Part 04 (18+)

2347 Words
Keesokan harinya. Udara pagi yang begitu sejuk ditambah kabut tebal yang masih menyelimuti sebagian besar dataran tersebut membuat Christ enggan bangun dari atas tempat tidur sederhana miliknya. Ditariknya kembali selimut tebal yang masih membungkus tubuh atletisnya sampai batas kepala. Sedangkan bi ijah sang pemilik rumah yang ditempati christ, sudah berada tepat didepan pintu rumah christ lengkap dengan rantang sarapan dan satu buah termos berisi air panas ditangan kanan dan kirinya. Diketuknya pelan pintu tersebut sambil bergumam pelan. "Aduh nanti harus panggil apa ya ? Akang nggak mungkin, kaya yang manggil suami sendiri aja." Kekehnya sambil tersenyum geli. "Tapi kalau manggil aa juga takut disangka genit." Ucapnya lagi dengan PD namun sedetik kemudian kembali tertawa melihat tingkah konyolnya sendiri. "Udahlah panggil aden aja biar umum" Kemudian langsung memanggil seseorang yang ada di dalam sana. Christ membuka pintu rumahnya dengan selimut yang masih membelit ditubuh kekarnya. "Bibi bawa apa itu ? kok pagi-pagi udah kesini ?" Tanya-nya sambil membetulkan letak selimut ditubuhnya. "Hah ? Eh kok pagi sih den ? ini kan udah hampir setengah 06." Ucapnya kemudian masuk kedalam tanpa menunggu ijin dari sang penghuni rumah. "Ya Tapi kan ini masih gelap bi" Elak Christ mengikuti langkah sang pemilik, kemudian duduk di kursi yang ada didepannya. "Itu apa bi ? Tanya-nya lagi. "Ini bibi bawain sarapan buat aden" Ucapnya ikut-ikutan Christ menyebut dirinya bibi padahal sebelumnya bi ijah sudah menyuruh christ untuk memanggilnya nin seperti maira biasa menyebutnya. Dibukanya satu persatu rantang ditangannya. "Tuh lihat, ada pisang goreng, bubur kacang sama tahu khas orang sini den" Ucapnya dengan bangga. "Banyak banget bi sarapannya, mana kayaknya enak lagi ?" Matanya menatap lekat makanan didepannya. "Tapi masalahnya saya gak biasa sarapan di jam segini bi." Tuturnya lagi dengan raut wajah sedih. "Lah terus ? ini gimana dong den ? bibi udah bawain banyak banget ini. Sayang kan kalo harus dibuang ?" Ucap sang bibi dengan nada yang sedikit kecewa. Dan Christ melihat raut wajah kecewa tersebut menjadi tidak tega. "Emmm .. ya udah gini aja deh bi, saya biar olahraga dulu sebentar, nanti pulangnya baru saya makan, makanan yang bibi bawa ya ?!" Tawarnya yang langsung dibalas anggukan oleh wanita tua tersebut. Sehingga 10 menit kemudian Christ telah siap dengan setelan olahraganya keluar dari dalam rumah menuju arah perkebunan teh yang membentang luas didepan penginapannya. Sesuai dengan arahan dari bi ijah, kaki jenjangnya melangkah lebar menyusuri setiap belokan didepannya. Pemandangan indah, ditambah suasana sejuk dan kicauan burung semakin memanjakan seluruh indra perasa ditubuhnya. "Akang Christ lagi olahraga ya ?" Sapa Mang radun berjalan mendekat dari arah perkembunan. "Iya mang, mamang kok ada disini ? Tanya-nya "Lah, pan mamang mah emang kerja disini kang. Tuh lihat ! juragannya aja udah stand by di sana lagi ngawasin para pekerjanya." Tunjuknya pada seorang gadis yang berdiri jauh didepannya. Satu kernyitan tercetak halus di dahi mulusnya "Itu bukannya perempuan yang semalam ya mang ? Siapa namanya, Ma-Ma siapa ya ? Maria bukan ?" Tebaknya dengan bangga namun langsung ditepis kasar oleh pria didepannya. "Heh. sembarangan ganti-ganti nama orang. Itu namanya neng Maira, putri tunggal dari almarhum juragan Rivaldy. jangan sembarangan kamu ya !" Dengusnya yang hanya dibalas kekehan konyol pria didepannya. "Udahlah, kamu lanjut olahraga lagi aja sana ! mamang mau kerja lagi soalnya. Udah hapal kan jalan yang mesti dilewatinnya kemana aja ?" Tanya-nya sambil memungut sampah plastik di depannya. "Kenapa malah jadi banyak sampah sih?" Gumamnya memungut satu persatu sampah plastik yang ada didepannya. Christ melirik sekilas kearah mang Radun kemudian menjawab singkat pertanyannya. "Udah mang. tadi bi ijah juga udah kasih tau" Jawabnya. "Ya udah bagus, mamang lanjut kerja dulu kalau gitu ya, Kamu hati-hati olahraganya jangan sampe nyasar !" Ucapnya yang hanya dibalas anggukan paham pria didepannya. Setelahnya Mang radun pergi, masuk kedalam perkebunan untuk melanjutkan kembali pekerjaannya. Sementara Christ malah duduk sambil menatap gadis cantik yang berdiri jauh didepan sana. "Cantik. Jika aku suaminya akan aku simpan dia didalam rumah daripada harus panas-panasan diluar dan menjadi santapan mata pria-p****************g seperti mereka." Ucapnya geram ketika melihat satu orang pria tua dengan dua bodyguard di sisinya tengah menatap Maira dengan pandangan laparnya. Satu buah ide seketika terbesit di otak jahilnya. Mungkin sah-sah saja jika dia melakukan sesuatu untuk mengerjai pria tua tersebut. Sambil berdecih. "Cih" Christ mengambil satu buah kantong plastik sayur bekas ukuran besar yang ada didepannya kemudian ia isi dengan penuh kotoran sapi yang tercecer didepannya menggunakan serpihan kayu kecil. "Eeeeuuuwhhhh ... " Gumamnya pelan sambil bergidik ngeri melihat plastik tersebut telah terisi penuh dengan kotoran sapi yang ia kumpulkan sendiri. Dicarinya tempat yang pas untuk melemparkan kotoran tersebut. "Nah, disini aman kayanya" Ucapnya sambil berdiri setengah jongkok diantara semak-semak daun teh yang telah tumbuh tinggi didepannya. Dilemparkannya plastik tersebut dengan semangat kearah dua orang pria didepannya. Dan BUK__ saat salah seorang pria menolehkan wajahnya, plastik tersebut mengenai tepat dimuka dan baju bagian depannya. Christ bahkan sampai berguling-guling di atas tanah sambil menahan tawa ketika melihat wajah pria tersebut yang dipenuhi kotoran sapi, sementara dua pria disampingnya terlihat panik melihat majikannya yang seperti itu. "Mampus, makanya punya mata dijaga !" Umpatnya dengan sangat pelan, kemudian bangkit berdiri dan pergi meninggalkan tempat tersebut dengan sangat hati-hati. *** Lain Dengan Christ, lain halnya juga dengan yang lainnya. Di dalam Villa besar di daerah Majalengka. Seorang Wanita paruh baya mengetuk pelan pintu kamar majikannya. "Tuan mohon maaf sarapannya sudah siap." Ucapnya sambil menunggu jawaban seseorang yang mungkin masih tertidur pulas didalamnya. "Tuan ..." Panggilnya lagi karena tidak ada jawaban dari dalam kamar. "Iya bik tolong tunggu sebentar ! 15 menit lagi saya akan turun." Akhirnya pria tersebut yang tak lain adalah pak handoko, direktur utama dari sebuah penerbangan ternama di indonesia tempat christ dan mona bekerja menjawab pertanyaan seseorang dibalik pintunya. "Lelah sekali." Ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di atas sandaran tempat tidur dengan satu tangan memijat pelan pelipisnya yang terasa berat akibat kurang tidur karena baru saja kembali subuh tadi. Pandangannya terlihat kembali menerawang menatap langit-langit yang ada didalam kamar sambil otaknya kembali mengingat kejadian malam tadi. Flashback On "Sayang kemari-lah, cepat pakai ini !" Ucap pak Handoko setengah berlari menghampiri sang wanita yang tengah meringkuk di-atas kloset kamar mandi. "Maaf, apakah dingin ?" Tanya-nya lagi sambil menutupi tubuh polos tersebut dengan kain tipis. Dipangkunya tubuh tersebut tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik. "Kita mau kemana bos ? Bukankah diluar sedang ada acara ? bagaimana jika nanti ada orang yang melihat kita ?" Bukannya menjawab pertanyaan dari bos nya wanita tersebut malah mengeluarkan kegelisahannya. Sementara sang pria malah terkesan acuh tidak mempermasalahkan hal tersebut. "lalu ? Ya biarkan saja kalau memang ada yang melihat aku malah senang." Jawabnya yang langsung dibalas pelototan tajam wanita yang ada dalam dekapannya. "Becanda sayang. sudahlah jangan takut ! aku jamin tidak akan ada yang melihat kita saat ini, kau tenang saja !" Ucapnya kemudian membuka pintu mobil di-samping kemudinya. Dia mendudukkan wanita tersebut didalamnya. "Tidak, aku bisa sendiri !" Ucapnya menolak halus gerakan sang pria saat hendak memasangkan seat belt ditubuhnya. Pak Handoko membuang napasnya pasrah. "Baiklah terserah " Jawabnya menutup pintu mobil dan berjalan memutar kearah kemudi. Dilajukannya mobil tersebut dengan kecepatan sedang menuju daerah Majalengka. dimana Villa pak handoko berada. Hening dan sepi. Tidak ada satupun yang memulai pembicaraan, keduanya sibuk dengan pikiran dan aktifitasnya masing-masing. Pak Handoko dengan setir mobilnya sedangkan sang wanita memilih meringkuk sambil menatap jalanan disebelah kirinya. Sampai beberapa menit kemudian matanya menangkap seseorang yang sangat dikenalinya tengah mengemudi di samping mobilnya. "Christ" Ucapnya dengan binar bahagia."Dia pasti mau ke Sumedang sesuai janjinya padaku tadi siang." Ucapnya sambil mencari keberadaan tas tangan serta ponsel miliknya. "Bos dimana tasku ?" Ucapnya heboh, bahkan kini tubuhnya sudah menyembul kearah jok belakang mengabaikan tubuh polosnya yang kini sudah tak lagi tertutup kain. Sang wanita terus saja sibuk mencari keberadaan ponsel dan tas tangan miliknya. "Mona" Geram Pak Handoko yang melihat sikap antusias wanita disampingnya. "Mona perhatikan sikapmu ! Bagaimana jika ada orang diluar sana yang melihat tubuh polos mu ?." Ucapnya sambil memijat pelan pelipisnya yang mulai terasa pening melihat tingkah perempuan disampingnya. Bahkan payudaranya ikut bergerak liar seiring tubuh Mona yang terus saja bergerak kearah belakang kemudi mencari sesuatu yang tentu saja tidak akan ada di sana. "Mona" Sampai Pak Handoko yang sudah tidak tahan lagi. Dia langsung menghentikan mobil tersebut tepat dipinggir jalanan yang sepi. "Cukup mona ! kesabaranku juga ada batasnya." Ucapnya dengan suara tajam melepaskan seat belt miliknya kemudian menarik mona menuju belakang kemudinya. "Ada apa ini ? Lepaskan aku ! kau mau apa bos ? jangan gila kita sedang ada dipinggir jalan." Hardiknya mencoba melepaskan tarikan kasar dipergelangan tangannya. "Peduli setan dengan jalanan aku tidak peduli." Ucapnya melempar tubuh mona kedalam jok mobil bagian belakang. Dilumatnya bibir ranum tersebut dengan brutal dengan tangan yang terus meremas kuat kedua p******a Mona secara bergantian. "Aakkhh. b******k. Kau mau memperkosaku lagi bos ?" Teriaknya dengan keras, mencakar punggung terbuka sang pria. Beruntung jalanan yang mereka lalui saat itu sedang benar-benar sepi sehingga tidak akan ada satupun orang yang akan mendengar teriakan serta desahan yang keluar dari mulut mereka. Setelah 3 kali gencatan akhirnya tidak terdengar lagi umpatan serta makian dari mulut mona. napasnya begitu berat dengan tubuh yang sudah terkulai lemas karena digempur habis-habisan oleh bos nya. Sementara pak Handoko yang masih mengangkangi tubuhnya kembali mengeluarkan ancamannya. "Dengar mona, jangan pernah sekali-kali menyebut nama pria lain saat sedang bersamaku. Ini, dan ini !" Tunjuk-nya pada dua gunung kembar serta daerah intim bagian bawah milik mona "Milikku. hanya milikku, camkan itu !" Kemudian mencabut kejantanannya dari dalam milik mona. Pak Handoko Menutup tubuh polos tersebut menggunakan kemeja miliknya karena kain yang tadi digunakannya sudah dirobek kasar oleh sang pria. Mona hanya terdiam sambil mengeluarkan buliran bening disudut matanya. "Shit." Geram pak Handoko memukul keras bangku jok dibelakangnya. ketika melihat satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mata sang wanita. Dia jadi kesal sendiri, meremas kuat rambutnya melihat buliran tersebut terus saja jatuh di mata Mona. Karena Sebagaimana pun kesalnya hati kita akan luluh saat melihat orang yang kita cintai menangis karenanya. "Maafkan aku, ya tuhan kemarilah ! jangan menangis seperti itu sayang ! maafkan aku, aku hanya terbawa emosi karena terlalu cemburu, mona mengertilah !" Ucapnya dengan wajah frustasi menarik mona kedalam pelukan. Sementara mona hanya mengangguk-angguk-an kepalanya dan mengikuti setiap keinginan dari sang pria. Setelah dirasa tenang, Mona kembali duduk didepan kemudi menemani pak Handoko menyetir mobilnya sambil sesekali tangan-nya terulur untuk sekedar mengusap serta mencium punggung tangan wanitanya. Gairahnya bahkan terus timbul saat melihat tubuh mulus mona dibalik kemejanya. "Mona maafkan aku tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya." Rintihnya dengan suara berat menatap belahan d**a serta paha mulus mona yang terbuka. Mendengar rintihan suara pak handoko yang terdengar berat sontak membuat mona membalikan wajahnya seketika. Kali ini bukan lagi penolakan yang akan dia berikan pada pria tersebut. Satu ulas senyum bahkan tersungging dibibir ranumnya dan tanpa ragu menganggukan kepalanya memberi ijin pria tersebut untuk kembali menyentuhnya. "Aku juga menginginkannya" Ucap Mona tanpa tahu malu melepas seat belt kemudian merangkak naik keatas paha pak handoko yang masih menjalankan kemudinya dengan tubuh mona yang sudah berada di atas pahanya. Dibukanya satu persatu kancing kemeja yang melekat ditubuh rampingnya dengan gerakan gemulai, b****g seksinya bahkan sengaja ia gerakan menyapa benda tumpul yang kini sudah mulai mengeras dibalik celana bahan yang membungkusnya. Sementara sang pria yang sibuk mengarahkan setir mobilnya mencari tempat yang aman untuk melakukan aktifitas bercinta nya dengan sang wanita. "Mona." Pekiknya ketika tangan halus mona sudah menggenggam erat kejantanan milik sang pria yang sudah menyembul tegak dibalik celana bahannya yang sudah terbuka. Mona bahkan sampai harus merosot ke bawah kemudi, masuk diantara kedua kaki pak Handoko, baru setelahnya memasukan benda tumpul tersebut kedalam mulut basahnya, membuat pak handoko memukul kesal setir mobil didepannya. Tidak ada satupun tempat sepi yang bisa mereka gunakan untuk sekedar mencurahkan gairah di d**a keduanya. semua tempat mendadak ramai oleh segerombolan anak muda membuat pak Handoko sekali lagi menggeram dengan kesal dengan mona yang terus melumat habis kejantanan miliknya. "Aarrrgghh, b******k. " Teriaknya memukul kemudi. "Sayang, s**t. bagaimana jika kita menyewa hotel sebentar ? Aku benar-benar tidak kuat sayang." Ucapnya mencoba tetap fokus pada jalanan, sementara otak dan tubuhnya bergetar hebat akibat belaian hangat bibir dan tangan lentik dari mona. "Tidak, tetap jalankan mobilnya !, Kita hanya akan berhenti jika ada tempat yang sepi !" Ucapnya tanpa ingin dibantah kemudian melumat kembali benda tersebut dengan rakusnya. "Mona, Aakhh." Teriaknya ketika mona dengan kuat menghisap kejantanan-nya sambil kedua tangannya mengurut dan menggelitik halus kejantanan pak handoko dan bijinya. Sungguh pengalaman yang luar biasa pikirnya, sebuah sensasi nikmat bercampur geli mendominasi seluruh tubuhnya membuat dirinya sampai meliuk-liuk-kan tubuhnya saat mona dengan gila melakukan oral-nya. Ditepikan-nya mobil tersebut ketika tubuhnya tidak lagi mampu menahan gejolak yang akan keluar dari dalam sana, sambil melolong keras ditekannya kepala mona semakin dalam menghisap kejantanan miliknya. "Monaaa kau sangat gila sayang" Teriaknya disertai cairan hangat yang menyembur membasahi kerongkongan wanita cantik didepannya. Sebagian bahkan ada yang keluar menetes disela-sela mulut seksinya membuat sang pria hanya mampu memejamkan kedua matanya dengan tangan terus mengusap pucuk kepala mona dengan sayang. "Jalankan lagi mobilnya bos !" Perintahnya setelah menelan habis cairan kental milik pria didepannya. Dengan pelan Pak handoko membuka kembali kelopak matanya yang sempat terpejam disertai napas terengah dan mata yang masih dipenuhi kabut gairah. Dihidupkannya kembali mesin mobil tersebut melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda. Mona yang mulai bergerak dari posisinya, memeluk erat tubuh setengah polos pria didepannya. digesekannya kedua p******a miliknya sendiri membelai lembut kulit terbuka sang pria, membuat bibir tua tersebut kembali menggeram saat selangkangannya juga ikut menggesek lembut benda tumpul dibawahnya. Benda tersebut bahkan kembali berdiri saat mona terus saja mengodanya dibawah sana. Diarahkannya lubang terbuka miliknya dengan pas agar dapat dimasuki benda tajam berurat dibawahnya. Satu kali hentakan dan masuklah benda tersebut memenuhi bagian inti sang wanita. Mona memejamkan matanya sesaat menikmati miliknya yang penuh dengan kejantanan milik pak handoko. Digerakannya dengan perlahan pinggulnya dengan kedua tangannya memeluk erat leher sang pria. Membuat mereka kembali tenggelam dalam balutan birahi dengan mona yang sepenuhnya memegang kendali sementara pak handoko yang menjalankan kemudi, memastikan mereka aman sampai menemukan tempat yang sepi untuk menuntaskan gairah yang terus bergelung ditubuh keduanya. Flashback off.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD