Episode 05 : Aku Yang Tak Lagi Terlihat

2087 Words
Entah mengapa rasanya baik Zaitunna dan Ruhlji seolah menemukan pertemanan yang tidak mereka dapatkan selama ini, di saat keduanya sibuk dengan obrolan yang asik di lain sisi ada Rulhan yang sedang menatap keluar jendela dengan pandangan sendu. Dulu ia pernah berada di posisi Zaitunna dan siswa itu, tertawa dengan riang lalu mengobrolkan banyak hal seakan-akan tidak ada hari esok dan sayangnya hari seperti itu sudah sirna hanya menyisakan perasaan terombang-ambing yang menyakitkan. "Entah kenapa rasanya seperti baru kemarin aku pernah berada di posisi mereka lalu sekarang? Aku hanyalah sosok yang berbeda ... kini aku yang tak lagi terlihat bisa apa? Aku yang hanya menjadi sosok tak bertujuan seperti gak pantas ada di sini ya? Kasihan sekali kamu ya! Hidup tidak di anggap bahkan setelah tidak hidup juga tidak ada yang berubah," gumam Rulhan datar. Rasanya ada sebagian hatinya yang mengeluh banyak hal, tetapi Rulhan sadar jika selama ini dirinya selalu saja mengeluh dan tak menghargai banyak kejadian. Mungkin semesta ingin membuat Rulhan melihat hal yang dulu tidak pernah ia lihat. "Mau mengeluh apalagi, Rulhan? Bukankah selama kamu hidup dirimu sudah sering mengeluh makanya sekarang semesta membuatmu begini? Bahkan semesta juga ingin aku melihat hal yang gak pernah aku liat apalagi aku bayangkan! Agak miris ya rasanya ...," lirih Rulhan sendu. Pemuda itu menarik nafasnya dalam seakan-akan ia sedang mengumpulkan keikhlasan dan juga kekuatannya menjalani hal yang sudah terjadi pada dirinya sebab tak ada gunanya Rulhan meratapi hidupnya secara terus-menerus seperti ini. "Udahlah, Rul ... kalau memang jalan yang harus di lalui seperti ini ya sudah jalani saja! Ikhlaskan saja semuanya walaupun berat! Toh gak ada gunanya meratapi hidup terus-menerus ... ayok bangkit! Ayok cari solusi agar semua hal ini bisa melepasmu untuk pulang," ujar Rulhan yakin. Mendengar ucapan sosok yang terlihat emosinya tidak stabil membuat Zaitunna mengingatkan arwah itu untuk jangan bersikap seenaknya saja sebab gadis itu khawatir jika energi Rulhan di manfaatkan oleh mahluk lainnya. "Mempertanyakan perihal hidup gak salah ... hanya saja kamu jangan bersikap seenaknya sebab aku khawatirkan jika energimu malah di gunakan oleh mahluk lainnya! Redakan amarahmu dan kendalikan dirimu sendiri ya! Jangan biarkan kamu menyesal nantinya," ucap Zaitunna serius. Sontak saja Ruhlji ikut melihat ke arah yang di lihat Zaitunna saat gadis itu mengatakan hal yang terasa tak biasa, tetapi juga membuat Ruhlji merinding saat mendengarnya. Sadar jika ucapan yang di katakannya terdengar aneh membuat gadis itu menjelaskan sebisanya saja, sebab ia juga mengerti jika tidak semua orang mengerti akan dirinya. "Energi? Mahluk lain? Kendalikan dirimu? Kamu sedang berbicara dengan siapa, Zai? Apakah ada sesuatu yang bisa kamu jelaskan padaku? Jujur aku gak ngerti loh, ada apa di sana Zai? Hantukah?" tanya Ruhlji bingung. "Bisa di bilang begitu hanya saja dia tak bermaksud gak baik dan dia membutuhkan bantuanku jadi kamu tidak perlu takut! Dia tidak akan bisa menyakitimu kok Ruhlji," tutur Zaitunna serius. Mata gadis itu terlihat begitu serius dan tidak ada kebohongan yang terpancar dari sana hingga dengan santainya Ruhlji mempercayai saja hal yang tidak bisa dirinya lihat sedangkan Zatunna yang mengerti jika pemuda itu pasti sulit memahami ucapannya membuatnya menenangkan pemuda itu. "Begitukah? Syukurlah kalau dia gak bermaksud tidak baik ... kalau memang kamu bilang seperti itu ya gak apa-apa! Aku jadi tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu bukan? Karena ucapanmu aku jadi merasa tenang dan tidak setakut biasanya loh Zai," ucap Ruhlji santai. "Wajar karena sebenarnya ketakutan itu di kendalikan oleh pikiranmu sendiri, Ruhlji ... contoh kamu lihat film hantu maka kamu akan takut jika itu kamu ingat dalam otak dan kalau kamu berpikir itu bukan apa-apa ya tidak akan menjadi apa-apa juga! Syukurlah kalau kamu tidak takut itu artinya kamu berhasil mengendalikan dirimu sendiri," sahut Zaitunna lembut. Menurut gadis itu dunia memang seperti ini cara kerjanya dan ia sendiri tidak pernah memaksa orang lain untuk mempercayai apa yang ia percayai karena menurutnya kepercayaan itu dari hati bukan dari apa kata orang. "Ketakutan, kepercayaan dan banyak hal yang terjadi memang seperti itu cara kerjanya, tapi buat aku ... Ruhlji tidak perlu percaya jika tidak ingin percaya karena kepercayaan itu terjadi dari hatimu sendiri bukan dari kata orang lain! Sesimpel itu hidup bekerja hanya saja kadang akal kita yang mempersulit segalanya," tutur Zaitunna santai. Lagi dan lagi Ruhji maupun Rulhan mendengar hal yang luar biasa dari seseorang yang tidak pernah mereka sangka-sangka sementara Zaitunna justru telah menyelesaikan catatannya dan gadis itu mulai menyantap selembar roti dan seteguk air mineral di botol plastiknya. Untuk beberapa orang termaksud Ruhlji yang melihat gadis itu hanya menyantap makanan ini tentu saja membuatnya khawatir sekaligus merasa iba sedangkan gadis itu hanya memakan bekalnya santai seolah bukan masalah besar. "Bekal Zai ... hanya roti dan air? Beneran? Apa perutmu akan baik-baik saja? Tidakkah kamu ingin memakan sesuatu Zai? Kamu tidak boleh hanya memakan itu saja," gumam Ruhlji sendu. "Tentu saja, emangnya kenapa? Aku memakan bekalku? Aku tidak mencuri makanan orang lain dan aku percaya bahwa perutku akan baik-baik saja jadi jangan terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu Ruhlji! Kamu harus menghargai apapun yang kamu miliki walaupun menurut orang lain itu hanya sedikit tapi jangan lupa bersyukur juga loh," sahut Zaitunna santai. Mendengar ucapan sederhana Zaitunna seolah-olah menarik Rulhan pada ingatannya dengan Aiko yang tidak pernah menghargai setiap usaha yang ia lakukan untuknya padahal Rulhan sudah melakukan semua hal yang ia bisa. [ Ingatan Rulhan ketika bersama Aiko ] Hari itu mungkin memang bukan hari terbaik yang di rasakan oleh Rulhan, langit mendung dan gadis yang ia cintai justru datang terlambat lebih 1 jam dari waktu janjian mereka. Tidakkah ia harusnya pergi saja dari tempat ini, tetapi Rulhan percaya penantiannya tidak akan sia-sia. "Tenang, Rul ... tenang! Mungkin Aiko sedang dalam perjalanan atau sedang terjebak macet? Sudah tidak usah berpikir aneh-aneh lebih baik kamu tunggu saja toh di dunia ini tidak ada usaha yang sia-sia bukan! Udahlah gak usah mengkhawatirkan hal yang tidak perlu begini Rulhan," gumam Rulhan tegar. Beruntunglah semesta tidak sedang bercanda dengan dirinya sebab akhirnya Aiko datang juga ke taman walaupun Rulhan harus menunggu lebih lama dari biasanya setidaknya usaha yang ia lakukan membuahkan hasil meski wajah Aiko terlihat agak kesal padanya. "Hai sayang, selamat untuk peringkat yang kamu dapat ya sayang! Aku turut bahagia untuk hal yang kamu raih dengan kerja kerasmu! Mau aku belikan minuman dingin? Apakah ada hal yang terjadi ya? Kenapa wajahmu terlihat seperti kesal begitu, sayang?" sapa Rulhan lembut. "Menurutmu saja bagaimana? Aku baru balik les terus masih ada urusan eh kamu minta aku datang ke taman begini? Gimana aku gak kesal coba? Bisa gak sih kamu tuh gak absurd begini? Kamu pikir aku tuh senggang banget ya sampe kamu bisa ngawur begini ya?!" sahut Aiko kesal. Mungkin ucapan Aiko hanya sedikit yang terdengar oleh Rulhan, tetapi hatinya tetap saja terasa berdenyut perih dan sebisa mungkin pemuda itu tetap mempertahankan senyuman dan menarik nafasnya dalam agar dirinya tetap sabar di saat seperti ini. "Maaf kalau apa yang aku lakukan malah gak bisa menghiburmu, sayang ... aku hanya ingin kita tidak kehilangan satu sama lain aja kok! Kamu boleh sibuk, kamu boleh berprestasi dalam bidang apapun hanya saja jangan lupakan aku yang selalu mendukungmu," ucap Rulhan lembut. Sayangnya Aiko benar-benar tidak ingin berlama-lama di tempat ini, entah apa yang di inginkan gadis itu sayangnya Rulhan bisa melihat jika Aiko tidak suka dengan usaha Rulhan yang benar-benar tulus pada gadis itu. "Baiklah, baik! Anggap saja aku gak lupa semua hal yang kamu berikan untuk aku terus apa aku layak di ajak bertemu di taman yang sederhana ini? Kamu gak ingin memberikan hal yang lebih dari dukungan dan omongan gak jelas ini? Gak adakah hal lain buat aku gitu Rul," ujar Aiko datar. "Sebenarnya dia ini bicara apa? Aku tau apa yang aku berikan mungkin gak berharga di matanya, tapi apa aku salah ya? Semua yang aku berikan ya karena aku tulus lalu apa yang kurang lagi? Apakah semua hal yang aku kasih itu gak pernah berharga di matanya ya," batin Rulhan sendu. Melihat ekspresi kekasihnya yang terlihat ingin mengatakan sesuatu membuat Aiko meminta pemuda untuk bergegas mengatakan keinginannya karena Aiko masih ada urusan lagi dan mau tidak mau Rulhan langsung memberikan buket bunga yang pernah di inginkan kekasihnya. "Bahkan ucapan aku gak di jawab ya? Yaudahlah kamu mau ngomong apa? Gak usah begini kalau emang ada yang mau kamu omongin sama aku mending langsung bilang aja! Abis dari sini aku masih ada urusan lagi jadi kamu jangan buang-buang waktu aku deh," ucap Aiko dingin. "Untuk keberhasilan kamu aku beliin buket bunga yang waktu itu kamu bilang pengen banget aku beliin, nih! Maaf karena baru sekarang aku berikannya ya sayang! Semoga kamu suka dan terima kasih karena mau datang ke taman ini ya sayang! Sukses terus ya," tutur Rulhan lembut. Butuh beberapa menit untuk gadis itu menerima bunga yang kini sudah tidak di inginkannya tak hanya sampai di sana saja bahkan Aiko membandingkan pemberian kekasih orang lain dengan Rulhan yang hanya memberikannya bunga seperti ini. "Hanya ini? Kamu minta aku ke sini cuma buat bunga ini aja? Ya allah Rul! Pacar temen aku bisa ngasih bunga begini tiap hari dan hadiah yang mereka dapat juga lebih bagus loh! Terus setelah jauh-jauh aku ke sini cuma ini aja gitu? Hebat juga ya kamu ngasih ke akunya Rul?! Di luar ekspetasi banget loh," ujar Aiko datar. Detik itu juga Rulhan membalikkan tubuhnya dan ia meminta maaf karena apa yang dirinya beri tidak pernah cukup di mata gadis itu, lalu tanpa menunggu sahutan apapun pemuda itu pergi dengan hati hancur berantakan dan suara yang terasa begitu tercekat. "Jadi begitu ya ... apapun yang gue kasih gak bernilai ya? Yaudah deh, maaf ... maaf karena bikin kamu repot! Maaf karena hadiahku cuma bunga sekarang kamu bisa pergi kemanapun kamu mau dan sekali lagi aku minta maaf karena gak bisa ngasih seperti pacar temen kamu sayang maaf ya aku payah begini," ucap Rulhan dingin. [ Kembali ke saat Rulhan mendengar Zaitunna dan Ruhlji mengobrol ] Suara bel masuk terdengar begitu nyaring membuat Rulhji bergegas kembali ke kelasnya dan Zaitunna hendak menanyakan apa yang di pikirkan Rulhan sampai ia terlihat muram begitu, tapi belum sempat Zaitunna menyelesaikan ucapannya pemuda itu sudah pergi saja. "Gue balik ke kelas gue dulu ya, Zai! Semangat belajarnya! Mulai besok gue akan sering main ke kelas lu deh! Bye sohib terbaik gue Zaitunna," ujar Ruhlji santai. "Iya Ruhlji hati-hati ... eh Rulhan lu kenapa? Perasaan tadi lu baik-baik aja terus kenapa malah jadi muram begini? Apa ada sesuatu yang terjadi ya? Sebenarnya apa yang lu pikirin sampe lu begini? Mau cerita ke gue atau gimana ...," tanya Zaitunna terhenti. Kepergian Rulhan membuat Zaitunna sedikit bingung karena seingatnya tadi pemuda itu masih baik-baik saja sedangkan Rulhan yang merasa ingin sendiri memilih mencari ketenangannya sendiri, sayangnya ia justru berpapasan dengan Aiko dan Aimee yang tidak melihat dirinya. "Entah takdir yang terlalu baik sama gue atau emang gue yang gak pernah terlihat sama lu, Aiko? Sepertinya emang gue yang tak terlihat sejak awal ya? Harusnya sejak awal gue gak perlu jatuh hati sama orang yang gak pernah menghargai perasaan gue ya? Miris," gumam Rulhan sendu. Di saat pemuda itu mengatakan hal yang tidak bisa di dengar oleh Aiko, gadis itu justru merasa merinding karena seperti mendengar sesuatu yang terasa samar dan ketika Aiko melihat ke sekelilingnya ia justru tidak melihat siapapun selain Aimee. "Hah? Apa itu tadi? Lu tadi ngomong sesuatu sama gue, Aimee?" ucap Aiko bingung. Aimee yang melihat sikap aneh dari kembarannya membuat gadis itu menanyakan apa yang terjadi pada Aiko sebab baru kali ini Aimee melihat Aiko seperti ini sementara orang yang di tanya memilih tidak ingin membahas apapun untuk saat ini. "Lah kapan? Gue lagi balas chat, gak ngomong sama lu kok! Ada apa sih? Tumben banget lu begini? Lu abis denger apaan emangnya, Aiko?" tanya Aimee serius. "Gitu ya, mungkin gue salah denger aja kali ya? Udah gak usah di bahas mending lanjut lagi aja kayaknya gue kelelahan aja makanya ngawur begini dah ya," sahut Aiko datar. Merasa tak ada gunanya berdebat dengan Aiko hari membuat Aimee mengiyakan saja ucapan kembarannya sedangkan Rulhan yang melihat Aiko berbeda dari gadis yang ia kenal seketika semakin membuat Rulhan merasakan sakit dan sedih di saat bersamaan. "Semudah itu lu melupakan kebersamaan gue? Dulu lu selalu bilang kalau semua hal yang ada di gue itu pasti bisa lu tau sekarang gue malah ngerasa gak kenal sama diri lu yang sekarang Ai! Lu terasa menjadi sosok lain yang baru gue sadarin ... parahnya lagi gue gak bisa melupakan setiap kenangan kita! Gue masih mencintai lu dan rsanya kayak sakit banget, kecewa, hancur pula cuma yaudahlah! Ikhlasin aja Rul," lirih Rulhan sedih. | Bersambung |
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD