Part 8 Cemburu

1500 Words
Rara masih menghindari Banyu. Tidak, dia belum siap untuk terluka lagi. Lagi dan lagi. Mungkin untuk sementara ini lebih baik dia sendiri dulu. Paska putus dari Tama, membuatnya semakin enggan untuk menjalin hubungan. Rara yakin Allah sudah menetapkan jodoh bagi masing-masing hamba-Nya. Hanya saja, mungkin jodohnya memang belum datang, masih jauh. Masih entah di mana. Lebih baik ditunggu saja deh datangnya. Rara masih mencari alasan ke Agni menolak ajakan kencan dengan Banyu. Tapi malam ini ada acara kondangan teman satu kampus dulu. Berhubung ayah sedang sakit dan Dion sedang ada tugas dari kampusnya, aku pasrah saja waktu Agni bilang kalau Banyu akan menjemputnya. Awalnya Rara tidak mau. Toh sekarang banyak taksi online. Lagipula dia juga harus membuktikan bahwa terapinya berhasil. Tapi Agni mengancam akan ngambek dan gak mau berteman lagi. Haah masalahnya aku lebih takut kalau harus berduaan dengan kakakmu Nie! Tepat jam 7 malam, Banyu menjemput Rara. Awalnya dia agak terkejut dengan penampilan Rara yang berbeda dari biasanya. Ya kali pergi kondangan gak dandan. Malam ini Rara pakai gamis pesta. Yang membedakan adalah Rara berhias. Cuma dandan seperti biasa kok, tapi karena kondangan jadi pakai sedikit blush on dan maskara. Alis Rara asli, tidak dipoles sedikitpun. Memang bentuknya yang sudah bagus. Dan tambah sedikit polesan lipstick warna merah bata. Terkahir pakai heels 7 cm. Biar gak keliatan imut kalau sebelahan Banyu yang jangkung. Tingginya 187cm. Sedangkan Rara pakai heels 7 cm saja cuma 173 cm. Lumayanlah biar tidak njomplang banget. Sebelum berpamitan pada ayah dan umi, Rara memperkenalkan Banyu. Karena Agni sering main bahkan menginap, jadi ayah dan umi percaya pada Banyu. Ayah minta agar Rara sudah sampai di rumah jam 10 malam. Maklumlah, anak gadis satu-satunya jadi sangat protektif. Lagipula ayah khawatir kalau Rara harus pergi malam tanpa dirinya atau Dion. Tapi sepertinya Banyu berhasil meluluhkan hati sang ayah dan umi. Hingga keduanya percaya pada Banyu. "Kamu cantik Ra." Kata Banyu sambil melirik sekilas karena harus fokus mengemudi. Rara menoleh ke arahnya, "Terima kasih." Rara yakin pipinya memerah pastinya mendengar pujian itu. Baru kali ini Rara mendengar pujian dari Banyu. Biasanya dia lempeng-lempeng saja kalau ketemu. "Makasih mas mau nemenin aku kondangan. Padahal mah aku sendiri juga bisa kok. Maaf jadi ganggu acara Mas Banyu." Cetus Rara sungkan. Banyu tersenyum dan berkata,"Gak papa lagian aku gak ada acara kok malam ini. Gak perlu sungkan." Hening. Perasaan Kuningan deket deh tapi kenapa berasa lama banget malam ini? "Oiya Ra, jangan terlalu formil. Panggil aku Banyu saja, gak perlu embel-embel mas!" "Eeh kenapa?" "Biar lebih akrab gitu. Lagian kesannya aku tua banget deh. Umurmu sama dengan Agni kan? Berarti sekitar 25 tahun? Kita cuma beda 4 tahun kok." "Aah biar lebih sopan aja sih Mas. Ayah dan umi terbiasa untuk membahasakan dengan panggilan yang lebih sopan, apalagi ke yang lebih tua." Jawab Rara sambil tersenyum manis membuat Banyu terpesona. "Jadi aku emang udah tua ya menurutmu. Mmm padahal pingin lebih akrab aja. Ke Indra dan Nino kamu bisa lebih santai, gak panggil tanpa embel-embel mas. Kok cuma ke aku aja sih?" Rara merasa Banyu agak ketus nadanya? Lah dia salah apa? Dia kan hanya berusaha untuk lebih sopan dengan menambah kata mas. "Karena mas adalah kakaknya Agni. Dan Agni manggil mas kan Mas Banyu. Jadi aku ikut deh." "Jadi aku cuma dianggap kakak ya?" "Eeh..." "Udah sampai. Kita turun di lobi ya, mobil biar parkir vallet aja. Semoga belum terlalu ramai." Ajaknya begitu kami kami sampai di lobi hotel Gran Melia. Waah ternyata ramai sekali. Celingukan Rara mencari Agni atau siapa pun yang dikenal. Dia masih belum merasa nyaman kalau hanya harus berdua dengan Banyu. "Mau antri salaman dulu ke mempelai atau mau ambil makan dulu?" Kudengar ada suara berbisik di telingaku. Membuatku kaget dan merinding. Rara mendungakkan kepalanya, "Salaman dulu ya. Biar lebih tenang nanti makannya." Sahutnya kalem sambil mencoba meredakan getaran di hati. Oiya kalau dekat begini aku baru sadar parfum Mas Banyu ganti? Harumnya lebih fresh, beda dari sebelumnya yang membuatku ketakutan. Sedang rapi mengantri tiba-tiba ada beberapa anak kecil yang berlarian dan mencoba lewat di depan Rara. Rara mundur beberapa langkah agar anak-anak tersebut bisa lewat. Tapi sialnya karena tidak biasa pakai heels tinggi dia keseleo dan hampir terjatuh ke belakang. Untunglah sebelum malu karena jatuh, ada sepasang tangan kokoh yang menjaga pundaknya. Tangan Banyu. Aaaah, baik-baik ya jantung di dalam sana, jangan bergejolak seperti ini! "Terima kasih." Bisik Rara pelan sambil menunduk. Mungkin pipinya tak perlu pakai blush on juga sudah merah. Banyu mengangguk. "Kakimu gak papa? Keseleo? Sakit?" Banyu bertanya ketika melihat gadis di depannya tampak meringis. "Iyaa tadi keseleo sedikit. Tapi gak papa kok." "Nanti kita duduk aja habis salaman. Jangan terlalu banyak bergerak biar kakimu gak bengkak." Rara tersenyum gerah. Geer? Sampai didengarnya kalimat lanjutan Banyu. "Soalnya aku kan gak mungkin gendong kamu." "Eeh..." "Karena kita bukan muhram Ra. Aku sungkan sama hijabmu." Sahutnya kalem. Sementara itu Larasati tak tahu bahwa laki-laki di depannya juga berusaha menahan getaran di d**a. Entah kenapa baru sekarang lagi dia merasakan jantungnya berirama lebih cepat, setelah beberapa tahun dia coba untuk tidak peduli pada gadis-gadis. Tapi gadis sederhana yang ayu di depannya sepertinya berhasil menyadarkannya bahwa masih ada kesempatan untuknya berbahagia. Kalau bisa sih langsung kugendong bawa ke KUA, batin Banyu sambil tersenyum. Seperti yang sudah dibahas tadi, Banyu memaksa Raraa untuk duduk saja. Sementara dia sibuk mengantri makanan. Tapi sambil menunggunya, Rarar mencoba mengambil buah yang tidak perlu mengantri. Saat jalan kembali ke tempat duduk, Rara mengernyit sakit. Aduuuh kenapa sih untuk tampak lebih cantik harus tersiksa gini. Tapi kondangan kan juga gak mungkin pakai sandal jepit. "Kenapa maksa untuk jalan sih? Kan tadi aku udah bilang untuk duduk anteng. Biar aku saja yang ambil makanan. Kamu tinggal bilang mau apa." Tegur Banyu padaku. Rupanya dia tadi melihatku meringis menahan sakit. Tapi diberikannya semangkuk zuppa soup kesukaanku. "Kok tahu mas aku suka banget zuppa soup?" Tanya Rara sambil sibuk mengaduk. "Tadi ketemu Agni lagi ngantri juga. Terus dia bilang kalau kamu suka banget zuppa soup. Jadi ya sekalian deh. Cuma ngantrinya gak tahan. Mana berdesakan sama ibu-ibu yang seenaknya main serobot. Belum lagi tuh cewek-cewek nyenggol-nyenggol gak jelas. Takut tumpah aja supnya." Jelas Banyu kesal. Rara tertawa pelan. Diperhatikannya Banyu malam ini. Pakai batik tangan panjang dominan warna coklat, celana bahan katun warna coklat tua senada dengan batiknya. Ganteng banget ih. Sedang asik-asiknya menikmati sup, tiba-tiba Rara mendengar suara Agni. Dia datang bersama Rendra. Eeh ada Indra dan Nino juga. Rupanya mereka sudah lebih dulu sampai. "Raaaa... iish dicariin dari tadi ternyata mojok berduaan di sini ama Mas Banyu." Kata Agni cempreng sambil cupika cupiki pipi. Serasa lama gak ketemu aja. "Eeeh ada Rara .. boleh cupika cupiki juga gak?" Goda Indra kepada Rara. Dengan sigap Banyu langsung berdehem dan menjawab, "Boleh! Tapi pipi gue atau Nino ya. Jangan pipinya Rara." "Duileee yang ngerasa punya pipi. Tenaaang mas bro, mana berani kita macam-macam kalau herdernya selalu siap sedia untuk menerkam. Hahahaha.." gelak Nino dan Indra. Rara hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Diliihatnya muka Banyu merah, sepertinya menahan marah. Mungkin dia kesal dengan tingkah Indra dan Nino. "Ra.. cantik banget sih malam ini." Puji Indra. Sementara Nino melihat Rara tanpa berkedip. Agni dan Rendra hanya tersenyum melihat Banyu yang tampak semakin kesal. "Emang biasanya aku jelek ya Ndra? Kok dipuji cantiknya cuma malam ini aja?" Tanya Rara dengan niatan menggoda Indra. "Biasanya juga cantik kok, tapi malam ini you look different. So georgeus. Ayu banget Ra." Kata Indra. "Eeh dasar nih perusuh-perusuh begitu datang langsung ngerayu cewek cantik. Noh godain yang lain aja yang masih singel." Tukas Mas Banyu kesal. "Diih siapa bilang kita masih singel. Aku kan datang berdua Indra. Ya Ndra..?" Kata Nino kemayu yang membuat Indra langsung pasang tampang mau muntah. Karena masih lapar, Rara bangun hendak ke gubuk dimsum. Tapi baru hendak melangkah tetiba Banyu menghalanginya. "Mau ke mana?" "Ambil dimsum, kepingin euy." Kataku kalem. "Kan aku udah bilang, kamu duduk aja jangan banyak bergerak. Nanti kakimu tambah bengkak. Biar aku yang ambil dimsumnya." Selesai berkata seperti itu, Banyu langsung berdiri dan mengantri ke arah dimsum. Sebenarnya dia kurang nyaman antri bersama ibu-ibu dan cewek-cewek yang melihatnya terkagum-kagum. "Waah one step ahead Ra. Biasanya Mas Banyu mana peduli ama hal kaya gini." Bisik Agni pada sahabatnya itu sambil mengedipkan matanya genit. Sementara Rara hanya tersenyum simpul. "Emang kakimu kenapa Ra?" Tanya Indra. Akhirnya Rara menceritakan dengan singkat kenapa kakinya bisa keseleo. Sementara di antrian dimsum, si lelaki bermata tajam tak hentinya melihat ke arah seorang gadis berhijab yang sedang bercanda dengan seorang lelaki bermata ramah. Dilihatnya si gadis yang tertawa lepas mendengar candaan si lelaki. Dan saat si gadis hendak berdiri sepertinya mau mengambil minum, tetiba si lelaki bermata ramah tadi memegang pundak gadis tersebut dan menyuruhnya untuk tetap duduk. Dia yang mengambil dua gelas air putih. Diberikannya satu gelas untuk si gadis yang tersenyum malu. Dan jangan tanyakan perasaan si lelaki bermata tajam. Dia merasa cemburu. Ya! Dia cemburu pada lelaki bermata ramah itu. Dia tidak suka melihat tatapan memuja dari lelaki bermata ramah itu untuk gadis berhijab tadi. Dia cemburu!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD