Seperti bulan dan matahari aku memberikan cahaya, kehangatan, dan kekuatan kepada Anjar untuk terus berjalan menggapai Mama yang tengah terbaring tidak berdaya. Bukan tanpa sebab, apa yang aku lakukan saat ini, juga pernah Anjar lakukan ketika aku masih sangat sedih dan menderita karena ibu yang sakit dan terbaring tidak berdaya saat koma.
Kali ini aku juga tidak akan membiarkan Anjar melewatkan waktu yang sulit sendirian, aku akan selalu menemaninya dan mendampinginya. Aku berharap Mama akan baik-baik saja dan bisa kembali pulih seperti sedia kala. Walaupun aku tidak pernah mampu berdiri di hadapannya.
"Mama ... ." ucap Anjar sembari membelai lembut rambut pendek Mama yang sudah memutih.
Tidak tahan melihat Anjar seperti ini, aku pun turut meneteskan air mata sambil memegang telapak kaki Mama. Ini adalah kaki yang tidak pernah boleh aku sentuh sama sekali selama ini. Tapi kali ini, dengan leluasa aku bisa menyentuhnya. Aku berharap suatu hari nanti aku akan bisa bebas menyentuh kedua kaki ini, seperti aku bebas menyentuh kedua kaki Ibuku sendiri.
Aku menatap wajah Mama yang penuh dengan luka di sisi bibir, pelipis mata, dan alis kanannya yang tampak pecah. Selain itu, luka berat tampak di bagian tangan dan kaki Mama, walau jarak tubuh ku tidak begitu dekat dengan wajahnya.
Dari sini aku terus memperhatikan Anjar, aku menyadari satu hal yaitu bahwa Anjar benar-benar sangat menyayangi dan mencintai Mamanya, ini bukan sekedar omong kosong belaka.
Aku mendekatkan tubuhku pada Anjar, lalu aku menyentuh kepala Anjar dengan lembut dan berusaha memberikan ia kekuatan agar mampu menahan air matanya. "Sabar ya, Sayang! Semoga semuanya baik-baik saja. Kamu jangan lemah! Lebih baik kita mendo'akan Mama agar mampu melewati masa kritisnya."
"Iya, Sayangku. Makasih, Cantika." ujar Anjar sambil mencium punggung tangan kanan ku.
*****
1 bulan kemudian.
Selama 1 bulan terakhir ini, aku jarang sekali melihat Anjar bahagia, kecuali saat ia sedang benar-benar ingin menggoda ku di atas tempat tidur dengan cumbu rayu nya. Namun itu pun, masih tidak seperti Anjar yang biasanya aku kenal.
Selama satu bulan juga, aku selalu berusaha untuk merawat Mama sebaik mungkin dan sekuat tenaga ku. Setiap hari sebelum berangkat bekerja, aku datang ke Rumah Sakit untuk membersihkan seluruh tubuh Mama.
Kemudian saat jam istirahat siang, aku kembali ke Rumah Sakit untuk mengurus dan menemani Mama. Kemudian setelah pulang dari kantor, aku pun kembali ke Rumah Sakit untuk merapikan dan memperhatikan seluruh kebutuhan Mama.
Selama 1 bulan terakhir ini, aku dan Anjar juga lebih banyak menghabiskan waktu di Rumah Sakit daripada ditempat lainnya. Aku sama sekali tidak merasa keberatan, malahan aku merasa sangat bahagia karena dengan cara seperti ini, aku dapat menyentuh Mama dengan sangat leluasa.
Lalu dimana Maya (menantu Mama dari anak yang bernama Bram)? Jangan ditanya! Hampir satu bulan ini, Maya jarang sekali datang untuk menjenguk Mama, apalagi mengurusnya. Biasanya Maya hanya datang bersama Bram sesekali di hari Minggu, itu pun hanya beberapa jam saja.
Ada beberapa hal yang membuat aku merasa kejadian yang menimpa Mama ini sangat menguntungkan untukku. Yang pertama, aku dapat menyentuh Mama dan yang kedua, aku merasa Anjar semakin menyayangi dan mencintai aku.
Aku sering merasa Anjar menyentuh dahiku dan memberikan kecupan hangat di saat aku sedang beristirahat atau tertidur tidak terlalu pulas. Hal sederhana yang membuat aku bahagia dan aku sadar sekali kalau Anjar sangat mencintaiku. Menurutku, itu lah yang paling penting di dalam hidupku saat ini.
Aku tidak peduli dengan apapun masalah yang aku hadapi dan dengan siapapun masalah itu terjadi. Yang penting bagiku, Anjar sangat mencintai aku dan selalu percaya kepadaku.
Hari ini ada rapat besar di kantor yang mengharuskan aku hadir lebih awal dan pulang paling lambat. Aku meminta izin kepada Anjar untuk urusan ku kali ini. Saat itu, Anjar sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Aku meminta kepada Anjar untuk segera ke Rumah Sakit demi menemani Mama selepas ia bekerja, walaupun aku tidak ada di rumah sakit dan Anjar pun menyetujuinya. Untuk menjaga fokus dan konsentrasi ku di dalam rapat, aku menghilangkan suara telepon genggam ku.
Saat Aku tengah fokus bekerja di kantor ternyata berita baik datang dari Mama. Anjar mengirimkan pesan lewat chat kepadaku yang mengatakan bahwa Mama sudah sadarkan diri dan berhasil sulitnya sehingga besok pagi, Mama akan dipindahkan ke ruangan perawatan.
Jam istirahat berlangsung, aku memutuskan untuk menelepon Anjar guna menuangkan rasa bahagia ku dan mengucapkan kata selamat untuknya. "Sayang, ini berita baik," ucap ku saat Anjar mengangkat telpon dariku.
"Iya, Sayang. Semua ini juga berkat kamu yang selalu merawat, menjaga, dan menemani Mama. Aku salut padamu, Cantika. Walaupun selama ini Mama sudah bersikap buruk padamu, tapi kamu selalu menyayangi Mama, menghormati, dan bersikap baik padanya. Hal itu membuat aku semakin jatuh cinta padamu setiap waktu, Cantika.
"Anjar, aku juga sangat mencintai kamu."
"Nanti sepulang dari kerja, kamu langsung pulang ke rumah ya sayang karena aku juga akan segera pulang ke rumah. Malam ini Bram mengatakan jika dia dan Maya akan menemani Mama di Rumah Sakit. Itu artinya, aku dan kamu akan beristirahat malam ini atau mungkin saja akan bercinta hebat sampai pagi. Sudah lama kan?"
"Anjar, kamu nakal."
"Sudah lama ini, Sayang ku. Celengannya udah penuh," ujar Anjar kemudian ia tertawa lepas dan aku tahu Anjar sangat bahagia saat ini.
"Usil ah, aku mau kerja lagi. Kalau dengarin kamu, aku bisa gila."
"Ha ha ha ha ha. Jangan menolak ku, Sayang. Aku rindu, rinduuu sekali. Ini aja baru ngomong doang, penjahatnya sudah siap buat bobol penjara. Ha ha ha ha ha." Tawa Anjar seakan tidak ada putusnya dan aku pun menemani suamiku itu dalam tawa nakalnya.
"Anjaaaar, jangan buat aku seperti ini!""
"Baiklah. Malam ini aku tunggu kamu di tempat favorit kita ya, Sayang. Emuach ... ." Kemudian Anjar menutup telponnya tanpa mendengarkan jawaban atau pun persetujuan dariku.
Sesaat setelah Anjar menutup teleponnya, aku merasa tidak menentu. Jujur saja aku memang sangat merindukan sentuhan Anjar karena semenjak mamanya dirawat di Rumah Sakit, kami jarang sekali bersentuhan dan bercinta habis-habisan. Semoga saja malam ini menjadi malam yang terbaik setelah waktu sebulan yang melelahkankan.
Bersambung ...
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik love dan follow authornya juga ya.