Part 14

1299 Words
Christ baru saja tiba saat jarum jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Terlihat dari arah dapur Maira tengah sibuk memasak sehingga tidak melihat kepulangannya. Ditariknya kursi meja makan yang berada didepannya. Duduk manis sambil memperhatikan gerak gerik Maira yang terlihat sangat cekatan saat sedang memasak. Sambil melonggarkan dasinya, Christ menyimpan bungkusan hitam didepan meja. kemudian berdiri. Christ Berjalan dengan sangat pelan kearah pintu kulkas, matanya syok melihat isi kulkas bagian atas yang sudah penuh dengan beberapa camilan manis dan juga jus buatan tangan Maira. Karena penasaran, Akhirnya Christ menanyakan hal tersebut pada Maira yang berada tepat disampingnya, sedang membalik ikan. "Mai, Apa kau yang membuat semua ini ?" Tanya Christ tanpa melihat situasi. Maira terkejut mendengar suara laki-laki yang datang tiba-tiba dibelakang tubuhnya. "Allahu Akbar, Christian." Dia bahkan sampai menjatuhkan sodet Stainles yang digenggamnya. Maira melirik tajam pria yang mengagetkannya. Sementara Christ hanya terkekeh polos sambil menggaruk pelipisnya "Maaf, kaget ya ?" Tanya Christ basa-basi, kemudian mengambil kembali sodet tersebut dan mengembalikannya pada Maira. "Nih !!" Ucapnya. menyerahkannya langsung di tangan Maira Namun Maira sama sekali tidak memakainya, dia memasukan sodet tersebut kedalam wastafel dan menggunakan capit gorengan sebagai gantinya. "Kenapa tidak menggunakannya ? kamu marah ya ?" Tanya Christ sambil menyipitkan matanya. "Tidak, Itu sudah kotor jadi aku ganti." Jawabnya. "Kenapa ? tadi ngomong apa kamu ? Lupa kan jadinya." Lanjut Maira sambil menggoreng kembali ikan didepannya. "Itu mau tanya isi kulkas kenapa jadi banyak makanan, Kamu yang bikin ?" Tanya Christ mengulang kembali pertanyaannya. Maira kembali berbalik "Iya, Kenapa ? nggak boleh ya ?" Tanya Maira sambil mengangkat pencapit gorengan ditangannya. Christ langsung menelan ludahnya kasar, Kemudian mundur. Ngeri, melihat pencapit gorengan yang ada di tangan Maira. "Boleh. Justru bagus, jadi kan banyak makanan !" Ucap Christ sambil tersenyum garing. Maira menganggukkan kepalanya, kemudian kembali memunggungi Christ. Christ mengambil salah satu puding cokelat ukuran besar yang ada didalam kulkas hendak memakannya sembari menunggu Maira selesai memasak, Namun sayang, aksinya gagal, karena Maira memergokinya tepat saat dirinya hendak berbalik. "Jangan makan itu dulu, ini masakannya udah mau Mateng sebentar lagi ih !" Ucap Maira. Melarang Christ yang hendak membawa puding dengan ukuran besar ke atas meja. "Yaelah, orang cuman sedikit doang. Kan sambil nunggu nasinya matang juga" Ucap Christ mulai melakukan negosiasi. Namun Maira kembali menggelengkan kepalanya. "Itu ukurannya aja udah se gede gaban, kamu bilang sedikit ?" "Coba taruh dulu disini !" Maira menunjuk tempat kosong di samping kompor. "Mau ngapain ?" Tanya Christ namun tetap menurut. Maira mengambil piring kecil kemudian memotong puding dengan ukuran kecil juga kedalam piring, baru memberikannya pada Christ. "Nah, Segini baru cukup. Nanti habis makan baru boleh makan lagi ya." Ucap Maira. Sedang Christ malah mengerutkan keningnya dalam. "Tenang, selain itu masih banyak lagi cemilan buat kamu." "Sekarang makan ini dulu ya !" Ucap Maira sambil tetap tersenyum. Christ mengerucutkan bibirnya, namun tetap menerima piring kecil berisi puding yang diberikan Maira. Memakannya dalam diam di atas meja, sementara Maira melanjutkan kembali kegiatan memasaknya. *** "Sudah matang ?" Tanya Christ setelah selesai memakan puding, kemudian mencuci piringnya. "Sudah. ini tinggal dibawa aja ke depan" Jawab Maira, Sambil membawa piring berisi ikan goreng saus kari lengkap dengan lalapan segar dan tumis acar kuning di masing-masing piringnya. Christ hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Maira. Dia sudah mulai terbiasa dengan tingkah ajaib dari wanita yang kini sudah menjadi tanggung jawabnya. Setelah selesai mencuci bersih piring bekasnya, Christ juga mencuci kedua tangannya, lalu menyusul Maira ke meja makan. "Heeeemmmm . kayaknya enak nih. Nasinya mana Mai ?" Ucap Christ begitu sampai didepan meja. "Segera" Ucap Maira dengan semangat, kembali berbalik kearah dapur dan mengambil nasi didalam rice cooker. "Nah ini nasinya. Ayo mulai makan, Kamu pasti lapar kan ?!" Tutur Maira, mulai menyendok nasi ke piring milik Christ, kemudian ke piring miliknya. Christ menganggukkan kepalanya. Gara-gara kecanduan masakan Maira Christ jadi kurang berselera saat makan di luar. Alhasil perutnya sekarang kosong dan keroncongan. "Enak ?" Tanya Maira ketika melihat Christ melahap habis semua makanan yang ada dimeja. Kembali Christ menganggukkan kepalanya. "Jangan buru-buru gitu, nanti keselek ! pelan-pelan aja, kan masih banyak." Ucap Maira sambil terkekeh lucu. Lagi-lagi Christ menganggukkan kepalanya. Dia fokus dengan makanan yang ada didepannya. saat habis-pun Christ bahkan selalu menjilati sisa-sisa makanan di jarinya. *** Sementara itu, Didalam Rumah Besar keluarga Rudolf Alexander Seorang wanita paruh baya baru saja menuruni tangga sambil terus bersenandung di setiap langkahnya. Bibirnya tersenyum senang begitu melihat sang suami sudah duduk rapih didepan meja makan. Menunggu kehadirannya untuk melakukan makan malam bersama. "Dad sayang" Sapa sang istri melingkarkan tangannya di belakang leher sang suami. Cup__ Sang suami mengecup pergelangan tangan yang melingkar di lehernya. "Makin cantik aja sih sayangnya Dady. Jadi ilang kan capek nya kalau kaya gini mah." Ucapnya menggoda tingkah sang istri. illona hanya terkekeh mendengar ucapan suaminya. Badannya bergeser dari arah belakang kemudian duduk dipangkuan suaminya. "Tumben manja, Biasanya harus Dad duluan yang mancing baru mau" Sindir sang suami mengusap lembut pinggang rampingnya. "Ih. suka gitu deh. Jadi males kan, padahal tadinya mau curhat " Gerutu nyonya iIlona sambil mengerucutkan bibirnya lucu. Sang suami malah tertawa keras melihat bibir monyong istrinya. "Itu kenapa bibirnya monyong kaya gitu ? Minta di cium ya ?" Goda tuan Rudolf, menggelitik dagu nyonya Illona. "Tau ah" Ucapnya ketus. "Loh, kok ngambek. Jangan gitu dong sayang ! Kan Dad cuman becanda." "Tadi mau cerita apa ? katanya mau cerita ?! Mumpung Dad lagi nggak sibuk ini" Ucapnya. Illona tetap mengerucutkan bibirnya. "Ayolah mom, Kok malah ngambek sih" Bujuknya, sambil menggoyangkan salah satu kakinya sehingga tubuh illona ikut bergerak seiring gerak kaki suaminya. "Nanti aja lah keburu ilang mood nya Mommy. Mending sekarang makan aja, Udah lapar banget soalnya" Tutur illona, turun dari pangkuan sang suami. Tuan Rodulf hanya menghembuskan napanya kasar. Sambil memberikan piring kosong ke tangan istrinya. Mereka juga mulai makan malam dengan tenang. Walau sesekali tuan Rudolf sering menjahili istrinya. Namun sang istri tidak pernah tersinggung ataupun marah berlebihan padanya. *** "Mau Kopi ? Tawar Maira begitu melihat Christ turun dari tangga. Baju dinasnya sudah diganti dengan kaos oblong dan cela boxer selututnya. "Emang boleh ?" Sindir Christ, Karena pagi tadi Maira begitu kukuh melarang Christ untuk minum kopi pagi nya. "Boleh. dapat bonus cemilan malah sekarang mah." Ucap Maira, Melesat kearah dapur untuk membuat satu cangkir kopi dan satu cangkir teh untuknya. Christ Hanya mengedikkan bahunya kemudian duduk di atas sofa sambil menyalakan remote tv didepannya. Setelah beberapa saat, Maira datang dengan Dua Cangkir kopi dan teh ditangannya, Kemudian menyimpannya di atas meja. "Katanya dapet bonus cemilan juga ? Mana ? tipu ya." Selidik Christ memicingkan sebelah matanya. "Sabar, Ini tangan kan cuman ada dua. Ya kali bisa bawa semuanya sekaligus" Ucap Maira sambil mendelik kearah Christ. Christ lebih memilih diam, Kembali Fokus pada acara tv didepannya, sementara Maira lebih memilih berbalik kembali ke arah dapur. "Nah ini dia bonusnya" Seru Maira, membawa satu piring salad buah dan satu piring Lemon Yogurt cake ditangannya. Christ menoleh. Matanya berbinar melihat makanan manis yang ada ditangan Maira. Kedua tangannya bahkan sudah mengambil alih kedua makanan tersebut. "Pilih salah satu jangan diambil semua !" Seru Maira, Ketika Christ meletakan kedua piring tersebut didepannya. "Iya " "Ya taronya disini kalau iya ! jangan di kangkang-in semua gitu !" Ucap Maira Lagi. Christ menolehkan wajahnya. "Ya kan biar nggak tumpah" Jawab-nya membuat alasan. Maira mengambil salah satu mangkuk yang di kangkang oleh Christ. Christ diam saja. Dia lanjut memakan Cake yang ada didepannya. Rasa lembut dan segarnya lemon serta yogurt begitu mendominasi indra perasa di lidahnya, begitu cake tersebut masuk kedalam mulutnya. "Enak ?" Tanya Maira "Huummm ..." Christ hanya bergumam sambil mengangguk. Matanya melirik salad buah ditangan Maira. "Satu suap boleh ?" Tanya Christ menunjuk kearah salad. Maira Menganggukkan kepalanya. "Sedi-kit saja !" Ucap Maira sambil memperagakan jari ditangannya. Christ menganggukkan kepalanya. Dia mengangkat piring tersebut kemudian mendekatkannya ke mulutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD