Part 13

1294 Words
Christ begitu menikmati kopi nya, sampai-sampai dia tidak menyadari kehadiran wanita cantik dan seksi yang kini sudah duduk tepat disebelah kiri bangkunya. Wanita itu adalah Mona. Sang pramugari yang selalu mengikuti Christ kemanapun dia pergi. Wanita yang begitu mencintai Christ sampai-sampai rela melakukan apapun demi mendapatkan pria yang kini berada didekatnya. Delapan menit yang lalu. Mona yang saat itu tanpa sengaja melihat Christ tengah memasuki pantry, Diam-diam mengikutinya. Dia bahkan sempat menguping ketika Christ tengah meminta kopi pada seorang OB yang kebetulan sedang berada didalam sana. Lama Mona terus memandangi pria disampingnya, Sampai-sampai dia gemas sendiri karena Christ yang sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Sambil berdehem pelan, Mona mencoba menyapa pria di sampingnya. tangannya terulur, mencoba mengusap lembut punggung belakang Christ sambil tersenyum manis. "Ow. s**t " Christ yang tiba-tiba disentuh dibelakang punggungnya pun tersentak kaget. Dia bahkan sampai memuntahkan kopi di mulutnya, saking terkejutnya mendapat sentuhan tiba-tiba dari wanita yang entah darimana datangnya itu. Di seka-nya bibir tipis tersebut dengan satu tangan. sambil mulutnya terus saja mengeluarkan batuk akibat cairan kopi hitam yang mungkin tidak sengaja tertelan oleh saluran lain di tenggorokannya. Sedangkan Mona yang menyadari kesalahannya karena telah mengejutkan Christ, tentu saja merasa bersalah. Diulurkannya tangan kanan miliknya sambil menepuk pelan punggung belakang Christ. "Ya ampun sayang, maafkan aku" "Ini, minumlah air putihnya !, nanti setelah minum ini batuknya pasti hilang" Saran Mona, menyodorkan satu botol air mineral ke tangan Christ. Christ menerimanya, Kemudian menenggak habis air tersebut tanpa sisa. "Bagaimana ? Sudah mendingan ?" Tanya Mona sambil terus menepuk pelan punggung belakangnya. Christ menganggukkan kepalanya. "Lumayan. Terima kasih" Ucapnya. Sedikit kesal. Mona menganggukkan kepalanya. "Sekali lagi maafkan aku, Aku benar-benar tidak sengaja sayang." Ucapnya disertai mimik muka yang sengaja dibuat se memelas mungkin . Christ hanya tersenyum biasa. "Tadi sebenarnya aku hanya ingin menyapa. barusan aku melihatmu sedang minum kopi sendirian disini." "Kamu tidak marah kan Christ ?" Mona tetap melanjutkan ucapannya. Sengaja. Agar Christ kembali bersikap manis padanya. "Tidak, Sudahlah tidak masalah. kebetulan aku juga sudah selesai." Ucap Christ memilih mengalah. Mona kembali menganggukan kepalanya. Entah mengapa semakin hari, Christ seperti semakin jauh dari jangkauannya. "Kalau begitu aku duluan, aku harus segera bersiap sebelum Steve datang kemari dan memarahiku seperti biasanya." Ucap Christ disertai kekehan khas miliknya. Mona tersenyum. Meskipun Christ tidak se-hangat sebelumnya namun Christ juga tidak se-Cuek saat mereka pertama bertemu. "Baiklah Kalau begitu sayang, kebetulan aku juga hari ini satu penerbangan dengan kalian" Ucapnya tetap tersenyum. Mereka berdua kemudian meninggalkan tempat tersebut, dengan Mona yang kembali bersikap agresif dan melingkarkan tangannya di pergelangan tangan Christ. Toh Christ juga tidak pernah keberatan di perlakukan seperti itu oleh Mona. Walaupun sedikit dingin. Tapi Christ juga tidak menolak. Jadi selama Christ tidak memberinya batasan yang jelas, maka Mona juga tidak akan lelah untuk terus melakukan aksinya, merayu dan mengejar Christ kemanapun pria itu pergi, Sampai hati Christ suatu saat nanti akan luluh dan mengakui hubungan mereka dengan sendirinya. Barulah Mona akan berhenti. *** Lain dengan Christ, Lain juga dengan Maira. Setelah selesai membersihkan seluruh ruangan dan membuat kue serta puding kesukaannya. Maira berjalan kearah luar gerbang sambil membawa satu kresek besar sampah rumah tangga dan sampah daur ulang ditangannya. Entah mengapa sampah di rumah tersebut begitu banyak. padahal penunggunya hanya ada Christ seorang. Sambil menggerutu pelan, Maira memasukan satu persatu sampah-sampah tersebut. Memilihnya terlebih dahulu baru memasukannya kedalam tong sampah masing-masing. Hingga Tinggal satu botol tersisa dan maira langsung memasukannya. tangannya bertepuk riang begitu melihat sampah-sampah tersebut sudah berada pada tempatnya. "Akhirnya selesai juga" Ucap Maira seraya membalikan badannya, hendak masuk kembali kedalam rumah. Namun, Belum juga pagar didepannya didorong, seseorang dari arah belakang lebih dulu memanggilnya. Membuat Maira mengurungkan kembali niatnya. "Nak Tunggu !" Teriak orang tersebut. Maira menoleh, Alisnya mengeryit bingung melihat seseorang yang kini baru saja turun dari mobil mewahnya. "Kemari nak !" Tangannya memberi isyarat agar Maira mendekat padanya. Maira pun mendekat. "Anda memanggil saya nyonya ?" Tany-nya dengan sangat sopan. "Iya nak kemari-lah !. Perintahnya lagi. Setelah Maira berada didepannya, Wanita tersebut kembali melanjutkan kalimatnya "Apa kau baru tinggal disini sayang ? Rasa-rasanya kok ibu baru liat ya ada kamu disini ?" Tanya wanita tersebut sambil membelai lembut surai hitam kecoklatan milik Maira. Maira tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Iya nyonya, Saya baru satu hari tinggal disini." "Apa nyonya juga tinggal disini ?" Tanya Maira balik bertanya. Bukannya menjawab wanita tersebut malah kembali memberinya pertanyaan lain. "Bukankah pemilik rumah ini tinggal sendiri ? Setahu ibu sih begitu." Tanya-nya tetap membelai lembut surai milik Maira. "Anda benar nyonya, kebetulan saya adalah pembantu baru nya beliau." Hanya jawaban itu yang bisa Maira berikan. Bagaimanapun, dia harus menjaga martabat Christ di komplek perumahan ini. Maira tidak ingin Christ mendapat masalah karena dirinya. Sang wanita tersebut memicingkan matanya. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Baiklah kalau begitu. Apa tuan mu ada didalam sayang ? boleh tidak ibu masuk ? Ibu haus sekali soalnya" Pinta sang wanita sambil tersenyum sangat cantik kearah Maira. Maira yang memang tidak melihat gelagat mencurigakan dari wanita didepannya, mengiyakan saja permintaan wanita tersebut. Mereka berdua akhirnya masuk kedalam rumah. Maira bahkan menjamu tamu pertama nya dengan sangat baik, membuat sang ibu terus saja tersenyum menatap gadis cantik nan ramah didepannya. "Ibu juga harus coba ini, Tadi saya baru buat ini soalnya !" Tawar Maira menyodorkan puding Almond ke depan tamu nya. "Owwhh. Apa ini sayang ?" Tanya sang ibu "Emmmm. Enak. " Matanya terpejam menikmati lembut dan gurihnya puding tersebut. "Kamu yang bikin ini sayang ? pinter banget kamu." Ucapnya sambil mengusap lembut punggung tangan Maira. "Terima kasih Bu, saya juga baru belajar." Ucap Maira mencoba merendah. Dan mengalir-lah obrolan tersebut. Dimana sang Ibu mulai menceritakan siapa dirinya. Dia adalah nyonya besar illona, Seorang dokter bedah terbaik di swedia, sekaligus istri dari pemilik satu-satunya Zachary Korp. yang mungkin tidak akan pernah mendapatkan pewarisnya. Karena menurut penuturan sang ibu, Anaknya sama sekali tidak berminat dengan usaha keluarganya. Dia lebih memilih menjadi supir dari pada menjadi pengusaha. Begitu sungut nyonya illona pada Maira. Maira hanya tertawa menanggapi setiap ucapan dari wanita paruh baya didepannya. Wanita yang sama sekali tidak menunjukan tanda penuaan didalam tubuhnya. Begitu cantik sampai Maira sendiri bingung ingin menyebutnya apa, jika saja sang wanita tidak meminta Maira memanggilnya dengan sebutan ibu. "Ibu seneng deh bisa ngobrol sama kamu. Kamu orangnya baik. Nyambung juga kalau diajak ngobrol. Kamu juga cerdas. Mana cantik lagi." Puji illona kembali mengusap pipi mulus Maira. "Kalau kamu jadi mantu ibu, ibu juga setuju kayaknya" Maira tentu saja hanya tersenyum menanggapi pujian wanita didepannya. Daripada menjadi menantu ? sepertinya dia akan lebih senang jika menjadi anaknya. Begitu pikir Maira dalam hati. "Besok ibu boleh kan main lagi kesini ? nanti ibu kesini nya pas bos kamu sudah keluar saja, biar ibu juga tidak menganggu pekerjaan kamu, bagaimana ?" Tanya sang ibu. "Nanti ibu bantuin juga deh kerjaannya kalau kamu ijinin ibu main lagi kesini besok. Ibu bosen soalnya di rumah terus. boleh ya ?!" Tanya-nya lagi mencoba merayu wanita didepannya. Matanya bahkan sudah dibuat berkaca-kaca, membuat Maira tertawa melihatnya. "Baiklah, ibu boleh kok, Datang kapan pun ibu mau. Bos saya juga baik. dia juga tidak akan mungkin tega mengusir ibu." Tutur Maira sambil terus tertawa. Sang wanita juga ikut tertawa, perempuan didepannya benar-benar cerdas. Dia bahkan mampu menangkap mana raut muka yang dibuat-buat dan mana raut muka yang tulus apa adanya. Setelah menjelang sore, akhirnya sang ibu pun ijin pamit. Maira memberikan beberapa kue serta puding buatannya, membuat sang ibu, kembali berjingkrak senang karenanya. Diciumnya pipi kiri dan kanan Maira, sebelum dirinya masuk kedalam mobil dan meninggalkan pekarangan rumahnya. Besok Maira akan bertemu kembali dengan wanita baik tadi. Dan itu artinya Maira juga tidak kesepian lagi tinggal sendirian di rumah besar milik Christ. Maira juga akan menceritakan pertemuannya tadi pada Christ jika pria tersebut sudah pulang ke rumah nanti malam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD