24. Perubahan Tobias Lagi

1154 Words
“Papa pikir kamu nggak akan datang.” Lelaki yang tengah membuka jasnya itu melirik sekilas ke arah ayahnya sebelum melangkahkan kaki ke undakan tangga pertama. “Selama nggak ada dia. Aku mau aja ke mana pun Papa ajak.” Irwan tahu siapa ‘dia’ yang anaknya maksud. Pria paruh baya itu hanya menghela napas saja mendengar perkataan dingin anaknya. Tobias mengayunkan kaki jenjangnya menaiki tangga menuju kamarnya. Kala ia menginjak undakan terakhir. Wajah orang yang sangat ia hindari itu menyapanya pertama kali. Tanpa mau berlama-lama, Tobias melengos melewati orang tersebut. Semenjak perkelahiannya dengan Thomas hari itu. Mereka berdua belum pernah berbicara atau berhadapan dalam waktu yang lama. Kedua-keduanya sama-sama saling menghindar. Dilemparnya asal jas miliknya ke atas kasur. Kemudian Tobias menyalakan lampu kamar. Matanya sukses membulat kala lampu itu menyala. Perempuan itu masih berada di sana. Dengan headset yang melingkar di lehernya dan ponsel yang berada di atas wajah. Tobias mengambil ponsel cewek itu. Layarnya menyala menampilkan adegan drama yang sedang di tonton pemilik gawai. Cowok itu mematikan ponsel Hana. Mencabut headset yang masih tersambung ke ponsel. Dan melepas lilitan yang ada di leher perempuan itu. Setelah menaruh kedua benda itu di atas meja, Tobias merapikan letak tidur Hana yang miring. Ia mengambil bantal dan meletakkannya di bawah kepala gadis itu. Menarik selimut untuk menutupi tubuh Hana. Di pinggir kasur Tobias hanya memerhatikan ekspresi Hana saat tidur. Sebelumnya ia tidak pernah peduli dengan bagaimana ekspresi tidur Hana. Namun, saat ini entah kenapa wajah yang sudah pulas itu terlihat menarik di matanya. Tangan Tobias terangkat untuk merapikan anak rambut yang menutupi wajah perempuan berwajah segitiga itu. Kalau dipikir-pikir, Hana selalu memperlakukan apa pun milik Tobias seenaknya. Seakan miliknya juga. Contohnya aja kamar ini. Tobias dapat melihat tumpukan kertas yang sudah berisi coretan tangan gadis itu. Sudah dapat ia tebak bahwa Hana tadi membuka lemari bukunya untuk mencari kertas hvs dan mencari peralatan menggambar. Cowok itu bergerak merapikan kertas yang berserakan di meja belajarnya. Beberapa gumpalan kertas bahkan menghiasi lantai. Helaan napas pasrah keluar dari mulut cowok itu. Mata elangnya menyapu setiap kertas yang sudah berhasil ia kumpulkan. Dari gambar yang ia lihat saja Tobias sudah dapat menebak kalau kondisi hati gadis itu lagi naik turun. Gambar pertama hanya siluet anak perempuan yang meringkuk di bawah hujan. Gambar kedua, kupu-kupu yang menempel di Pundak seorang laki-laki. Gambar selanjutnya, gambar asal yang telihat seperti tokoh kartun anak kembar yang botak. Terakhir, Tobias terdiam sebentar karena gambar itu terlihat seperti dirinya. Namun, memiliki dua tanduk di atas kepala. Tobias terkekeh, ia menebak pasti cewek itu tengah kesal kepadanya. Meskipun dirinya tidak tahu pasti apa yang menyebabkan kekesalan cewek itu. Saat ia tengah asyik melihat gambar-gambar random Hana yang lain, ponselnya bergetar. Cowok itu buru mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya. Tobias, Hana di sana, ya? From Ibu Iya, Bu Balas Tobias. Melihat kondisi ponsel Hana tadi. Dapat dipastikan cewek itu tidak melihat aplikasi pesannya dan asyik menonton sampai ketiduran. Bisa disuruh pulang? From Ibu Tobias menolehkan kepalanya. Suara dengkuran tipis seakan menjawab pertanyaan ibunya gadis itu. Hana udah tidur, Bu Send Bisa dibangunin aja gak? Suruh pulang From Ibu Tobias menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Seperti tidak tahu Hana saja. Kebo aja bisa insekyur sama Hana. Kalau bisa nanti Tobi suruh pulang ya Bu Send Tobias bangkit dari duduknya. Membuang kertas-kertas itu ke tempat sampah kemudian kembali melihat ponselnya yang kembali bergetar. Kalau nggak bisa dibangunin diseret aja gimana? Besok kan sekolah, baju sama bukunya belum masih di sini From Ibu Seandainya besok hari libur, biasanya memang Rika tidak masalah anaknya menginap di rumah Tobias. Besok pagi Tobi ke rumah Ibu ya. Ngambil perlengkapan sekolah Hana Send Maaf ngerepotin ya Tobi. Kalau bisa Hana aja yang dibangunin pagi-pagi. From Ibu Nggak ngerepotin kok Bu. Besok Tobi coba bangunin pagi2 Send Trima kasih Tobias From Ibu Sama sama Bu. Selamat malam Ibu Send Malam, Nak. Selamat istirahat From Ibu Usai mematikan layar ponselnya. Tobias memasukannya ke dalam saku. Malam ini ia terpaksa tidur di kamar tamu. Sebelum membuka pintu, Tobias bergumam. “Oke. Hari ini, ini kamar lo.” *** Hana menggeliat dalam tidurnya. Udara dingin yang semakin membuat tubuhnya meringkuk kedinginan membuatnya terpaksa terbangun. Cewwk itu sedikit terlonjak kala menyadari dirinya berada. “Anjir gue masih di kamar Tobias.” Hana mencari keberadaan ponselnya. Setelah mendapatkannya ia membuka aplikasi pesan. Sudah banyak pesan yang masuk ke gawainya itu. Matanya membulat melihat puluhan pesan yang diberikan ibunya. Tidak seperti biasanya ibunya seperti ini. Nginep di rumah Tobias hal yang biasa. Tapi kenapa saat ini ibunya harus mengirimnya pesan sebanyak ini untuk menyuruhnya pulang. Kenop pintu kamar Tobias berputar. Membuat perhatian Hana teralihkan dari ponselnya. Tobias menyembul dari balik pintu dengan totebag besar. Hana mengerutkan keningnya. “Nih, seragam sama buku buat hari ini. Cepet mandi udah jam enam.” Tobias menaruhnya di samping Hana. Kerutan di dahi Hana bergantikan dengan matanya yang melebar. “Udah jam enam?” Tobias yang sudah berbalik hendak keluar menjadi berhenti. “Kenapa kaget? Pernah bangun lebih cepat dari jam enam emangnya?” Cewek berambut singa itu berdecih. Wajah datar Tobias saat mengejeknya sangat menyebalkan. “Eh, matiin dulu itu ac-nya. Dingin banget anjir, lu bukannya dikecilin udah tau gue nggak kuat dingin. Nggak kayak lu kulit badak.” “Heh. Udah tidur di kamar orang, udah dibawain barang-barangnya. Masih aja ngeledek,” gerutu Tobias sambil mengambil remot AC dan mematikannya seperti permintaan cewek itu. Sedangkan cewek itu hanya menyengir kuda sambil beranjak dari kasur milik Tobias. “Kamar lo kan kamar gue juga. Gue kan tamu.” “Jangan lama-lama. Gue tinggal kalo lo lama,” kata Tobias sebelum menutup pintu kamarnya. Hana bergeleng-geleng kecil. “Keliatan banget maksa galaknya. Lo itu nggak biasa nyuruh-nyuruh gitu, Bi. Nggak usah sok deh lo.” *** Usai menyelesaikan sarapannya, Hana buru mendatangi Tobias yang sudah berisik menunggunya di depan rumah. Ke mana Tobias sabar yang Hana kenal selama ini?! “Lo nggak bisa sabar apa?” sulut Hana sambil menggunakan kaus kaki dan sepatunya. “Masih lama gue tinggal.” “Ini udah astaga.” Hana bangun dari duduknya. Dengan cepat menggunakan helmnya. Lalu naik ke atas motor Tobias. Saat mereka keluar gerbang, secara kebetulan mereka berpapasan dengan Viola. Tetangga baru Tobias itu tampak terkejut. Kalau Hana tidak salah dengar ia mendengar gumaman Tobias yang terdengar seperti gerutuan. “Lo kelamaan sih.” “Vio!” Hana yang duluan menyapa. “Eh, hai. Mau berangkat ya?” tanyanya basa-basi. “Iya. Kita duluan, ya,” sela Tobias saat Hana hendak menjawab pertanyaan Viola. Cewek itu tersenyum tipis. “Hati-hati kalian.” “Dadah Vio!” Hana melambai penuh semangat ke arah Vio. Tangannya ia turunkan saat motor Tobias sudah menjauh dari rumah Viola. Selama perjalanan Hana tak berhenti memikirkan perubahan sikap Tobias yang baru ini. Kalau gerutuan Tobias yang ia dengar itu tidak slah dengar. Apa artinya Tobias menyuruhnya cepat agar tidak ketahuan Viola? Tapi kalau seperti itu, memangnya kenapa kalau Viola tahu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD