Debar jantung Hanna begitu terasa. Dia yang selama ini tidak pernah terpengaruh dengan kedekatan lawan jenis secara tiba-tiba membuatnya tidak mampu bergerak.
Sentuhan tangannya yang menyentuh d**a Ken terasa dingin. Dia tidak bisa menarik kembali tangannya karena Bella sudah menjatuhkan dirinya ke dalam pelukannya.
Gerakan Bella yang tiba-tiba seperti gerakan slow motion hingga kulit pipi Hanna memerah layaknya buah tomat yang ranum. Dia sama sekali tidak menduga, gerakan Ken yang mencegar Bella terlepas dari tangannya justru membuat wajahnya bersentuhan dengan wajahnya.
Hanya sepersekian menit saja wajah Ken menyentuh wajah Hanna tetapi pengaruhnya begitu luar biasa. Tidak ada yang bersuara sampai Bella bergerak dengan suara rengekkannya yang menarik perhatian.
“Maaf,” Ken berusaha bersikap normal begitu ia menarik wajahnya setelah Bella sepenuhnya sudah berada di dalam pelukan Hanna.
Tidak tahu harus menjawab apa selain mengangguk Hanna berusaha melirik Scott, tetapi temannya itu tidak bisa diharapkan. Kalau saja Bella tidak ada di dalam pelukannya mau rasanya dia memberi pukulan yang tidak akan terlupakan.
“Jadi di sini rumahmu dan siapa Nyonya Antoilter itu?” tanya Hanna berjalan masuk mengikuti Ken dan Scott yang sudah berjalan di depannya.
“Nama keluarga ibuku,” jawab Ken singkat. Tidak ada penjelasan lain, baginya jawaban yang dia berikan sudah cukup bagi Hanna.
“Lalu apa yang kau lakukan pada Bella?”
“Aku tidak percaya kau tidak melihat yang aku lakukan. Aku baru memberinya s**u ketika kalian menekan bell,” jawab Ken memperhatikan gerakan Hanna pada Bella.
Perhatiannya pada Bella membuat mata Ken tidak berkedip. Dia bertemu dengan Hanna hanya beberapa kali saja. Dibandingkan dengan Scott hubungannya dengan Hanna jauh dari kata dekat. Hanya karena Diana yang selalu melibatkannya yang membuat mereka bisa dekat.
Mereka masih berbincang-bincang dengan Hanna yang sudah selesai membuat Bella kembali rapi dan wangi tidak seperti ketika mereka baru datang.
“Jadi…sejak kapan kalian tahu aku bekerja di sini. Aku tidak pernah menduga kalau keluarga Antoilter adalah keluarga Whittaker yang memenangkan hak pengasuhan Bella. Menurutku kau sangat jauh dari kata mampu untuk mengasuh seorang anak Ken. Kau tidak bisa diandalkan,” komentar Hanna dengan Bella yang tertidur di pangkuannya.
“Kalau bicara bisa disaring dulu kan, Han? Yang kau lihat saat ini karena pengasuhnya Bella sedang keluar. Sekarang aku tanya padamu, apa kau lebih memilih Bella diasuh negara? Kau yakin Lenna bisa melakukannya?”
Ucapan Ken sangat pedas dan Hanna tidak bisa menyalahkan dirinya. Dia tahu bagaimana keluarga Ken yang memiliki kemampuan untuk menyewa pengasuh untuk Bella, toh dia juga salah satu diantara mereka.
“Aku hanya berpikir, bagaimana kalau dept social tiba-tiba datang untuk mengecek kebenaran yang ada di rumah ini? Kau memang memiliki banyak uang untuk mengasuh Bella tetapi uang tidak menjamin hidup Bella menjadi nyaman kalau yang mereka lihat adalah seperti tadi,” ucap Hanna menjelaskan.
“Siapa yang akan kau salahkan? Dept Sosial yang memang selalu datang pada waktu yang tidak tepat atau ibumu yang sedang pergi keluar?”
“Aku setuju dengan ucapan Hanna.”
Hanna terkesiap melihat wajah Ken yang menyimpan kemarahan, tetapi dia beruntung karena suara bell di pintu gerbang mengalihkan perhatian Ken.
“Menurutmu siapa yang datang?” tanya Scott pada Ken.
“Mungkin Diana. Dia bilang mau main ke rumah,” jawab Ken sambil berdiri untuk melihat siapa tamu yang datang karena pegawainya pasti sudah melakukan pemeriksaan pada tamu yang akan datang.
Hanna dan Scott saling berpandangan begitu melihat roman wajah Ken yang berubah. Ada kemarahan dan juga ada senyum rahasia yang tersirat pada wajahnya yang tidak dapat ditebak oleh mereka.
“Siapa?” tanya Scott pada Ken.
“Aku sangat memerlukan bantuanmu Hanna, kalau kau tidak mau Bella berakhir dipelihara oleh negara,” jawab Ken memberikan tanda tanya yang sangat besar bagi Hanna, tetapi tidak demikian dengan Scott.
Scott seperti sudah bisa menduga siapa tamu yang akan datang dan mengapa Ken meminta dukungan pada Hanna meskipun dia berbicara dengan kalimat mengancam.
“Kau tahu siapa yang datang Scott?” bisik Hanna sementara Bella sudah tertidur dalam pelukannya.
“Tidak. Aku tidak tahu siapa yang datang dan juga apa yang dimaksud dengan Ken,” jawab Scott mencoba memperlihatkan wajah bingungnya yang jauh dari kata sukses.
Dua orang pria besar berjalan masuk dan keduanya langsung menuju kursi memperhatikan Hanna yang sedang memeluk Bella.
“Siapa Anda dan mengapa bersama anak itu?”
Pertanyaan kasar dari lelaki yang menurut Hanna tidak memiliki sopan santun sebagai tamu.
“Siapa saya? Apa Anda kerabat keluarga Whittaker?” tanya Hanna dengan sikap melindungi. Dia tidak akan membiarkan Bella mendapatkan perlakukan buruk dari dua orang lelaki kasar yang ada di depannya walaupun mereka adalah keluarga Whittaker.
“Bukan. Mereka bukan keluarga Whittaker melainkan pegawai dari Dept Sosial,” jawab Ken.
Jawaban singkat tetapi sangat mengejutkan Hanna. Dia memang belum pernah berhadapan dengan orang yang bekerja di pemerintahan selain yang berada di bawah pertahanan maupun yang berhubungan dengan pengadilan. Bukan seperti ini orang yang diharapkan Hanna untuk menjaga dan membimbing anak-anak apalagi anak balita yang membutuhkan kasih sayang dan kelembutan.
“Begitu? Maaf atas ketidak tahuan saya,” jawab Hanna memandang tajam kedua pria berbadan besar.
“Jadi Anda siapa? Apakah Anda calon Nyonya Wihittaker hingga berani menatang kami? Anda tahu untuk mendapatkan hak asuh seorang anak bukan saja materi yang menjadi pertimbangan tetapi juga kelengkapan orang tua yang akan memberikan bimbingan pada anak yang berada di dalam pelukan Nyonya saat ini.”
Setiap kata yang keluar dari mulut lelaki yang memakai jas berwarna Khaki membuat Hanna berkali-kali memandang Ken. Ada permohonan spekulasi yang diberikan oleh Ken agar Hanna mengikuti permainannya.
“Benar. Dia adalah wanita yang akan menjadi istri saya,” jawab Ken mengejutkan Hanna sekaligus Scott yang masih duduk mengamati kedua pria tersebut. Dia sedang menyusun laporan dengan ponselnya setelah melihat kelakuan kedua pria yang tidak memperhatikan ada balita atau tidak ketika mereka menyalakan rokoknya sementara dia dan Ken tidak ada yang merokok.
“Begitu? Apakah sikapnya masih tetap sama setelah kalian mempunyai anak sendiri? Saya ragu dengan kalian yang sayang pada awalnya saja,” tuduh lelaki itu kasar.
“Apa Anda tidak melihat kedekatan anak asuh saya dengan wanita yang menggendongnya? Kami pasti akan memiliki anak sendiri setelah menikah tetapi kehadiran seorang anak yang menjadi awal kedekatan kami tentu sangat berarti,” jawab Ken mendekati Hanna untuk menyentuh bahunya.
“Kalau boleh tahu siapa nama bapak berdua, mungkin ketika kami menikah kami akan mengundang kalian,” kata Hanna setelah menerima isyarat yang diberikan Ken padanya.
“Kami tidak memerlukan undangan dari kalian berdua karena kami hanya memastikan keamanan anak yang berada dalam pengasuhan kalian. Namaku Jhon dan temanku Step,” jawab lelaki yang bernama Jhon dengan gaya seperti lelaki yang memiliki kekuasaan yang sangat besar.
“Kalau begitu tidak ada alasan lagi untuk meragukan kalian,” sahut Step yang sejak tadi hanya berdiam diri saja.
“Terima kasih,”
“Kami menunggu janji kalian berdua. Ingat kalau saja ada yang janggal pada kalian, kami bisa langsung membawa anak tersebut,” kata lelaki yang bernama Jhon.