Tidak Sesuai

1215 Words
Hanna Maulidya Wangsa duduk menghadap kedua orang tuanya dengan tatapan penuh harap. Sebelumnya dia yakin kalau kedua orang tuanya akan memenuhi permintaannya. Siapa yang tidak ingin anak perempuannya melanjutkan pendidikan ke jengang yang lebih tinggi di bidang ilmu yang tidak bisa dianggap remeh. Setelah kembali ke Indonesia dan melaporkan semua kegiatannya Hanna merasa telah gagal melakukan tugasnya sehingga dia ingin belajar kembali. Dia tidak bersedia menjadi pribadi yang hanya cukup mendapatkan pendidikan sekedarnya saja untuk mendukung profesinya. Hanna harus mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam dan ia berencana untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas paling bergengsi dan terkenal dengan fakultas hukumnya yang terdapat di London. “Kenapa tujuanmu London dan bukannya Amerika? Apa kau sudah jatuh hati pada negara tersebut atau jatuh hati pada salah seorang warga negaranya?” pertanyaan ayahnya yaitu Ardian Wangsa membuat mata Hanna mengerjap. “Karena Hanna sudah mencari tahu kelebihan kampus tersebut,” jawab Hanna yakin. “Serius hanya karena itu? Tidak tertarik dengan salah seorang warga negaranya?” goda Nara membuat Hanna cemberut. “Yang mommy maksud siapa sih? Hanna ga ngerti,” sahutnya dengan bibir mencebik. “Lelaki dengan inisial S? Apa itu berarti?” “S…maksud Mom Scott? Oh no…Hanna sama sekali tidak tertarik padanya. Scott bagi Hanna hanya seorang teman. Tidak lebih.” “Bagaimana kalau lebih?” tanya Ardian ikut bersuara. Sudah sejak lama mereka tidak bercengkrama seperti sekarang. Tepatnya setelah anak-anak mereka sudah semakin dewasa dan mempunyai kehidupan sendiri. yang sejak tadi menjadi pendengar saja. “Hanna dan Scott tidak pernah memiliki hubungan yang special. Dari dulu sampai sekarang Hanna tidak pernah berpikir kalau Scott adalah calon pemilik hati Hanna. Jadi Mom dan Dad setuju kan kalau Hanna kuliah di sana?” ucap Hanna sembari menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. “Kalau memang kamu sudah yakin…kenapa tidak? Tapi daddy tanya sekali lagi, kamu serius mau kuliah di sana?” “Ya Dad. Hanna serius.” “Kalau begitu kami hanya bisa mendukung cita-citamu saja. Kamu sudah mendaftar?” “Belum. Setelah mendapat ijin dari kalian berdua, Hanna baru akan mendaftar. Terima kasih Dad, terima kasih Mom.” Hanna bangun dari kursinya untuk memeluk kedua orang tuanya yang tidak kalah bahagianya. Kebahagiaan Hanna yang mendapatkan ijin untuk meneruskan kuliahnya tidak kalah besarnya dengan yang sedang dialami oleh keluarga Whittaker yang mendapatkan hak asuh Isabella. Mereka sudah mempersiapkan semua yang mungkin dibutuhkan oleh seorang anak berusia setahun. Di ruang tengah Ken dan Scott berdiri menunggu kedatangan petugas sosial yang akan membawa Bella ke rumahnya. Ken tidak tahu mengapa Scott harus ada di rumahnya sementara ibunya sendiri duduk bersama dengan sepupunya yaitu Diana. “Kau yakin dengan keputusanmu itu?” tanya Scott memperhatikan Rossie Whittaker yang terlihat anggun menunggu kedatangan cucunya. Ken berusaha menahan kejengkelannya. Kenapa Scott harus ragu dengan keputusannya. Mereka adalah dua pribadi yang berbeda. Dia mungkin tidak mampu merawat seorang anak, tapi ia bukan Scott. “Tentu saja aku yakin. Bella adalah keponakanku. Keluarga Whittaker tidak akan menyia-nyiakan keturunan mereka untuk tinggal di rumah perlindungan,” jawab Ken keras kepala. “Tapi merawat seorang anak kecil yang usianya belum setahun tidak gampang Ken. Oke keluarga Whittaker mempunyai barisan pelayan yang akan menjaganya. Tapi aku yakin seorang anak juga membutuhkan sentuhan kasih sayang dari seorang wanita.” “Lalu apa bedanya bila Bella tetap berada di rumah perlindungan? Mereka tidak ada yang mengenalnya sementara di rumah ini ada aku dan mom yang akan menjaganya. Dan kami adalah keluarga terdekatnya.” “Berbeda. Apa kau tidak berpikir bagaimana kehidupan sosialmu akan berubah. Kau harus mengurangi waktu kencan dan bersenang-senang di klub maupun di tempat lain. Ingat akan banyak kegiatan yang terpaksa harus kau tinggalkan. Misalnya para wanita, pesta dan juga kehidupan hura-hura yang selama ini selalu rutin kau lakukan.” “Jangan bercanda Scott. Yang barusan kau katakan tidak akan terjadi padaku. Paling-paling aku hanya akan mengurangi kegiatan malamku.” Jawab Ken ringan. “Yakin? Yang harus kau rawat adalah anak usia setahun dan bukan usia 5 tahun yang bisa diserahkan pada pelayanmu. Akan banyak waktu yang diperlukan untuk Bella dan….” “kalau kau mengatakan merawat anak sangat berat, mengapa banyak orang yang menginginkannya. Coba kau tanya pada Diana, apakah dia menginginkan seorang anak atau tidak. Aku yakin dia tidak setuju dengan yang kau katakan.” “Terserah kau saja. Bagaimana pun hak asuh sudah ada di tanganmu dan sudah menjadi kewajiban bagimu untuk merawat dan menjaganya.” “Benar. Selanjutnya aku harus menjaga dan merawatnya saja. Ingat Scott merawat seorang anak bukan berarti menghalangi semua kegiatan rutin yang biasa kita lakukan,” Ken menegaskan arti menjadi orang tua pada temannya. “Yeah…aku salut padamu. Kau memang seorang paman yang baik dan bisa melakukan sesuatu yang bagiku sangat berat,” puji Scott yang justru membuat Ken menatap galak. “Kalau kau mau, kau juga bisa membantu merawatnya kok,” jawab Ken menimpali yang langsung dijawab dengan suara penolakan yang cukup keras hingga Diana berpaling dan menegur mereka berdua. “Ken…jam berapa Bella datang?” tanya Ny Rossie Whittaker, ibu dari Keanu yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah setengah abad lebih. “Menurut dinas sosial, mereka akan mengantarnya sekitar jam 11 siang ini. Aku yakin mereka akan datang sebentar lagi Mom.” “Mom tidak sabar untuk melihat putrinya Daniel. Mom yakin Bella akan mendapatkan pendidikan dan juga kehidupan yang layak daripada Bella berada di tangan wanita itu,” kata Rossie mengangkat dagu. Keanu hanya tersenyum. Kenapa dia sekarang menjadi ragu kalau keponakannya akan mendapatkan kasih sayang yang besar bila bersama dengan keluarganya? Semua orang mengetahui bahwa Rossie Whittaker adalah wanita yang sangat sibuk serta memiliki kehidupan sosial yang sangat tinggi. Ibunya bahkan sangat sulit ditemui kecuali dia membuat janji dan memintanya untuk tinggal di rumah. Dan ia harus mengatakan seminggu sebelumnya. Suara deringan telepon dari meja yang berada di sudut ruangan menarik perhatian mereka yang duduk menunggu sampai seorang pelayan datang menghampiri mereka. “Maaf Tuan, utusan dari dinas sosial mengatakan mereka tidak bisa mengantarnya hari ini.” “Tidak bisa? Kenapa?” “Mereka mengatakan bahwa ibu dari anak itu keberatan dan tidak akan menyerahkan bayinya pada keluarga Whittaker,” beritahu pelayan. Makian dan umpatan keluar secara bebas membuat Ken mendapat teguran dari Rossie. “Bagaimana bisa wanita itu menahannya. Dia memang tidak pernah hadir di persidangan, tetapi harusnya dia tahu bahwa yang dia lakukan bisa berakibat hukum padanya.” Omelan keras Ken membuat mereka yang mendengarnya menarik napas. “Kita akan ke rumah wanita itu. Kau tahu di mana dia tinggal?” tanya Ken ditujukan pada Scott. “Aku tidak tahu, tetapi tempat kerjanya aku tahu,” jawab Scott menarik perhatian Ken yang menatapnya tajam. Dalam hati Ken berpikir bagaimana Scott bisa mengetahui tempat kerja Lenna, dari mana dia mengetahuinya. “Dan dari mana kau bisa mengetahuinya?” tanya Ken yang dibalas dengan senyum miring Scott. “Aku dan Hanna pernah mendatangi tempat kerjanya. Percayalah kau tidak akan mau datang bila tahu tempatnya,” jawab Scott tertawa. “Aku tidak mau datang, tapi kalian justru sengaja datang ke sana? Tempat apa sebenarnya?” “Pokoknya tempat yang tidak akan aku datangi untuk kedua kalinya. Aku yakin kalau saja bukan Hanna yang memiliki keahlian bela diri dan tahu cara menggunakan senjata, aku tidak akan pernah datang ke sana.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD