BRAK "Kurang ajar!" pekik Daniel setelah menggebrak meja. Kertas dalam genggamannya sudah lecek ulah cengkraman tangannya sendiri. Seolah segala bentuk kemarahannya ia salurkan ke sana. "Berani-beraninya mereka memalsukan aktivitas ekspor dan keluhan klien selama berbulan-bulan!" "Sial! Bagaimana aku harus menangani hal ini?!" keluhnya frustasi sambil menjambak rambut. "A-apa separah itu dampaknya terhadap perusahaan kita?" sahut Alarie yang sejak tadi menyaksikan kemarahan Daniel. "Tck! Kamu diam saja! Tidak usah melakukan apapun!" Kening Alarie berkerut. Selama ini ia haus akan pujian. Membuatnya ingin melakukan sesuatu yang luar biasa supaya mendapat kepercayaan dari Daniel. Namun, tak jarang ia gagal dan memperkeruh keadaan. Sejatinya Alarie yang tidak mau disalahkan. Kadang ia