Putri Nathan dan Rachel

1327 Words
"Sebenarnya Key tidak terlalu lapar, tapi karena Papi memaksa Key jadi tidak tega untuk menolaknya." Ungkap Key seperti sedang berlagak jual mahal. Membuat Nathan dan Jihan tertawa. Sebenarnya Jihan masih ragu pada Nathan, tapi melihat bagaimana ia sangat mirip dengan Key, dia jadi yakin jika mereka memang adalah ayah dan anak yang sudah terpisah selama ini. Setelah selesai makan dan berbelanja barang-barang untuk Key, Nathan mengantarkan mereka pulang. Lalu ia kembali ke kantornya. Sampai di kantor, seluruh karyawan sangat heran melihat Boss yang biasanya bermuka bengis itu tiba-tiba menjadi manis dengan selalu tersenyum sepanjang jalan menuju ruangannya. Pemandangan itu tak luput dari mata Roy. Tapi tentu saja ia tak berani bertanya. Roy hanya bisa menahan rasa penasarannya di hati. Namun dalam hatinya juga terbesit sebuah alasan, mengapa si Tuan Muda bisa bbersikap manis saat ini. "Pasti Tuan Muda tadi bertemu Nona galak, atau gadis kecil yang mirip dengannya itu." Tebak Roy, menyebutkan Rachel dan Key. Di dalam kamarnya, Celline yang sudah menerima hasil penyelidikan dari mata-mata yang ia sewa untuk menguntit Nathan. "Tidak salah lagi, dia Rachel yang sama. Aku tidak boleh membiarkan Nathan bertemu dengannya lagi. Lalu siapa ayah dari gadis kecil itu? Kenapa dia terlihat sangat mirip dengan Nathan ? Apa mungkin benar dia adalah anak Nathan dengan wanita itu?" Celline mondar-mandir di dalam kamarnya setelah melihat semua informasi yang di terimanya tadi. "Bagaimana jika nanti Nathan ingat semuanya? Jika dia terus bersama wanita itu, maka posisiku akan terancam. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, tujuanku sudah sangat dekat." Lanjutnya lagi. Dia bergegas untuk pergi menemui Arnold. Dokter sekaligus sahabat yang merawat Nathan selama ini. "Dia pasti tau bagaimana perkembangan Nathan saat ini." Ujarnya sambil memacu mobil ke sebuah rumah sakit. Dirumah Sakit milik Ayahnya itu, Celline memang terkenal sangat arogan dan angkuh. Tidak ada yang berani menyinggung Putri tunggal pemilik Rumah Sakit itu, bahkan ayahnya sendiri tidak akan berani berdebat dengannya. Disini, hanya Arnold yang berani membantahnya. Hanya Arnold yang bisa memunculkan rasa takut di hatinya. Celline berjalan terus tanpa membalas satupun sapaan dari para tim medis yang dia lewati. Hingga ia berhenti di depan sebuah ruangan bertuliskan "Ahli Syaraf", dia lalu membuka pintu dan masuk kedalamnya. Terlihat Arnold sedang menatap layar komputernya. "Arnold, apakah Nathan menemuimu akhir-akhir ini?" " Tidak. Dia bahkan melewatkan jadwal konsultasinya kemarin." " Lalu kenapa kau tidak memberitahuku?" " Apa yang harus kuberitahu? Bukan kah kau selalu menempel padanya. Kau tentu lebih tau keadaannya saat ini." Hanya kepada Arnold, Celline tidak berani terlalu banyak bicara. Arnold mengetahui semua informasi yang ia coba sembunyikan dari Nathan selama ini. Arnold juga sebenarnya tidak seberani itu untuk berhadapan dengan Celline, tapi karena ini sudah menyangkut Nathan ia akan selalu berusaha menentang apa pun yang dilakukan Celline. Satu hal yang tidak di ketahui Arnold selama ini, obat yang di resepkan untuk Nathan selama ini ternyata selalu diganti oleh Celline. Hal itu lah yang menyebabkan sampai saat ini Nathan masih terjebak di kondisi amnesianya itu. "Baik lah, kalau begitu beri aku resep obat Nathan. Aku akan menebus dan memberikannya nanti." "Sebaiknya kita tunggu Nathan datang. Aku harus memeriksa perkembangannya dulu, baru bisa meresepkan obat." "Tapi aku yakin, kondisinya masih sama seperti biasa." "Aku akan menghubungi Nathan untuk menjadwalkan konsultasi ulangnya." "Arnold! Sepertinya sekarang kau mulai berani menentangku." "Aku sudah muak dengan sikapmu selama ini, aku tidak akan takut lagi jika aku harus berhenti bekerja sebagai Dokter. Aku merasa berdosa setiap kali melihat Nathan menahan sakit karena berusaha mengingat masa lalunya." "Cukup! Kau tak akan pernah memberi tahu apapaun kepada Nathan. Kau sudah berjanji padaku dulu. Sebelum Ayahku memberi kau izin bertugas di sini dan menjadi Dokter Pribadi Nathan." "Baik. Aku bukan pria yang suka mengingkari janji. Cepat atau lambat Nathan akan segera menyadari semua ini. Aku hanya akan duduk dan melihat hal apa yang akan dia lakukan padamu nanti. Mungkin nanti Nathan juga akan sangat membenciku, tapi aku akan menerima semua itu. Aku anggap itu semua sebagai balasan karena selama ini aku menyembunyikan semua kebenaran darinya." "Sialan. Sebaiknya dari awal aku tidak melibatkanmu dalam hal ini." Celline keluar dari ruangan Arnold dengan kemarahan yang tak bisa ditahannya lagi. Sementara itu, Arnold masih duduk sambil berkata " Nathan, maafkan aku. Aku hanya ingin menjadi sahabat yang baik, aku ingin merawatmu dengan tanganku sendiri. Memastikan keselematanmu. Tapi ternyata sampai sejauh ini aku hanya memperlambat proses penyembuhanmu. Aku hanya menambah penderitaanmu. Semoga suatu saat nanti kau bertemu dengan dia. Wanita yang sangat kau cinta selama ini. Aku yakin, saat kau bertemu dengannya kelak, kau akan langsung merasakan kontak bathin dengannya. Dia lah yang sangat kau butuhkan selama ini." "Aku sudah bertemu dengannya." Tiba-tiba Nathan sudah berada di dalam ruangan Arnold. Entah sejak kapan ia berada disana. "Nathan." " Kau menyebut dirimu sebagai sahabatku? Cih, kau bahkan tidak pernah membantuku untuk sembuh." " Setiap keputusan pasti ada resiko dan pilihan yang harus di korbankan." "Benar kah? Ternyata aku mempunyai sahabat yang sangat hebat. Berkedok ingin merawatku, tapi selalu menyembunyikan kebenaran dariku? Begitu kah ? Atau kau dari awal hanya mengejar posisimu ini ?" Kata-kata yang di ucapkan Nathan sangat kejam. Arnold tidak marah sama sekali. Ia tidak menyalahkan Nathan telah mengatakan hal buruk itu tentangnya. " Aku akan menerima semua kebencianmu padaku. Tapi ingat lah, suatu saat nanti kau akan sangat berterima kasih padaku." Ucap Arnold membuat Nathan merasa dirinya sedang melucu. " Berterima kasih? Untuk semua hal ini? Yang membuatku tidak mengingat satu hal pun sampai saat ini?" Ejeknya pada Arnold. " Aku yakin, kau akan segera mendapatkan semua ingatanmu tidak lama lagi. Akhir-akhir ini kau sudah tidak mengalami sakit kepala lagi bukan?" Tanya Arnold. "Apakah kau sangat yakin? " "Tentu saja aku yakin, kau tidak sakit kepala lagi seperti biasanya. Sakit kepalamu itu di sebabkan karena kau berusaha sangat keras mengingat masa lalumu. Tapi sepertinya belakangan ini kau sangat santai." " Itu karena aku sedang sibuk bekerja." " Aku sahabatmu, aku sangat tau bagaimana dirimu. Dimana kau bertemu dengannya ?" "Siapa yang kau maksud ?" "Rachel." " Kau tidak perlu ikut campur dalam urusan pribadiku." " Aku hanya ingin membantumu." "Setelah sekian lama? Hahaha... Akhirnya ada seseorang yang ingin membantuku untuk sembuh ?" "Kau tidak boleh mempercayai kata-kata siapapun. Termasuk orang tuamu." " Kau tak perlu mengajariku. Aku tau mana yang benar dan mana yang salah." " Sudah sedekat apa hubunganmu dengan Rachel saat ini? Apakah kau sudah berhasil mengingat sedikit-sedikit tentang masa lalumu?" " Apakah aku harus menceritakan semua itu pada pengkhianat sepertimu?" "Nathan, tolong percaya padaku kali ini." "Hah... percaya? Kau terlihat seperti saat aku meminta kesempatan pada gadis itu untuk percaya padaku." "Lalu apakah dia sudah memberitahumu semuanya ?" "Ya, dia menceritakan semua yang di alaminya selama ini tanpaku. Aku menjadi seperti seorang pecundang yang melarikan diri. Sialan! " Umpatnya kesal. " Bersabar lah, semua itu tak akan mudah. Berhati-hatilah pada Celline. Dia tak akan bermurah hati pada Rachel." " Kau pikir aku akan tinggal diam saat wanitaku diganggu?" " Aku tau kau akan selalu melindunginya. Apakah kau akan menemuinya hari ini?" "Tidak. Dia akan berada di kota S sampai tiga hari ke depan." " Kota S ?" Seru Arnold kaget. " Ya, kota S. Apakah ada yang salah? Kenapa kau sangat terkejut ?" Tanya Nathan penasaran melihat ekspresi Arnold yang tidak biasa. " Disana lah awal mula kisah pertemuanmu dengannya. Disana lah tersimpan semua cerita cintamu. Di kota itu kau meninggalkannya sendiri saat di bawa pindah ke kota ini untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik." "Benar kah ? Jadi maksudmu sejak awal aku tidak tumbuh dikota ini?" " Tidak. Kau disini hanya tujuh tahun belakangan ini. Mungkin Tuhan sedang menguji kekuatan cinta kalian. Kalian terpisah tujuh tahun lalu. Tapi siapa sangka, akhirnya kalian dipertemukan kembali saat ini." "Benar kata pepatah. Jika dia jodohmu, sejauh apapun dia pergi kau akan menemukannya." Lanjut Arnold lagi. Nathan memikirkan kembali semua perkataan Arnold. "Aku tau maksudmu. Aku harus pergi sekarang. Aku perlu merencanakan sesuatu." Ucapnya lalu pergi begitu saja. "Ya, begitu lah kau seharusnya. Kau harus kembali menjadi Nathan yang dulu." Ucap Arnold dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD