Awal Kehancuran
Hari pernikahan.
Gemerlap lampu hias dekorasi masih mentereng menghiasi ballroom sebuah hotel ternama.
Jajaran makanan ringan hingga berat tersaji pada masing-masing meja. Alunan jazz lembut melengkapi suasana malam.
Wedding Organizer masih dengan stamina terjaga menyambut para tamu yang terus berdatangan. Ini adalah acara super megah yang dilangsungkan dalam pernikahan putri tunggal meraka, Starla Faranggis.
"Oh My God, Honey. Your look so beautifull. Apa kamu benar-benar Starla kecil kami?" guyon seorang paruh baya.
"Tentu saja Tante. Aku Starla kecil mu yang dulu suka menyiksa ikan-ikan kesayangan Om David."
"Hahaha. Benar-benar," peluk paruh baya itu erat.
"Bagaimana kabar Om David? Aku tidak melihatnya," Starla mencari ke segala arah.
"Maaf honey, David ada keperluan bisnis di Swiss. Dia akan kembali lusa. Seharusnya tanda tangan kerjasama sudah terjalin dari jauh hari. Tapi, tiba-tiba keadaan koleganya memburuk sedangkan ada beberapa hal yang masih harus diurus," hela nafas wanita paruh baya itu.
"Hemm, aku kira Om David masih marah dengan Arwana Platinum yang ku buat mati dulu."
"Haha. Mana mungkin honey. David hanya mendumel beberapa hari saja. Setelah itu dia ikut acara lelang yang diselenggarakan komunutas pecinta ikan lalu mendapat pengganti yang baru. Kamu tidak perlu khawatir."
"Wah, aku semakin merasa berdosa. Sepertinya aku harus menggantinya nanti," sesal Starla.
"Tidak perlu sayang. Tindakan mu itu sudah benar. Sekarang justru tante yang ingin membunuh ikan pelakor itu. Bisa-bisanya David lebih sering ngobrol dengan ikan ketimbang tante," dengus paruh baya itu.
Gelak tawa terdengar memenuhi ballroom malam itu. Orang paling bahagia adalah Starla. Setelah banyak melewati ujian akhirnya ia bisa menikah dengan Daniel. Pujaan hatinya.
"Oh ya, di mana Daniel? Tante ingin bicara padanya," cari tante itu. Menengok ke segala arah.
"Hemm, sepertinya tadi aku melihat dia sedang mengobrol dengan Pak Ginanjar di sana."
"Astaga, itu Pak Ginanjar? Bakal calon Gubernur itu?"
"Hum, Tante ngobrol saja dulu dengan beliau. Aku tahu Tante fans beratnya kan?" kerling Starla.
Starla menyisir ke segala arah. Tak ditemui. Ia memilih berganti lokasi. Mungkin Daniel sedang istirahat di ruang tunggu.
Sapaan orang terpaksa Starla tanggapi singkat. Mengingat ia peran utama pada malam hari ini. Tidak mungkin ia mengabaikan begitu saja.
Setelah memasuki ruang tunggu. Ia tidak mendapatkan Daniel. Hilang kemana dia di saat acara penting seperti ini?
Helaan nafas terdengar berat, "kamu kemana sih?"
Ia mencoba men-dial nomor Daniel. Namun hanya suara dering tanpa jawaban.
Starla membulatkan tekad. Ia mencari Daniel kembali. Langkahnya berakhir di ruang tunggu ini.
Ia berhenti sejenak. Mensahut mineral di nakas dan meneguknya. Memakai hills untuk mencari orang itu benar-benar tidak rekomended. Apalagi kebaya dengan banyak payet seperti ini. Rasanya Starla ingin menyerah saja.
Kursi itu ditarik. Sebentar saja, Starla ingin duduk setelah dari tadi menanggapi banyaknya tamu.
"Kamu kemana sih?!" keluhnya kesal. Ia membuka layar handphone kembali dan dering pun terdengar lagi.
Hanya saja, kali ini kenapa dering itu terasa dekat? Starla hendak menuju ke sumber suara yang letaknya berada di luar pintu. Namun, alih-alih bertemu tatap, Starla justru memilih bersembunyi.
Entahlah, Starla juga tidak tahu kenapa tubuhnya reflek melakukan itu. Ia juga sadar, dirinya bukan anak kecil yang suka mengagetkan orang.
Ada alasan mengapa instingnya reflek memerintahkan bersembunyi. Ya! Karena suaminya--Adiputra Daniel tidak datang seorang diri!
Starla bukanlah wanita yang punya sifat cemburuan. Ia bisa berfikir logis dan membedakan mana perasaan pribadi dan mana urusan publik.
Namun, kali ini berbeda!
Ruang tunggu ini adalah tempat privasi khusus pengantin. Jika bukan MUA tidak ada yang boleh masuk kemari.
Tapi Daniel?
Ia membawa seseorang yang jelas-jelas bukan MUA. Terlebih Starla kenal wanita yang tengah bergelayut manja di tangan suaminya.
"Congratulation honey. You are the best actor. I proud of you!" cuit wanita itu dengan nada berayun seakan mampu menumbangkan para pejantan hidung belang.
Suara wanita itu bergaung mengisi ruangan sunyi berpendar cahaya minim. Starla bersembunyi di balik sofa menutup rapat-rapat mulutnya.
Nafasnya tercekat ketika menyadari suara wanita berayun manja pada laki-laki yang baru saja mengikrarkan ijab kobul dengannya adalah suara Alarie, sahabatnya!
"Hah! Perjalanan ini sangat panjang. Susah banget meyakinkan Starla untuk menikah," keluh Daniel.
"Itu karena Starla memang plin-plan. Kita yang paling tau sifatnya sejauh ini. Menyusahkan orang saja! Sudahlah sayang, yang penting rencana kita sudah berjalan. Sekarang tinggal menyingkirkan wanita itu dan kamu akan memiliki semuanya."
DEG!
Apa maksudnya ini? Menyingkirkan?
"Pelankan suara mu! Aku tidak mau ambil resiko seseorang mendengar."
"Ruang ini kedap suara. Kita tidak perlu khawatir." Alarie melirik nakal, menyisir seluruh tubuh Daniel dari atas ke bawah. "Bahkan jika kita 'melakukannya' tidak akan ada orang yang tahu."
Hal itu membuat Daniel tersenyum nakal. Ia menyeringai kemudian mendudukkan diri ke sofa tunggal di dekat sana.
"Kalau begitu, hibur aku. Aku benar-benar lelah hari ini," ucapnya sembari membuka lebar kedua kakinya.
Mereka melakukan hal b***t itu. Tanpa perasaan bersalah. Mengingat satu wanita yang telah mereka khianati. Terlebih lagi, bagi Starla. Dua orang itu adalah kepercayaannya setelah Papanya meninggal. Siapa yang menyangka. Buah kepercayaannya dihadiahi pengkhianatan. Menciptakan dendam yang tanpa mereka sadari akan menjadi bibit penghancur di masa depan.
"Ugh! Cukup!" cegah Daniel. Ia mendorong kepala Alarie menjauh dan merapikan kembali pakaian.
Puncak kep*asan telah ia dapatkan. Ia baru ingat tadi ponselnya berdering. Tertera nama Starla di layar. "Sepertinya Starla mencari ku," ucap Daniel. Wajahnya disinari terang cahaya ponsel. "Aku harus ke ballroom," lanjutnya.
"Tinggal-lah sebentar lagi. Ya?" mohon Alarie memelas.
"Ayolah baby, aku tidak mau buat Starla membenci ku di hari bahagianya."
"Tapi, ini hari terberat untuk ku. Kita sudah pacaran diam-diam sejak kuliah. Selama ini aku tidak pernah mengeluh kamu dan Starla kencan."
"Tapi hari ini..., lelaki ku baru saja ngucapin ikrar pernikahan di depan ku. Ini menjadi hari terburuk seumur hidup! Aku cuma minta beberapa menit dari mu. Tidak bisa?" ucap Alarie cemberut.
"Baby, kamu yang paling tahu posisi ku. Ayolah, bukannya ini demi kita? Aku juga berat meninggalkan mu."
"Baiklah, tapi aku punya syarat!"
"Apa?"
"Janji untuk tidak tidur dengan Starla!"
"Baby, kita sudah bahas ini berulang kali. Starla akan curiga kalau aku tidak menyentuhnya."
Melihat Alarie berlinang air mata membuat Daniel luluh. Dia memeluk wanita itu, "maaf baby, ini juga demi masa depan kita."
"Kalau gitu janji! Kamu tidak akan punya keturunan dengannya!"
Daniel tidak bergeming. Cukup berat memenuhi janji itu mengingat sorotan media terarah padanya.
"Ya, aku janji," dustanya kemudian.
Mereka saling berpelukan sebelum keluar bergantian. Di dahului oleh Alarie kemudian Daniel.