Kalau saja tatapan mata bisa membuat orang terluka, dapat dipastikan bahwa saat ini Ken sudah mendapat luka yang sangat dalam akibat serangan 2 orang yang merupakan teman dekatnya.
Jauh dari perkiraan Scott kalau Ken berpegang teguh prinsipnya. Tidak ada salahnya menjaga privasinya tidak diganggu oleh orang luar, tetapi menjadi berbeda bila dilakukan pada wanita yang saat ini dia coba dekati dan usahakan untuk menjadi istrinya. Masih adakah privasi yang dilanggar bila mereka sudah menjadi suami istri?
Scott seperti merasa bersalah dirinya sudah terlibat dan setuju dengan rencana Ken menjadikan Hanna sebagai istrinya.
Dengan tatapannya yang dingin Scott bertanya pada Ken, “Apa ini yang kau inginkan? Kalau ya…untuk apa kau mencari istri? Aku sarankan lebih baik kau mencari wanita yang bisa kau bayar dengan imbalan perkawinan kontrak dengan seluruh syarat yang harus kau penuhi.”
“Kenapa kau harus bertanya? Kau sudah tahu siapa aku dan bagaimana aku memandang perkawinan. Menikah seumur hidup tidak pernah ada dalam kamus hidupku. Hanya orang t***l yang mau terikat seumur hidup dengan pasangannya.”
“Jadi berapa lama keberadaan seorang istri untukmu? Sampai kau bisa memiliki Bella sepenuhnya? Waktumu bukan 2 tahun lagi, lalu untuk apa kau mau perkawinanmu terdaftar dan diakui oleh negara?”
“Bila negara mengakui diriku yang sudah menikah, maka negara tidak bisa pula mengambil hakku sebagai seorang ayah pengganti bagi keponakanku,” sahut Ken tajam.
“Bagus juga kau mengatakannya sekarang. Jadi Hanna, aku yakin kau seharusnya berterima kasih pada Silla. Kalau dia tidak menyinggung Ken sebelumnya, kau mungkin tidak akan pernah tahu siapa dirinya. Kau mau pulang sekarang? Ayo aku antar!”
“Kau tidak bisa melakukannya Scott. Masih ada yang harus aku sampaikan pada Hanna!”
“Sayang sekali, aku sama sekali tidak berminat mendengar apa pun yang ingin kau katakan. Seperti yang Scott katakan tadi, aku beruntung mengetahui siapa dirimu lebih cepat sebelum aku menghabiskan waktu untuk berpikir apa aku harus membantumu dengan menerima lamaranmu atau tidak,” sahut Hanna dengan kaki yang mulai berjalan meninggalkan ruangan menuju keluar.
“Waktunya hanya 6 bulan sebelum pengadilan kembali menguji kelayakanmu sebagai wali dari Bella, dan sebagai pengacarmu aku hanya akan memberi saran bahwa kau harus segera mencari wanita yang bersedia kau kontrak sebagai istrimu. Ingat waktunya hanya 6 bulan karena negara sudah memberimu hak asuh selama 2 tahun saja.”
Scott menatap dingin Ken. Dia tidak mengira kalau temannya ternyata begitu emosi. Apa dia lupa seorang Hanna adalah wanita yang selalu melakukan apa yang menurutnya baik. Dia adalah wanita yang selalu ingin tahu. Bagaimana dia bisa melamar seorang wanita bila tidak ada kejujuran di dalamnya.
Di dalam lubuh hatinya Scott tidak bermaksud bicara kasar pada Ken, tetapi mengetahui tujuan, pendirian serta pandangannya terhadap perkawinan, ia berharap bahwa dia tidak perlu berada bersama Ken untuk ikut memikirkannya.
“Aku akan mengantarmu. Ayo!”
“Kau tidak perlu melakukannya,” ujar Hanna berusaha menolak.
“Hanna, kalau kau masih menganggapku teman, bukankah lebih baik kalau aku mengantarmu pulang?” tanya Scott sementara Ken masih berdiri. Sama sekali bergeming dari tempatnya berdiri.
“Kami pergi dulu,” kata Scott berpamitan sementara Hanna dia terlalu malas untuk berbicara pada seorang lelaki yang tidak akan jujur dalam tawaran untuk menjalin hubungan.
“Tidak perlu. Aku yang akan mengantarnya pulang,” sahut Ken tidak peduli kalau temannya sudah siap mengantar Hanna.
Memanfaatkan kebingungan Scott, Ken langsung menarik lengan Hanna lalu membawanya ke pintu samping tempat mobilnya diparkir.
“Lepaskan aku Ken. Kau bukan siapa-siapa aku. Aku tidak mengira kalau kau sama sekali tidak memiliki tenggang rasa. Matamu melihat dan telingamu pun mendengar bahwa Scott akan mengantarku pulang. Dan aku lebih memilih diantar olehnya daripada denganmu,” ujar Hanna yang berjalan dengan cepat meninggalkan Ken yang berdiri diam.
“Barengsek! Kenapa aku sangat bodoh. Sampai saat ini Hanna adalah temanku dan aku tidak tahu apa dia masih menganggapku sebagai teman atau tidak sekarang,” grutu Ken dengan wajah kesal.
Scott bukan prajurit kalah perang, tetapi dia adalah lelaki yang terlalu setia pada temannya. Hanna tidak tahu apa yang membuat Scott selalu mengalah pada Ken, apa karena Ken orang terhormat atau ada alasan yang tidak diketahui oleh Hanna. Dan dia tidak perlu waktu lama untuk mengetahuinya karena Hanna langsung bertanya padanya begitu dia sudah ada di depannya. Tepatnya di samping mobilnya.
“Aku pulang bersamamu Scott,” ujar Hanna tegas.
“Tapi, Ken sudah mengatakan kalau dia yang akan mengantarmu,” sahutnya sambil menoleh ke arah Ken yang masih berdiri di samping mobilnya.
“Aku yang akan pulang maka aku juga yang akan menentukan dengan siapa aku pulang,” jawab Hanna sembari membuka pintu mobil.
Dari sudut matanya Hanna melihat Scott masih memandang Ken sampai lelaki angkuh dan sombong itu menganggukkan kepalanya.
“Aku melihatmu selalu mengikuti permintaannya. Sebenarnya siapa Ken bagimu?”
“Keanu Whittaker adalah segalanya bagiku. Kalau tidak ada dia makan Scott Andrew tidak jadi seperti sekarang,” sahutnya membuat kening Hanna berkerut.
“Aku tidak mengerti,” katanya heran.
“Aku yakin banyak yang tidak kau mengerti karena memang banyak yang tidak tahu siapa aku dan bagaimana hubunganku dengan Ken,” jawab Scott membuat Hanna semakin bingung.
“Kenapa kau tidak mengatakannya lebih jelas?”
“Kalau aku mengatakannya, apa kau akan menerima lamaran Ken?”
“Aku tidak mungkin menikah dengan lelaki yang tidak jujur. Apa yang bisa aku miliki bila lelaki yang menjadi suamiku sama sekali tidak mau terbuka? Aku tidak mungkin melihat dalam gelap dan aku tidak akan meraba atau membaca dalam ketidak tahuannku,” sahut Hanna masih dengan emosi dan ketidak sabarannya.
“Aku sangat mengerti Ken. Ada bagian kehidupannya yang dia biarkan diketahui oleh orang lain tetapi dia juga menutupi atau tidak mau diketahui oleh umum siapa dirinya,” Scott.
“Kalau kau mau memberinya contoh aku akan menerima, tetapi sekali lagi aku tidak akan menduga-duga seperti apa Ken,” jawab Hanna lagi.
Dengan melihat kearah luar, Hanna berharap yang akan diucapkan Scott bisa membuatnya maklum dan mengerti tentang watak Ken, tetapi dari kaca spion dia justru melihat sebuah mobil yang sama persis dengan yang dia lihat sebelumnya.
“Apa kau tahu Ken mengikuti kita?” tanya Hanna tajam.
“Hemm. Tadi dia sudah mengatakan padaku bahwa dia akan mengikuti kita karena dia harus bicara padamu. Aku tidak tahu apa yang akan dia katakan padamu, tapi aku yakin dia hanya perlu berduaan padamu.”
“Pede sekali,” cibir Hanna.
Suara Scott yang tertawa mendengar cibiran Hanna hanya dianggap angin lalu dan Scott sangat mengerti dengan emosi Hanna yang sekarang ini. Andai saja di tangan Hanna ada senpi yang biasa dia pakai mungkin dia akan mengarahkannya pada mereka berdua.
“Scott…sebelum Ken memintaku bicara berdua seperti yang kau katakan tadi, aku boleh mendengar jawaban darimu. Kau belum menjawab secara lengkap pertanyaanku tadi,” kata Hanna mengingatkan.
“Aku sudah mengatakan padamu siapa Ken. Bagiku dia adalah penolongku yang membantuku keluar dari perangkap kemiskinan. Dia adalah lelaki yang membawaku untuk melepaskan semua kemarahanku pada dunia melalui klub menembak tempat dia melakukan hal yang sama.”
“Jadi kau mengikuti semua permintaan dan ucapannya karena hutang budi?”
“Kalau Ken mendengar ucapanmu, aku yakin dia akan marah. Aku melakukannya karena dia sudah berbuat yang orang tua dan keluargaku tidak melakukannya. Cukup kau hanya perlu tahu sampau di situ saja,” sahutnya dengan tawa miring.
Banyak pertanyaan tentang Scott maupun Ken yang mendadak tidak Hanna ketahui. Pada awalnya dia mengira Scott adalah lelaki terbuka yang mudah dilihat tentang dirinya, tetapi mereka berdua adalah lelaki yang sama-sama memiliki rahasia yang terjaga dengan rapi.
Cukup sampai di situ saja, jadi untuk apa dia harus bertanya lagi sementara orang yang dia tanya tidak mau menjawabnya dan untuk apa dia menerima tawaran pernikahan dari orang yang tidak mau jujur. Hanna sudah sangat kesal hingga dia memilih duduk dengan punggung menyandar dan mulai memejamkan mata. Tidak mau rasanya dia bicara lagi.