36. Pembelot Kelas

1011 Words
"Han. Lo bener nggak mau liat Tobias?" Sonia bertanya. Semua teman sekelasnya sudah berada di gedung aula. Hanya tersisa Rabian dan Hana saja. Rabian sudah dipastikan lebih memilih tidur di kelas. Sedangkan Hana masih menjaga jaraknya dengan cowok itu. "Parah sih, temen sendiri nggak didukung. Ya udah gue duluan ke aula, ya." Sonia melambai kepada Hana sambil berlari kecil keluar. Hana melihat jam di pergelangan tangannya. Setengah jam lagi seleksi pemilihan duta sekolah akan dimulai. Hati cewek itu mulai goyah. Tetap pada pendiriannya dan berada di kelas atau melihat temannya itu tampil. Jari lentiknya mengetuk meja. Dia akan menghitung sampai sepuluh kalau hatinya masih aja ada rasa ingin melihat Tobias maka ia akan ... "Ah, gue ke aula dulu, ya, Yan!" kata Hana lalu berlari ke luar kelas. Ia tidak akan melewatkan kesempatan melihat Tobias berbicara di depan banyak orang. *** "Dateng juga lo," kata Intan. Hana menggaruk tengkuknya. Matanya melirik ke samping Gani. Tobias sudah bersiap di sana. "Duduknya di sini?" tanya Hana. Dira yang mengetahui siapa yang dimaksud Hana, bergeleng. "Nanti juga dipanggil ke sana. Sekarang masih bisa di sini. Masih ada sepuluh menit." Mulut Hana membulat membentuk O. Ia berjalan ke arah Tobias. Berdiri di depan cowok itu dan menepuk bahu Tobias cukup keras. "Semangat ya besti." Satu tepukan. "Jangan gugup." Pukulan lagi. "Pokoknya lo harus menang." Pukulan terakhir. "Dari pada ucapan selamat. Ini lebih ke nyiksa nggak sih?" sindir cowok itu sambil menyingkirkan tangan Hana di bahunya. Cewek berambut gelombang itu berdecih. Dalam diam ia memerhatikan penampilan Tobias dari atas sampai bawah. "Gimana Tobias, Na. Udah rapi kan? Kita gitu loh. Kenalin kita nih timses kemenangan Tobias," kata Gani sambil menepuk dadanya bangga. Di samping Gani ada Jojo, Dira, Intan, Sonia, Windi, Vino. Ekspresi bangga mereka justru membuat Hana merasa kesal. Kemudian matanya kembali beralih ke Tobias. Senyum miring tercetak di wajah Hana saat melihat rambut cowok itu yang ditata rapih. Ide jail masuk ke dalam otak Hana. "Ah, iya temen gue ganteng banget. Thanks gaes udah buat Tobias seganteng ini." Lalu tangannya terulur untuk menyentuh rambut cowok itu. "Eh eh jangan dipegang!" seru Gani. "Ini ada debu," kata Hana sambil mengacak rambut Tobias. "Hana! Gila lo ya!" "Hana sialan!" "Lepasin, Han, lo apaan sih." Tobias berusaha mengenyahkan tangan cewek itu. Namun, Hana berontak dan kembali menempatkan tangannya untuk tetap berada di rambut cowok itu. "Wah, banyak banget ini loh debunya. Ahahaha!" Kesabaran Tobias sudah habis. Dipegangnya pergelangan tangan cewek itu kemudian ia tarik ke bawah. Membuat Hana terpeleset dan berakhir dengan terjatuh dengan posisi tangan yang mendarat di bahu Tobias. Dari jarak sedekat itu Hana bisa melihat pantulan dirinya di mata gelap Tobias. Beberapa helai rambut jatuh menutup kening cowok itu. Yang membuat Hana terpaku adalah wajah Tobias yang terlihat berbeda saat rambutnya berantakan. "Lepasin tangan gue," desis Hana. "Nggak akan kalo lo masih berulah. Nggak akan gue lepas." Tobias mendorong Hana duduk di bangku sebelahnya yang kosong. Tangannya masih menggengam erat pergelangan cewek itu. "Jo, tolong rapihin lagi rambut gue." Jojo langsung mengangguk. Ia bersama Gani dan Sonia kembali menata rambut Tobias. Gani menjitak kepala Hana. "Cari gara-gara aja lo, ah!" "Tau lo, Han. Udah lima menit lagi nih." Hana membuang wajahnya. Ia berusaha menarik tangannya agar terlepas dari Tobias. Namun, cowok itu justru tambah mengeratkan genggamannya. "Lepasin. Tuh udah dibenerin juga." Hana menunjuk rambut cowok itu dengan memanyunkan bibirnya. Alih-alih dilepas, Tobias malah diam seraya memusatkan netranya pada wajah Hana. Jelas perlakuan Tobias membuat Hana salah tingkah. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Bahkan Hana merasa pipinya memanas. Sialan, Tobias, malah ngeliatin gue, batin Hana berteriak. Ia membuang wajahnya ke arah lain. Semoga saja Tobias tidak menyadari bahwa Hana sedang salah tingkah saat ini. "Udah siap, Yas." Tobias mengalihkan pandangannya dari Hana. Jojo menyodorkan cermin di depannya. Dirasa sudah kembali rapi, Tobias baru melepaskan tangan Hana. Ia kemudian berdiri. Lebih baik ia menunggu di depan sana. Ia tidak mau mengambil resiko lagi. "Gue temenin, Yas," ucap Gani sambil mengikuti Tobias. "Gue ikut," kata Jojo. "Lo diem di sini sama kita, Han," peringat Vino. "Iya, dih, siapa juga yang mau ngikutin Tobias." Hana menyandarkan punggungnya. Acara sudah dimulai, pembawa acara memperkenalkan juri yang akan memberikan penilaian pada pemilihan duta sekolah tahun ini. "Tobias dapet urutan ke lima." Hana dapat mendengar percakapan Intan dan Dira. Peserta pertama berasal dari sebelas IPA B. Bakat yang ditampilkan dari perwakilan IPA B adalah permainan piano yang diberi waktu tiga menit. Tepukan tangan riuh saat permainan piano itu selesai. Hana tak kalah heboh. Ia bahkan sampai berdiri. "Gila keren banget. Fix menangin yang itu." Seruan Hana jelas membuat teman-teman sekelasnya kini menatapnya tajam. Peserta selanjutnya dari IPS A. Seorang perempuan menggunakan baju karate bersabuk hitam. Ketika murid dari IPS A bertepuk tangan memberi semangat Hana pun ikut bertepuk tangan. "Wahh, ini sih yang menang IPS A, fix sih ini," komentar Hana lagi. "Han, mending lo balik ke kelas lagi deh." Sonia melipat kedua tangannya di d**a. "Apasih julid dih. Pada julid sama gue." "Mau diem atau kita tarik lo keluar?" kali ini Windi bersuara. Waktu tiga menit yang dimiliki IPS A sudah berakhir. Seperti halnya peserta sebelumnya yang mendapat tepukan dari teman-temannya. Saat anak-anak dari IPS A bersorak, Hana pun ikut berseru melontarkan kalimat semangat. Sikap Hana tidak cuma membuat teman-temannya bingung bahkan dari kelas lain pun sama bingungnya. Saat giliran Tobias yang tampil. Ketika teman-temannya menyerukan kalimat semangat, Hana justru melakukan yang sebaliknya. "Huuu, nggak usah tampil aja si. Keliatan gugup itu." Sontak teman-temannya menghujani tatapan tajam kepada Hana. "Hana nggak bisa dibiarin sih ini. Kick dia dari grup kelas," kata Randi. "Ah iya bener kick dari grup kelas. Hana pembelot," tambah Intan. Setelah melihat Tobias tampil dengan vidio permainan volinya. Teman-temannya kompak bertepuk tangan. "Uuu! Se-be-las IPA F bisa bisa!" sorak teman-teman Hana. "Ah, nggak cocok dia. Harusnya kalah nggak sih," celetuk Hana. Dira melirik tajam ke arah Hana. Hal yang baru pertama kalinya Hana rasakan. "Tan, kick username Hana Lovira dari grup kelas kita." "Siap, Bos!" Intan mengambil ponselnya dari saku. Awalnya Hana berpikir itu hanya candaan belaka. Namun, saat ia mencoba mengeceknya. "Sialan, gue bener dikick!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD