisa melarikan diri, setidaknya dia sudah berhasil membuat kegaduhan yang bisa membuat perusahaan Diamont Wprd Pravitel turun ke level yang rendah.
“Kemana kalian membawaku. Kau pikir kalian bisa bebas begitu saja?” tanya Feliks setelah dia berpikir cukup lama.
“Mengapa tidak? Kau pikir mainan yang kau pasang di depan rumahmu bisa membuat kami takut? Kau memang sudah menjaga dirimu, tapi kau tidak bisa membatasi keahlian kami. Jadi diam dan nikmati perjalanan sebelum kau berpikir bagaimana caranya kabur,” ucap Borya yang sejak tadi duduk di depan Feliks.
Suara itu…seperti suara yang pernah Feliks dengar sebelumnya, tapi dimana dia pernah mendengarnya? Atau….
Feliks menghentikan otaknya yang berpikir untuk menduga-duga siapa yang baru saja bicara. Saat ini dia harus bisa menghubungi Yegor dan mengatakan rencana berubah karena dia harus menghadapi siapa pun yang sudah dikirim oleh Benua. Atau ada pihak lain yang memiliki permusuhan dengannya?
“Apa kalian terlalu pengecut dan takut dengan kepandaian yang aku miliki hingga tidak berani membiarkan aku melihat kalian? Ternyata kalian semua sama seperti majikan yang sudah membayar kalian. Pengecut bahkan untuk menghadapi seorang wanita.”
“Katakan pada Benua, kalau dia lelaki, hadapi aku karena aku tidak akan lari seperti yang sudah dia lakukan,” ucap Feliks membuat Borya mengerutkan keningnya sebelum tawanya pecah.
“Menjadi paling benar, Feliks? Padahal kau sangat tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Benua mungkin tidak tahu siapa sebenarnya dirimu, tapi aku sudah mengawasimu bahkan sejak kau mulai berada di sampingnya.”
“Kau adalah lelaki yang mudah dimanfaatkan bahkan oleh perempuan yang mengaku sebagai adikmu. Aku sangat kasihan padamu, Feliks.”
Suara Borya penuh ejekan dan penghinaan yang dirasakan Feliks seolah lelaki yang bicara dengannya adalah lelaki yang sangat mengenalnya.
Kalimat yang berisi dirinya sudah dimanfaatkan membuat Feliks tertawa. Apakah lelaki itu berpikir dia sudah tahu siapa dirinya yang sebenarnya atau dia hanya menduga-duga saja?
”Kau bilang mengapa Benua tidak menghadapi dirimu langsung? Tuan-ku terlalu baik hingga kejahatanmu tidak membuatnya langsung menurunkan tangannya. Sekarang hadapi semua hukuman yang seharusnya kau terima.”
Berusaha melepaskan diri, Feliks membenturkan tubuhnya ke arah samping. Setidaknya dia harus memberikan perlawanan daripada hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun.
Benturan yang dia lakukan tidak terlalu keras, tetapi pukulan sebagai akibat dari perbuatannya membuat perutnya nyaris meledak. Bagaimana dia bisa melupakan orang yang berada di depannya.
Menahan sakit akibat pukulan yang bersarang di perutnya membuat Feliks membungkuk dan kembali berbagai umpatan kasar keluar dari mulutnya.
“Kembali sebuah pukulan mendarat di perutnya hingga tubuhnya melesak ke sandaran kursi sementara kepalanya dia rasakan seperti membentur baja yang sangat keras ketika dia melempar kepalanya ke arah belakang.
“Berharap mendapatkan sandaran yang empuk? Sayang mobil ini tidak dirancang untuk seorang penjahat seperti-mu.”
“Bajengan. Kau pikir aku takut padamu?” teriak Feliks kasar.
“Kau tidak harus takut padaku karena aku pasti menikmati ketakutanmu pada saat aku membawamu pada orang-orang yang sudah kau tipu dengan keji. Aku ingin lihat apa saja yang mereka lakukan setelah tahu kalau semua penderitaan yang mereka rasakan adalah akibat perbuatanmu.”
“Apa maksudmu?”
Suara Feliks terdengar bergetar. Nada yang berbeda karena sejak dia sadar, Feliks sama sekali tidak memperlihatkan ketakutan, berbeda pada saat Borya memberikan penjelasan kamana dia akan membawanya.
Selama ini Feliks sudah melakukan penipuan yang membuat beberapa keluarga lebih memilih meninggalkan dunia daripada tetap hidup tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.
Borya dan yang lainnya tidak memberikan jawaban. Hanya suara tidak sabar yang didengar Feliks dari kedua lelaki yang berada di samping kanan dan kirinya.
“Kau pikir ancamanmu berarti untukku? Kalian adalah kumpulan lelaki pengecut. Aku tidak peduli kalau tubuh kalian seperti baja, tapi aku yakin kalau mental kalian tidal lebih dari laki-laki yang sibuk bersolek setelah membentuk tubuh kalian.
Lagi-lagi suara tamparan terdengar kencang dan membuat gigi Feliks rontok kembali.
Siapa laki-laki yang duduk di depannya, mengapa pukulannya membuat kepalanya sakit dan giginya rontok?
“Pengecut! Jangan pikir aku akan takut padamu.”
“Bukan kami yang harus kau takuti karena sudah banyak yang menunggumu,” sahut Borya dingin.
Feliks kembali terdiam. Suara itu semakin yakin kalau dia sudah beberapa kali mendengarnya.
“Siapa kau dan mengapa aku seperti pernah mendengarnya?”
“Aku yakin kau berulang kali pernah mendengarnya. Tapi aku tidak perlu mengatakan dimana saja pernah mendengarnya.”
Feliks kembali berpikir. Kalau dia pernah berulang kali mendengar suara lelaki itu, mengapa dia tadi berpikir kalau dia adalah pembunuh bayaran yang sudah di bayar Benua?
Laki-laki itu berusaha mengingat dimana dia pernah mendengar suara Borya tetapi ingatannya tidak mampu membuatnya mengetahui siapa yang baru saja bicara.
“Bagaimana kalau aku katakan bahwa aku adalah salah satu orang yang hak-nya kau ambil? Kau tahu bagaimana rasanya begitu tahu orang yang diharapkan bisa membawanya keluar dari lobang kemiskinan adalah lelaki yang begitu nyaman menikmati hasil yang seharusnya bukan menjadi miliknya.”
“Kau sudah membuat banyak orang menderita, Feliks!”
Kembali, sebuah pukulan mendarat di perut Feliks dan dia tidak bisa melindunginya karena dia tidak tahu dari arah mana pukulan tersebut berasal.
“Aku? Apa yang sudah aku lakukan? Aku adalah lelaki yang berasal dari keluarga terhormat. Aku tidak membutuhkan apa pun dari keluarga miskin seperti kalian,” ujar Feliks berusaha menahan sakit.
“Kita lihat nanti saja apakah kau manusia rendah yang berasal dari keluarga terhormat atau kau manusia hina yang bersembunyi di balik sikap terhormat untuk melakukan perbuatan paling rendah.”
“Lepaskan aku! Kalau kalian lelaki singkirkan penutup mataku. Kita berhadapan sebagai lelaki,” gertak Feliks dengan mata yang masih tertutup.
Dengan gerakan kasar, Borya menarik kain yang menutupi mata Feliks. Tidak ada gerakan pelan pada saat dia melakukannya begitu juga pada saat dia meletakan sajam yang memiliki dua mata sisi yang sama tajamnya.
“Kau ingin aku melepaskan ikatan yang menutup matamu atau tanganmu?” tanya Borya sembari menempelkan sejam di kulit wajah lelaki itu.
“Bajengan. Lepaskan mataku agar aku bisa melihat manusia pengecut seperti dirimu!”
“Dengan senang hati,” sahut Borya menyelipkan sejam untuk memotong kain yang menutup mata Feliks.
Goresan yang disebabkan sejam yang digunakan Borya terasa menyentuh kulit pelipis lelaki itu hingga menimbulkan makian kasar.
“Diam, atau benda ini akan menekan lebih dalam ke kulitmu!”
Peringatan Borya yang tegas dan penuh ancaman membuat Feliks diam.
Rasa perih itu begitu terasa dan menimbulkan luka yang mengalirkan d@rah segar di pelipisnya.
“Selamat sore Feliks Misha, bagaimana, sudah bisa mengenaliku?” sapa Borya begitu dia sudah melepaskan penutup mata lelaki yang bernama Feliks.
“Kau….”
Seandainya di depan Feliks terdapat cermin, dia pasti bisa melihat wajahnya yang pucat dan nyaris tidak berwarna.
Dia pernah melihat wajah Borya pada saat dia mencari pembunuh bayaran di kolam situs rahasia, tetapi dia membatalkan menghubunginya begitu tahu berapa nilai yang harus dia keluarkan bila ingin memakai jasanya.
Borya bukan lelaki sembarangan dan semua sepak terjangnya sudah diketahui semua orang. Tapi bagaimana dia bisa berada di depannya? Siapa yang sudah menyuruhnya membawa dia pergi?
Apakah dari keluarga yang sudah dia tipu? Tidak mungkin. Kalau dia sendiri saja tidak mampu membayarnya bagaimana dengan mereka yang miskin dan tidak punya apa-apa? Siapa yang menyewa Borya?
Segala pertanyaan tidak bisa Feliks ucapkan karena dia melihat mata Borya begitu menakutkan ketika dia mulai bicara kembali.
“Lidahmu hilang, atau pita suaramu tiba-tiba terputus?” ejek Borya ketika Feliks sudah melihat dirinya.
Sangat menyenangkan menikmati wajah terkejutnya dan Borya langsung menduga kalau Feliks sudah mencarinya di situs khusus begitu dia melihatnya.
“Siapa yang membayarmu?”
Pertanyaan Feliks seperti berasal dari goa hantu sehingga Borya tertawa keras.
Mana suaramu yang lancang dan kasar tadi? Sudah kabur?” ejek Borya kembali begitu menyadari getaran suara Feliks.
“Katakan berapa dia membayarmu? Aku akan membayarmu lebih asalkan kau bekerja padaku,” ucap Feliks.
Borya tertawa geli. Apa Feliks melupakan ucapannya sendiri. Bukankah dia mengatakan kalau dia pernah mendengar suara Borya, lalu mengapa dia harus bertanya kembali seolah dia baru pertama bertemu? Apakah Feliks tidak pernah menyadari kalau dia sudah pernah bertemu dengannya? Bahkan beberapa kali memberikan peringatan padanya?