Mendengar kalimat yang diucapkan Feliks membuat Borya tertawa. Suaranya seperti berasal dari ruang yang paling dalam dimana tidak ada seorangpun yang menginginkan untuk mendengarnya.
“Apa yang kau miliki bila sebentar lagi nyawamu pun tidak bisa kau miliki? Kau bukan hanya pecundang yang berusaha menjadi orang kaya, Feliks.”
Ucapan Borya tidak berarti bagi Borya. Dia memang tidak sekaya Benua, tetapi dia yakin bersama dengan Yegor, dia akan mendapatkan semua yang dia miliki.
“Otak lebih penting dari pada kekayaan. Aku yakin kau tahu itu,” sahut Feliks sinis.
“Benar, walaupun kekayaan lebih dipandang daripada otak. Apalagi otak yang kau miliki,” balas Borya.
Feliks masih terus bicara berbanding terbalik dengan Borya yang tidak suka bicara. Dia membiarkan Feliks terus bicara hingga mereka tiba di tempat yang menjadi tujuannya.
Gerakan Borya pada saat turun begitu tangkas dan tindakannya tidak ada keraguan sama sekali. Dengan isyarat yang dia berikan pada anak buahnya, mereka setengah menyeret dan mendorong Feliks yang kini berwajah pucat.
“Masih mengingat tempat ini?” tanya Borya dingin.
“Untuk apa kau bawa aku kesini? Aku tidak memiliki kepentingan di sini dan kalau kau punya otak, seharusnya kau membawaku ke polisi bukan ke perkampungan yang tidak berpenghuni seperti ini,” jawab Feliks.
Suaranya yang bergetar membuat Borya tertawa. Dia mengenal Feliks walaupun laki-laki itu tidak mengingatnya.
“Jalan!”
Perintah Borya sudah pasti tidak akan dilakukan oleh Feliks hingga sekali lagi kedua anak buah Borya mendorongnya kasar.
“Lepaskan aku!” ucap Feliks mencoba meronta.
“Kenapa? Kau tidak ada urusan di tempat ini, tetapi yang ada di sini semuanya memiliki urusan yang harus mereka selesaikan denganmu,” sahut Borya mulai tidak sabar.
Dengan kekuatan yang dia miliki, Borya menarik leher baju Feliks hingga laki-laki itu tercekik dan terpaksa mengikuti langkah kaki Borya dengan berjalan menyamping.
“Lepaskan aku!” ucap Feliks dengan suara tercekik.
Tidak ada jawaban yang diberikan oleh Borya, dia terus menariknya hingga tiba di depan kumpulan orang yang menanti kedatangannya.
“Aku sudah menepati janji yang aku berikan pada kalian. Dia adalah lelaki yang bertanggung jawab atas kematian suami, saudara dan keluarga kalian semua, lelaki yang sudah menyebabkan kalian menderita. Dia yang sudah mengambil hak kalian. Tuan Pravitel selama ini sudah memberikan semua yang menjadi keluhan kalian.”
Penjelasan Borya ditanggapi dengan antusias oleh mereka, dan semakin bereaksi begitu Borya menyebut nama Pravitel.
“Kami sudah sangat menderita. Tuan Pravitel hanya mengambil nyawa suami kami pada saat para suami kami bekerja dengannya. Kami tidak butuh orang yang seperti ini untuk semua kesulitan kami. Kami membutuhkan Tuan Pravitel bertanggung jawab,” teriak seorang wanita yang memiliki tubuh tinggi dan terlihat lebih berisi.
“Dengar kalian semu! Orang ini yang sudah mengambil hak kalian. Tuan Pravitel sudah mempercayakan semuanya pada managernya. Tetapi, setelah membayarkan semua jumlah yang menjadi tuntutan kalian, orang ini bahkan tidak pernah memberikan pada kalian,” jawab Borya sementara Feliks terlihat tenang.
“Jadi, kau sudah mengantisipasi? Jangan bangga dulu, karena aku tidak akan membiarkanmu bebas begitu saja,” kata Borya pelan.
“Aku membawa bukti kalau dia sudah mengambil hak kalian,” teriak Borya.
Dibantu kedua anak buahnya, mereka memberikan bukti penerimaan untuk para janda yang suaminya meninggal saat bekerja. Semua dengan jelas di terima oleh Feliks hingga mereka seperti terpecah.
“Kalian tahu siapa aku? Aku sama seperti kalian yang menjadi korban karena sudah percaya padanya. Kalian lihat, dengan caranya, dia mengancamku untuk mengakui perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!”
Suara Feliks terdengar kencang pada saat dia tidak yakin dirinya bisa aman dan tidak tersentuh. Dia sudah mengirim orang sebelum dia dipecat oleh Benua. Orang-orang yang sudah dia bayar sepertinya sudah berhasil menghasul mereka, tetapi kini dia tidak yakin kalau mereka semua tidak akan berdiam diri apabila sebuah bukti sudah mereka miliki.
“Tidak perlu berteriak!”
Ancaman Borya sangat jelas pada saat dia memberikan perintah pada anak buahnya yang ada di dalam mobil.
Senyap, semuanya terasa menakutkan begitu dari mobil terdengar suara percakapan Feliks dengan seorang lelaki yang bernama Karl dengan suara yang keras.
Feliks: “Kau singkirkan semua pekerja yang sudah mengetahui kegiatan kita. Kalau kau bisa melakukannya dengan cepat, aku yakin Benua tidak akan curiga. Jangan lupa, buat seperti kecelakaan kerja.”
Karl: “Anggap saja pekerjaan itu sudah selesai, Lalu apa yang aku dapatkan bila mereka aku singkirkan.”
Feliks: “Kau adalah pembunuh bayaran, sudah pasti aku akan memberikan-mu bayaran yang cukup besar. Dan, kau akan mendapatkan sebagian dari uang kehormatan yang pasti akan diberikan oleh Benua pada para pekerjanya. Semakin banyak yang kau singkirkan, yakinlah bayaran yang akan kau terima semakin besar.”
Karl: “Kenapa kau sangat kejam. Mereka hanya mendengar dan melihat kejahatanmu saja. Jadi cukup singkirkan mereka dan biarkan Benua memberikan uang kehormatan pada mereka.”
Suara tawa Feliks terdengar menjijikkan tetapi bagi mereka yang saat ini mendengarkan sudah seperti penyemangat untuk menyerangnya.
Feliks: “Karena mereka tidak layak mendapatkan semua yang seharusnya aku terima. Aku sudah bekerja menjadi tangan kanannya, tapi apa pernah dia memberikan penghargaan padaku? Dia hanya sibuk memberi perintah.”
Karl: “Kau bekerja padanya dan aku yakin bayaran yang kau terima cukup besar. Kalau dia tidak cukup baik, untuk apa kau terus bekerja dengannya?”
Feliks” “Karena aku ingin menghancurkan dia dan membuatnya menjadi lelaki yang akan mati karena balasan dari karyawan yang sudah dia singkirkan. Walaupun bukan dia yang menyingirkan mereka.”
Suara tawa Feliks membuat orang yang mendengarnya semakin marah. Mereka sepertinya sudah tidak sabar untuk menyerang dan memberikan balasan yang layak padanya.
Semua orang masih menunggu kelanjutan dari suara percakapan tersebut, tetapi semuanya sudah berakhir.
Semua orang yang sebelumnya sudah terhasut bahwa semua adalah kesalahan Benua dengan cepat merangsak maju bersama dengan orang yang sejak awal sudah menahan amarah mereka sementara Borya hanya berdiri dengan tangan bersedakep.
Masa hukuman untuk manusia yang tidak memiliki hati sudah saatnya diberikan. Borya ingin tahu apakah ada lagi pihak yang akan bermain dengan Benua dan melindungi Feliks lagi.
Di tengah-tengah kegaduhan, Borya melihat 3 orang yang sebelumnya menjadi provokasi keluar dari kumpulan dan Borya langsung bergerak cepat menghadang mereka.
“Mau kemana? Mengapa kalian mau pergi? Tidak mau berpesta?” tanya Borya dingin dan tajam.
“Minggir! Kami tidak memiliki urusan dan hubungan dengan kejadian ini,” ucap salah satu dari mereka.
“Tetapi kalian dengan senang hati berusaha membenarkan tindakan Feliks, bukan?” tanya Borya tajam.
“Karena kami tidak tahu sebelumnya. Kami hanya menerima bayaran untuk membenarkan tindakan Feliks tanpa kami tahu yang sudah dia lakukan,” jawab yang lainnya.
Mata tajam Borya berusaha melihat kebenaran yang mereka ucapkan, sayangnya mata Borya terjalu tajam untuk melihat bahwa mereka sudah bersiap dengan senjata yang sudah mereka genggam di balik jaket yang mereka pakai.
Borya melihat dirinya berada di tempat terbuka dan dia khawatir menambah korban lain karena salah satu dari mereka menghadap orang-orang yang menuntut keadilan pada Feliks. Namun, ada keadaan yang mereka tidak ketahui. Mereka sudah masuk ke dalam jebakan yang dibuat penduduk untuk melumpuhkan beruang kutub.
Perlahan Borya mundur. Langkahnya di atur jangan sampai menimbulkan getaran yang berarti. Dia bukan manusia bodoh yang tidak menyadari bahaya.
“Aku tidak tahu siapa kalian, tetapi, jangan pernah menampakkan wajah kalian di depanku lagi,” kata Borya tajam.
“Kau pikir kami takut?” tanya lelaki yang sejak tadi memandang Borya tajam.
“Aku bukan lelaki yang perlu kalian takuti, tetapi ingatlah dimana kalian berpijak sekarang,” jawab Borya sinis.
“Apa maksudmu?” tanya salah satu dari yang kini berbalik menghadap kerumunan penduduk.
Borya belum lagi menjawab tetapi salju bergetar dan suara gemuruh yang berasal dari salju yang runtuh mengagetkan ketiga orang yang berdiri berhadapan dengan Borya.
Suara teriakan terdengar mengenaskan begitu ketiganya masuk ke dalam jebakan. Tubuh mereka tidak berdaya di atas besi tajam yang menahan tubuh ketiganya.
“Kalian membuktikan kalau kalian semua bukan penduduk di sini,” kata Borya dingin.
Tanpa peduli dengan ketiganya, Borya kembali untuk melihat keadaan Feliks yang sudah tidak karuan. Tubuhnya sudah berdarah-darah. Borya tidak yakin apakah Feliks masih bisa bersuara lagi atau tidak begitu dia melihat mulutnya seperti hancur. Entah apa yang sudah dia terima.
“Cukup. Aku akan membawanya ke polisi,” kata Borya pada mereka yang belum juga puas.
“Tidak. Kau sudah menyerahkannya pada kami. Jadi biarkan dia kami yang mengurusnya. Kami tidak peduli apakah dia punya keluarga atau tidak. Karena dia sendiri tidak peduli dan kejam pada suami dan juga kami semua,” jawab salah satu dari wanita yang sebelumnya bicara dengan tegas menganggap Benua yang bersalah.
“Baiklah. Aku akan serahkan dia pada kalian. Karena memintanya mengganti kerugian yang sudah dia lakukan saja sudah tidak bisa lagi,” kata Borya kejam.
Mata Feliks seolah memohon Borya untuk membawanya tetapi Borya manatapnya muak.
“Sebaiknya kau mengemis pada mereka agar kau segera dikirim ke neraka,” ujar Borya sebelum dia masuk ke dalam mobil.