6

888 Words
Gibran POV. Tak bisa kuhitung berapa kali ku pikirkan wanita yang tadi berkenalan denganku secara langsung, wanita yang pernah ku bonceng dengan mengendarai motor kesayanganku di saat ujan deras saat itu, karena wanita itu meminta pertolonganku mengantarkan dia ke rumah sakit di saat ia terjebak macet. Pertemuan itu memang singkat, namun aku merasa ada yang aneh ketika kami kembali bertemu hari ini. Semua yang ku lakukan selalu saja terbayang wajahnya, entah karena aku suka wajah cantiknya atau menyukainya apa adanya, aku pun belum mengerti bagaimana perasaan ini bisa mengingatnya. Wanita cantik yang sungguh mirip dengan boneka membuatku penasaran dan ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Meskipun aku tak perduli akan parasnya tapi aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya. Kali pertamanya juga aku merasa nyaman berada di dekat wanita yang Andri kenalkan kepadaku. Aku pernah membaca Psikolog James McConell mengatakan, senyuman dapat menciptakan dan membuat kesan pertama berjalan efektif, serta menunjukkan hal bahagia. Ekspresi wajah biasanya merupakan aspek pertama yang orang perhatikan tentang diri kita, ketika mereka membuat penilaian awal. Hal itu lah yang aku rasakan, ketika kami bertemu pagi tadi. Semua hal yang awalnya membuatku biasa saja, berubah menjadi rasa penasaran. Kebanyakan pria akan berusaha mendekati wanita yang telah memikat hatinya. Salah satu caranya dengan membuat wanita tersebut merasa terkesan dengan perilaku dan perhatian yang diberikan. Pria tak melulu harus memberikan sesuatu yang mewah, hal sederhana pun sebenarnya dapat membuat wanita jatuh cinta. Aku jadi ingin melakukannya didepan Lolita, wanita yang mampu membuatku tersihir hanya karena tatapan matanya. FLASBACK. Sewaktu mengantarkan dia ke rumah sakit, aku melihatnya dari belakang dengan pakaian yang begitu basah dan jaket yang ku pinjamkan di tangannya. Karena aku merasa kedinginan dan ingin membasuh wajahku, aku lalu masuk ke dalam toilet rumah sakit agar aku bisa mengendarai motor di saat hujan tak deras lagi. Di dalam kamar mandi aku mendengar percakapan salah satu dokter dan juga perawat pria yang juga berada di kamar mandi saat ini tepatnya mereka berdiri di hadapanku. Sungguh hal itu menggangguku "Apa Dokter Lolita sudah datang?" tanya seorang pria yang memakai jas dokter. Aku lalu melihat kartu nama wanita itu dan melihat nama yang sama dengan nama yang pria berjas dokter ini tanyakan kepada pria satunya, jadi dia wanita yang menjadi bahan perbincangan para pria di dalam toilet pria? "Iya, Dok, saya baru melihatnya lewat sebelum ke sini, bajunya begitu basah kuyup mungkin karena dokter Diandra menekannya lagi agar cepat sampai di kantor," jawab perawat pria itu dengan membasuh wajahnya dengan air. "Dokter Lolita ‘kan mengendarai mobil bagaimana bisa dia basah kuyup?" "Seperti yang saya katakan tadi, Dok, mungkin karena dokter Diandra menekannya agar cepat sampai di kantor jadi dokter Lolita kemungkinan menaiki ojek," kata perawat pria itu yang hanya asal tebak, beraninya dia mengataiku tukang ojek. "Apa bunga dan coklatnya sering kamu kirimkan?" tanya pria berjas dokter itu, karena ingin mendengar percakapan mereka lebih lama, aku pura-pura untuk membasuh wajahku serta mengeringkan bajuku yang basah di papan pengering. "Saya selalu mengantarnya langsung ke ruangan Dokter Lolita, Dok," jawab perawat itu. "Bagus. Apa Dokter Lolita memiliki pasien sore ini?" tanya pria berjas dokter itu. "Iya, Dok, pasiennya bernama Rohanawati umur 45 tahun dan sepertinya akan di operasi oleh dokter Lolita." Aku baru mengerti kenapa ia meminta tolong kepadaku agar mengantarkannya kerumah sakit, selain dia seorang dokter yang bertugas menyelamatkan serta mengobati pasien ternyata sore ini wanita itu memang memiliki pasien yang gawat. Rasa kagumku seketika muncul dan aku merasa lebih mengenalnya meski dari orang lain, pekerjaannya yang mulia dan wajah cantiknya yang bisa membuat lelaki gila, ternyata dia memegang tanggung jawab besar. Setelah mendengar hal yang penting yang di bicatakan kedua pria tadi, aku lalu keluar dari kamar mandi dan kembali ke motorku yang parkir tepat di depan gedung rumah sakit, setelah bajuku sedikit agak kering aku lalu mulai melajukan motorku dengan kecepatan yang tinggi. Di dalam perjalanan aku memikirkan wanita itu dan membayangkan wajah cantiknya tapi ia ternyata memiliki pekerjaan yang mulia yaitu seorang dokter yang tak kenal ras dan juga waktu untuk mengobati pasien. Sampai dirumah saat itu, aku langsung masuk kedalam kamar dan membuka semua pakaian yang ku pakai tadi dan mengenakan baju mandi, karena merasa sangat haus, aku lalu keluar dari kamar dan menuju dapur mengambil segelas minuman. "Kamu habis mandi, Nak? Bukannya kamu baru masuk kamar tadi?" tanya Mama yang sepertinya melihatku masuk ke kamar dengan pakaian yang basah. "Mama? Gibran belum mandi, Ma, tadi Gibran mau mandi tapi karena haus jadi Gibran minum dulu," jelasku. "Lantas tadi Mama lihat kamu senyum-senyum ketika masuk ke dalam kamar, apa ada berita baik?" tanya Mama sembari menghangatkan tubuhku dengan membuatkan teh panas tanpa menyuruh Mbok. "Oh itu? Gibran bertemu wanita hebat, Ma, wanita yang berparas layaknya bidadari dan ternyata wanita itu juga adalah wanita yang berpendidikan dan wanita santun serta wanita yang pemurah, aku jadi kagum sama dia, Ma," kataku memuji wanita yang tadi ku antarkan ke rumah sakit. "Wanita? Selama ini Mama tak pernah mendengarmu menceritakan kepada Mama tentang seorang wanita, berarti kamu menyukai wanita itu, namanya siapa? Pekerjaannya? Orang tuanya?" "Ma, Gibran baru bertemu dengannya hari ini dan itu secara kebetulan, kami tak mengobrol banyak, yang Gibran tahu dia seorang Dokter spesialis bedah," kataku karena melihat Mama mulai membandingkanku dengan wanita yang ku kenal apakah dia pantas atau tidak untukku atau apakah dia berkelas sepertiku, itulah sifat mama yang tak bisa kurubah. FlASHBACK ON.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD