Rachel Luluh

1059 Words
Sambil memegang tangan Rachel yang ternyata sudah sangat dingin, mungkin akibat gugup. Nathan berkata "lihat aku, apakah aku terlihat sangat menakutkan untukmu? tak bisa kah aku mendapatkan kesempatan sekali saja dalam hidupku? Aku ingin kembali mengingat semua masa laluku bersamamu. Semua orang menyembunyikannya dariku. Saat ini hanya kau harapanku satu-satunya. Tolong beri aku kesempatan memperbaiki semua yang telah rusak oleh keadaan." Rachel melihat ketulusan dalam setiap kata-kata Nathan. Setelah beberapa saat ragu, akhirnya Rachel mengangguk pelan. Nathan mengeratkan genggaman tangannya. Rachel menitikkan air mata, dengan cepat Nathan mengusap pipi yang basah itu dengan jarinya. "Melihatmu menangis saja, hatiku sakit, itu lah mengapa aku yakin kau pasti seseorang yang berharga bagiku. Aku akan mencoba mengingat semuanya. Bantu aku, aku pasti akan mengganti detik demi detik yang telah kau lewati tanpa diriku, aku akan membayar setiap luka yang kau dapatkan di masa lalu karena kehilanganku." Setelah berkata seperti itu, Nathan mengecup bibir Rachel dengan lembut. Kali ini Rachel hanya diam sambil menutup kedua bola matanya. Ia bahkan mengimbangi ciuman yang diberikan Nathan. Ia membalas lumatan demi lumatan itu. Hatinya yang membeku kini telah mencair. Takdir mempermainkan mereka. Menciptakan jurang yang panjang hingga tujuh tahun ini. Kini ke salah pahaman itu telah selesai. Suara ponsel Rachel berdering mengejutkan dua insan yang sedang asik b******u, juga saling melepaskan beban dihati. Melepaskan kerinduan yang telah lama terpendam. Saat rachel menekan tombol angkat, "Halloo.. Rachel, kau dimana? Sudah jam berapa ini? Kenapa kau belum datang?" Teriak Bella di ujung telfon tidak sabaran. "Haaah.. ii-iya.. ma-maaf, aku lupaa.. aku akan segera berangkat." jawab Rachel gugup saat melihat jam di tangannya sudah menunjukkan jam setengah sembilan, lalu mematikan telepon sepihak. Membuat Bella semakin menggerutu disana. "Dasarr Rachel, kebiasaan sekali anak ini. Belum apa-apa sudah memutuskan panggilanku. Tapi tumben sekali dia terlambat? Apa terjadi sesuatu padanya ? Tadi dia terdengar sangat gugup." Bella mencerocos sendirian di ruangannya. "Huuuhhh, semua gara-gara kau ! Aku jadi terlambat ke kantor. Padahal aku ada rapat penting pagi ini. Bisa tidak kalau mau bicara itu lihat-lihat waktu dulu?" Rachel mengomel sambil merapikan pakaian dan rambutnya. Nathan hanya tertawa melihat tingkah lucu Rachel. "Kau mentertawaiku? Ada yang lucu ? Ada yang salah? Cepat beritahu aku, dari pada nanti aku di tertawakan satu ruangan saat rapat." Gerutunya lagi. Nathan berdiri lalu mengecup bibir Rachel. "Ini, disini yang salah. Saat kau mengomel, sangat menggemaskan.Aku suka ekspresimu yang tidak dibuat-buat seperti ini." "Dulu kau juga selalu bilang seperti itu." Rachel berkata sambil terus bersiap. Nathan hanya diam mendengarkan. "Ayo tuan putri, aku antar." Nathan memberi tawaran saat melihat Rachel telah siap. "Apakah kau benar - benar amnesia?" Tanya Rachel tiba-tiba dan membuat Nathan terkejut. "Kenapa kau mengatakan hal-hal yang dulu sering kau katakan padaku?" Lanjutnya lagi " Aku juga tidak mengerti, saat bersamamu. Hati dan pikiranku reflek mengeluarkan kata atau tubuhku melakukan hal yang tak aku rencanakan. Mungkin ini termasuk rangsangan otak dalam proses penyembuhanku." terang Nathan. "Ya, semoga saja kau segera pulih dari amnesiamu itu. Banyak sekali hal yang harus kau bayar padaku." Seru Rachel pelan. "Aku akan berusaha keras. Tunggu lah sebentar lagi." Nathan memeluk Rachel dengan erat. Rasanya Rachel bahagia sekali pagi ini. Setelah mengantar Rachel, Nathan langsung menuju ke sekolah Key. Tadi, sepanjang perjalanan Rachel terus mengeluh karena tidak bisa menghadiri acara penerimaan raport Key. Butuh waktu sepuluh menit hingga Nathan sampai di sekolah Key. "Dan untuk juara bertahan tahun ini, kita sambut Keynara Darke ke atas panggung." terdengar suara pria paruh baya menggema di aula sekolah itu. Saat Key berdiri dan akan maju kedepan sendiri, tiba-tiba sebuah tangan besar dan terlihat sangat kuat menggenggam tangannya. Key melihat ke samping. Sosok Nathan berdiri sambil tersenyum. Key pun tersenyum bahagia. "Key tau, pasti paman ini adalah Papi Key. Tapi Key tidak ingin melukai hati Momy, Momy pasti punya alasan mengapa tidak memberitahu Key sampai saat ini. Terima kasih Tuhan, akhirnya Key bertemu dengan Papi." Key berkata dalam hatinya. Semua orang tercengang melihat Key yang naik ke panggung bersama Nathan. Siapa yang tidak kenal Nathan, Pria kaya dengan banyak perusahaan. Dan yang pasti dia pria tampan yang di idolakan semua wanita. Bahkan para kolega bisnisnya pun sibuk mengatur putrinya untuk mengambil hati Nathan. Setelah acara selesai, seorang anak datang untuk berdebat dengan Key. "Key, apakah benar dia Papi-mu?" "Ya, dia Papi-ku." "Aku tidak percaya padamu." Katanya memprovokosi Key. "Aku tidak perduli kau percaya atau tidak." Jawab Key acuh. "Lalu kenapa kau selalu di temani baby sitermu itu?" "Papi-ku sibuk bekerja di luar negri" sahut Key acuh. "Kau berbohong. Mungkin kau hanya menyewa seorang paman kaya ini untuk berpura-pura menjadi Papi-mu. Karena kau malu setiap pengambilan raport kau hanya naik sendiri ke atas panggung itu." Ejeknya lagi. "Jaga bicaramu. Setidaknya aku lebih cerdas darimu. Sebaiknya kau minta orang tuamu untuk mengajarimu cara menghormati orang lain." Kata-kata Key sungguh di luar dugaan. "Kenapa cara Key berbicara tidak mirip dengan Rachel sama sekali ? Itu lebih bisa dikatakan mirip dengan gaya ku berbicara." Bathin Nathan. "Anak manis, siapa namamu?" "Aku? Namaku Trisa." "Perkenalkan nama paman, Nathan. Apakah kau mengenal siapa nama Ibu Key ?" "Ya, nama Momy-nya Rachel." Jawab anak itu. "Lalu, siapa nama temanmu ini?" Tanya Nathan sambil menunjuk Key. "Tentu saja, Keynara." "Naaahh itu dia manis. Keynara. Key untuk namanya, Na untuk Nathan dan Ra untuk Rachel. Bukan kah sangat pas ? Jadi Paman adalah siapa?" Tanya Nathan lagi. "Woow. Paman benar sekali. Nama yang bagus. Tentu saja paman adalah Daddy-nya." Jawabnya tersipu malu dan langsung berlari pergi meninggalkan Key dan Nathan. Key sangat takjub mendengar penjelasan Nathan. Ia tak mengira, ternyata itulah arti dari namanya. Feeling seorang anak itu memang sangat kuat. Sejak pertama Key bertemu Nathan di Mall waktu itu, ia merasa tidak asing dan tidak takut pada Nathan. Padahal itu adalah pertemuan pertama mereka. "Maaf Tuan, Tuan ini siapa ya? Tolong jangan membuat gosip yang nantinya akan membuat kak Rachel marah." Jihan akhirnya buka suara. "Key, ayo kita pulang. Nanti Momy marah kalau Key akrab dengan orang asing." Lanjut Jihan lagi sambil menatap sinis pria tiga puluh tahunan di depannya ini. "Kak, ini beneran Papi Key. Bukan orang asing." Balas Key sewot. "Tapi Key..." Belum selesai Jihan bicara, akhirnya Nathan turut menjelaskan. "Saya Nathan, Papi-nya Key. Kalau kau masih ragu silahkan telepon Rachel nanti. Sebaiknya sekarang kita mencari restoran terdekat untuk makan siang. Bukankah Putri Papi yang manis ini sudah lapar ?" Dari wajah bengis, bisa berubah manis saat ia berbica dengan Key.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD