BAB 9

697 Words
“Apa yang kamu lakukan pada adikku?” Rangga begitu murka, dengan kuat ia mencengkeram rahang istrinya. “Lepaskan! Kamu seharusnya tahu, adikmu itu sudah kurang ajar. Dia juga memfitnahku. Apa masih pantas aku biarkan? Yang ada dia semakin berani,” sahut Mita menatap tajam wajah suaminya tanpa rasa takut. Suami yang selalu menyalahkan dirinya, dan membela adiknya. “Kamu itu lebih tua harus bisa memakluminya. Sejak kapan kamu berani main kasar pada adikku? Kurang ajar!” Lagi dan lagi untuk ke sekian kalinya, Rangga menampar dan mendorong tubuh Mita hingga terhempas kuat di atas ranjang. “Suatu hari nanti, setelah adikmu menikah, jangan pernah salahkan keluarga suaminya, jika mereka berlaku kasar pada adikmu. Itu semua hukum karma karena perbuatannya padaku selama ini. Aku bersumpah, rasa sakit hatiku akan terbalaskan dengan tuntas.” “Jaga ucapanmu Mita! Berani kamu mengucap sumpah serapan untuk adikku? Kalau sampai terjadi apa-apa sama adikku, kamu akan tahu akibatnya.” “Lihat saja Mas! Balasan Tuhan tidak pernah mengecewakan.” ***** “Mas Sinta mau ngomong serius. Sinta mohon jangan marah ya, Mas,” ucap Sinta pada Rangga saat mereka hanya berdua di rumah. “Mau ngomong apa Sin? Ngomong aja sekarang!” “Aku hamil Mas,” ucap Sinta lirih namun mampu membuat Rangga terperangah kaget. “Siapa yang menghamili kamu? Ceroboh sekali kamu Sinta. Bikin malu saja. Kalau bapak sampai tahu, habis kamu Sinta.” “Aku tidak sengaja Mas. Kita sama-sama tidak sengaja,” sahut Sinta sembari menangis. “Tidak sengaja Bagaimana maksudmu? Bikin malu saja!” “Suruh laki-laki b******k yang sudah berani menghamilimu kesini! Suruh dia kesini bawa orang tuanya! Jangan bertanya, lakukan sekarang, apa yang Mas perinthkan.” Untuk pertama kalinya Rangga berbicara kasar pada adik kesayangannya itu. Dengan tangan gemetar dan air mata yang terus mengalir, Sinta mengirim pesan pada Aldo kekasihnya. ****** “Mas jangan marah-marah! Adik Mas tidak terpaksa kok melakukannya. Dia justru ketagihan, makanya sampai hamil.” “Berani kamu merendahkan adikku hah? Jangan kurang ajar!” “Anak saya hamil. Saya minta kamu bertanggung jawab,” kini bapaknya Sinta pun turut bersuara. “Tidak bisa begitu Aldo. Mama sudah menjodohkan kamu sama Santi,” Ibu Aldo merasa keberatan jika anaknya menikah dengan yang lain. “Ibu ini tidak punya hati, ya? Lihat adik saya tengah hamil dengan anak Ibu! Ibu bisa-bisanya menjodohkan anak Ibu dengan perempuan lain,” sentak Rangga. “Jangan bentak-bentak dong! Saya ini lebih tua dari kamu.” Sinta hanya tertunduk. Ia malu sekaligus takut pada orang tua kekasihnya. “Biarkan kami berunding dulu sebentar di luar, nanti kami beri jawabannya,” ucap bu Ati. Setelah berapa menit mereka mengobrol berdua di luar rumah, kini mereka sudah masuk kembali. “Saya bersedia menikahi Sinta,” ucap Aldo lantang membuat Sinta kembali mendongak. Ia menatap lega pada sosok kekasihnya yang mau bertanggung jawab atas kehamilannya. “Baik, secepatnya kita akan adakan syukuran pernikahan Sinta juga Aldo. Setelah menikah Sinta harus tinggal bersama kami,” ucap bu Ati ibunya Aldo. “Tidak bisa. Sinta akan tetap di sini,” sahut Rangga. “Sudah seharusnya seorang istri ikut dengan suaminya. Jika kalian keberatan, kita bisa membatalkan pernikahan ini,” ancam Bu Ati. “Sudah Rangga, biarkan saja adikmu ikut dengan suaminya.” “Tapi Pak, siapa yang akan mengurus Ibu?” “Apa gunanya istrimu itu?” ***** Dengan acara yang sangat sederhana pernikahan kedua muda mudi itu berlangsung. Tidak banyak yang hadir, hanya beberapa tetangga dan kedua pihak keluarga. Sinta tampak bahagia di hari pernikahannya. Namun tidak pada keluarga Aldo, mereka memiliki rencana lain dari pernikahan ini. Mita yang sedari tadi sibuk mengurus Rival, dan ibu mertuanya, sehingga ia baru bisa keluar kamar menemui para tamu dan juga keluarga Sinta setelah ijab kabul selesai. "Loh Mita, ‘kan?" "O jadi ini keluarga suaminya Mita yang sudah membuat Mita tertekan dan tidak bahagia? "Iya, Tante Ati. Ini saya, " rupanya Mita dan mamanya Aldo susah saling mengenal. Tampak raut ke tidak sukaan di wajah Sinta, saat ibu mertuanya memeluk Mita. Ia tidak suka kedekatan di antara mereka. "Tenang Mita! Tante akan membuat adik iparmu yang jahat ini merasakan seperti yang kamu rasakan selama ini," ucap bu Ati Lirih sembari melepaskan pelukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD