Pemain Watak

1285 Words
    Di lantai bawah, setelah Ken pergi untuk menemui ibunya, Scott dan Hanna kembali berbincang santai, hanya sesekali saja pembicaraan mereka menyinggung masalah pekerjaan dan salah satunya adalah bagaimana peluang Hanna bila dia mau bekerja di London.     “Kau ingat yang baru aku katakan tadi, menikah dengan Ken mempermudah dirimu mendapat peluang yang lebih besar.”     “Hah? Bagaimana bisa menikah dengannya aku bisa memiliki peluang yang lebih besar. Apa Ken memiliki kantor pengacara atau dia sendiri pimpinan dari kantor bantuan hukum?” tanya Hanna dengan wajah geli.     “Tentu saja tidak. Ken seorang arsitektur yang menjadi seorang pemimpin besar dari perusahaan kontruksi, tetapi Ken memiliki pengaruh yang sangat besar bila dia meminta salah satu ‘Law Firm’ ternama untuk menerima orang yang potensial di bidangnya,” jawab Scott meringis.     “Begitu, sayangnya aku bukan seseorang yang bisa memanfaatkan jalur singkat tersebut,” balas Hanna sedikit mengangkat bahunya.     Tidak mudah mendapatkan pekerjaan di kota Metropolitan seperti London, apalagi bekerja di kantor bantuan hukum, tetapi Hanna juga belum yakin apakah selepas dia selesai kuliah akan bekerja di Jakarta atau di kota yang sekarang dia tempati.     “Aku sarankan tidak perlu berpikir macam-macam dulu. Tempat kau belajar sekarang adalah kampus yang terkenal dengan lulusan hukum terbaik, dan mereka biasanya merekomendasikan pada kantor LBH ternama bagi mahasiswanya,” beritahu Scott menjelaskan.     “Begitu…aku memang sengaja kuliah di sana setelah melihat prestasi yang dimiliki oleh kampus tersebut. Beruntung aku diterima menjadi mahasiswanya,” jawab Hanna bangga.     Kebanggaan yang luar biasa bagi mahasiswa yang mau belajar tentang hukum karena mereka akan mendapatkan peluang seperti yang mereka janjkan.     Scott menatap Hanna tanpa berkedip. Dia adalah lelaki yang normal dan pernah tertarik pada Hanna dan pernah juga berusaha mendekatinya, sayang saat itu Angga tidak setuju kalau Scott mendekati adiknya. Dengan caranya sendiri Angga justru meminta Scott untuk melindungi Hanna setelah dia tidak terlibat lagi di kejuaraan menembak.     Aaaah…bagi Scott rasanya dunia tidak adil, mengapa Angga harus meminta dirinya menjaga   Hanna sementara   lelaki yang paling berbahaya adalah Keanu Whittaker. Seandainya saja saat itu Ken belum mengundurkan diri, Scott yakin Ken adalah lelaki yang akan diminta oleh Angga untuk menjaga adiknya.     “Kenapa kau terilihat murung? Tidak biasanya kau seperti ini? Apa karena aku belum memutuskan apa aku akan bertahan di sini atau kembali ke negaraku?” selidik Hanna setelah Scott hanya diam menatapnya.     Di luar keinginannya, Scott semakin terlihat gelisah. Kesadaran bahwa ia memikul tanggung jawab untuk menjaga Hanna membuat hatinya bertentangan dengan rencana Ken untuk menjadikan Hanna sebagai istrinya. Apakah seorang Ken mampu memberikan bahagiaan pada wanita yang selalu memiliki seribu cara untuk selalu tertawa?     Di depannya, Hanna memperhatikan Scott yang tidak bisa diam. Seringkali dia melihat Scott melihat ke lantai 2 tempat Ken pergi sebelumnya. Apakah Scott ingin menyusul Ken ke lantai atas? Atau dia sudah bosan menemaninya.     “Ada apa? Apa yang membuatnya gelisah. Tidak mungkin dia segelisah itu kalau hanya menunggu Ken. Haruskah aku menemui Darla untuk mencari tahu?” batin Hanna.     “Kalau kau mau ke atas kenapa tidak menyusulnya? Aku yakin kau mengetahui jalannya,” tegur Hanna kembali mengalihkan perhatian Scott kepadanya.     “Sorry. Jadi bagaimana keputusanmu dengan tawaran Ken?” Scott balik bertanya seolah-olah pikiran tentang tawaran Ken yang membuat dia gelisah.     “Aku tidak bisa. Kami sangat berbeda, bukan saja dari segi keyakinan tetapi juga…aku tidak terlalu mengenalnya. Kita memang bersahabat tetapi hubunganku dengannya tidak sedekat kalian berdua. Banyak yang tidak aku ketahui tentang Ken.”     Senyum Scott mengembang tanpa dia sadari. Ternyata alasan terbesar bagi Hanna adalah keyakinan yang menurutnya berbeda.     “Sebenarnya tidak ada masalah. Ken adalah kepala keluarga Whittaker yang memiliki keyakinan yang berbeda dengan anggota keluarga lainnya. Dia seorang muslim,” jawab Scott mengejutkan Hanna.     “Ken seorang muslim? Bagaimana bisa dan sejak kapan? Bukankah dia adalah yang mengantar Diana saat itu?” tanya Hanna dengan kening berkerut.     “Benar. Apa ada masalah? Aku pernah membaca beberapa pendapat yang mengatakan seorang muslim boleh masuk gereja walaupun sebagian ada pendapat yang mengatakan tidak boleh dan haram hukumnya. Dan Ken saat itu hanya mengantarkan Hanna menemui mempelai pria di altar lalu dia keluar kembali. Apa masalah?”     “Aku tidak tahu karena aku belum pernah membaca tentang pendapat para ahli alim ulama tentang itu. Lalu sejak kapan Scott memiliki beda keyakinan dengan orang tuanya?”     “Aku tidak tahu. Untuk masalah ini dia tidak mengatakannya padaku. Jadi salah satu pertimbanganmu sudah tidak ada masalah lagi.”     “Scott, kenapa kau mendukung Ken untuk menawari aku pernikahan?” tanya Hanna setelah diam beberapa saat.     “Karena aku terlibat saat dia berpikir untuk menikahimu demi Bella,” jawab Scott yakin.     “Aku tidak terlalu mengenal dirinya dan kami juga tidak berhubungan terlalu dekat dengannya, jadi aku sama sekali tidak mengetahui sifatnya,” ucap Hanna  pelan, sementara tanpa seperngetahuannya Ken sudah berada di belakangnya.     “Apa yang ingin kau ketahui tentang aku? Aku tertutup dan tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Bagiku kepercayaan sangat penting dan yakinlah bahwa aku akan menjamin kepercayaan yang kau berikan bila ku bersedia menikah denganku,” suara Ken terdengar tenang dari belakang punggung Hanna hingga dia berbalik dengan cepat.     “Sejak kapan kau berada di sana? Sikapmu seperti lelaki yang suka menguping saja,” grutu Hanna dalam keterkejutannya.     “Baru saja. Kau tidak lihat bahwa aku baru tiba di sini saat aku mendengar ucapanmu itu?”     “Aku tidak pernah memberikan perhatian pada orang yang berjalan di belakang punggungku,” sahut Hanna jengkel.     “Aku minta maaf sudah membuang waktu kalian dengan masalah yang tidak penting. Jadi apa yang ingin kau ketahui tentang diriku?”     “Seberapa besar kesabaranmu sebagai seorang Keanu Whittaker?” tanya Hanna dengan mata tertuju pada Ken.     “Tergantung. Aku adalah lelaki yang memiliki kesabaran setingkat dewa selama tidak menyinggung harga diri dan otoritasku,” jawab Ken dengan kening berkerut.     Dalam hatinya dia bertanya-tanya apa maksud dari pertanyaan Hanna, apakah pertanyaan tersebut berhubungan dengan sikap Silla yang terjadi tadi? Dia memang marah dan tersinggung karena Silla memberi perintah padanya di rumahnya sendiri.     “Jadi apa yang akan kau lakukan bila suatu saat nanti aku menyinggungmu dengan kata atau kalimat kasar yang tidak aku sadari? Mengusirku pergi?” tanya Hanna ketika sudut matanya menangkap bayangan Silla yang meninggalkan rumah keluarga Whittaker sementara di belakangnya berjalan seorang pelayang dengan koper di tangannya. Bagaimana bisa Silla pergi begitu cepat padahal dia baru datang.     “Aku akan memberi kesempatan kedua agar tidak mengulanginya lagi. Saling percaya dan menghormati privasi masing-masing adalah yang utama, khususnya padaku,” jawab Ken tenang.     “Aku bukan wanita yang sempurna. Apa pun bisa terjadi dan aku tidak bisa menjamin semuanya bisa sesuai dengan dirimu.”     “Apa kau seorang wanita yang selalu ikut campur urusan orang lain?”     “Tidak. Aku tidak akan peduli apa pun yang dilakukan orang lain.”     “Kalau begitu tidak ada masalah.”     “Kau salah. Aku tidak peduli pada orang lain dan tidak akan mencampuri dan ingin tahu urusan orang lain, tetapi bukan keluarga terdekatku,” balas Hanna.     “Hanna….”     “Aku minta maaf, Kemarin sebenarnya aku mau menelepn Darla agar mencari pengasuh baru untuk Bella karena mulai lusa aku tidak bisa datang ke rumah ini lagi,” ujar Hanna mengejutkan.     “Kau tidak bisa!” bantah Ken dengan suara tinggi.     “Bisa saja. Besok aku sudah mulai ujian dan aku tidak bisa mengorbankan ujianku dengan apa pun juga. Sekali lagi aku minta maaf kalau sudah membuatmu kecewa,” ucap Mayang sambil mengeluarkan ponselnya.     “Kau mau apa?” tanya Scott yang sejak tadi hanya menjadi pendengar.     “Mau pesan kendaraan. Aku yakin kau dan Ken masih banyak yang perlu kalian bicarakan. Tapi, tolong jangan bicarakan aku. Karena aku ada di luar dari rencana apa pun yang kalian buat.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD