Episode 04 : Hal Yang Biasa

2014 Words
Zaitunna menghela nafasnya lelah akibat ia mendengar ucapan konyol kedua mahluk yang entah sejak kapan menjadi menyebalkan dan tanpa sadar gadis itu memarahi mereka di depan kakak kelasnya yang menatap Zaitunna dengan pandangan sinis. "Kalian berdua ini berisik sekali!! Bisa berhenti mengurusi hal apa yang aku lakukan gak sih?! Memang kenapa kalau aku melawan orang yang menganggap aku rendah? Apakah aku tidak boleh membuat mereka mengerti kalau aku juga bisa marah!! Apakah diamnya orang sabar itu di anggap selemah itu oleh orang berbudi baik seperti mereka ini hah!!!" omel Zaitunna kesal. Mendengar ucapan lantang dan serius dari orang yang sering di kenal diam seperti Zaitunna seketika membuat Aimee dan Aiko seperti kehilangan kata-katanya sedangkan Rulhan yang tak menyangka jika kekasihnya seperti ini membuatnya tanpa sadar menggumamkan hal yang cukup mengejutkan. "Aiko Annora Asahy ... ternyata tanpa sepengetahuan aku, kamu begini sayang? Kenapa kamu tega menyakiti orang lain? Bukankah kamu gadis paling lembut yang aku kenal? Lantas mengapa hari ini aku melihat sosok lain yang sangat bukan kamu," gumam Rulhan tak percaya. Dalam diam Zaituna seolah-olah tak membayangkan jika Aiko dan Rulhan adalah sepasang kekasih, tetapi tidak lama Aiko dan Aimee justru pergi begitu saja seolah-olah mereka tidak berbicara dengan Zaitunna. "Hah? Sayang? Ini gak salah dengar ya aku? Saking kurang updatenya aku atau emang mereka berdua jarang keliatan ya? Aku gak pernah membayangkan kalo kak Rulhan sama kak Aiko itu pacaran? Eh seriusan ini tuh?? Tapi kok bisa? Gimana ceritanya dah ya?" batin Zaitunna terkejut. Sementara Rulhan yang baru pertama kali melihat sikap kekasihnya begini di tambah gadis yang kini sedang berpikir terlihat biasa saja membuat pemuda itu sontak saja menanyakan hal apa yang sebenarnya Zaitunna pikirkan. "Biasanya Aiko gak pernah gitu loh ... eh bentar! Kenapa Zai kayal biasa aja? Kamu gak apa-apa? Atau gimana sih? Asli situasi sekolah ini jadi asing setelah aku tiada? Apa akunya aja ya yang kurang peka? Eh gimana sih? Ada yang bisa tolong jelasin ini gak?" tanya Rulhan tidak mengerti. Pertanyaan dari sosok yang kini menatapnya lekat membuat Zaitunna menaikkan alisnya sebab ia juga tidak paham kenapa orang-orang menjauhinya hanya karena ia bisa melihat arwah dan Fajn yang tak ingin melihat nonanya sedih membuat sosok pelindung itu segera mengingatkan Rulhan jika pertanyaan seperti itu tidak perlu di tanyakan. "Dia gak begitu? Dia sering memandang orang lain tidak sebanding dengan dirinya dan aku juga gak ngerti kenapa orang-orang menjauh dari aku dan mau gimana lagi? Mau nangis di depan mereka gak akan membuat mereka berhenti memandang aku rendah bukan? Aku perlu tegar dan terlihat biasa hanya demi melindungi diriku sendiri," gumam Zaitunna bingung. "Sudahlah! Tidak perlu membahas hal tidak jelas begitu sebab pertanyaan yang seperti itu tidak seharusnya di tanyakan di saat seperti ini! Kita tidak bisa mengendalikan orang yang gak suka sama kita! Dan orang akan selalu memiliki alasan untuk tidak suka sama kita," ujar Fajn serius. Mendengar ucapan Fajn seketika membuat Rulhan terdiam sementara Zaitunna yang merasa hal ini bukan masalah hanya menyahutinya santai dan mau bagaimanapun juga dia tetap harus menerima hukuman ini dengan ikhlas. "Gak salah juga sih, Fajn ... gak semua orang ngerti jadi aku dan wajar aja kalau Rulhan nanya ya karena dia gak tau! Toh bukan masalah besar kok! Apapun pandangan orang ke aku tetep aja aku harus nerima semua hukuman dengan ikhlas jadi yaudah aja Fajn ...," ucap Zaitunna santai. Melihat gadis tak bersalah itu membuat Rulhan merasa iba dan ia hendak menghibur Zaitunna, tetapi suara bel sudah lebih dulu terdengar dan segerombolan orang pergi begitu ke kantin kecuali seorang gadis yang di kenal membenci Zaitunna. "Untuk yang sudah terjadi sebaiknya tidak perlu di pikirkan dan akan lebih baik lagi kalau kamu memilih untuk mengalihkan fokus kamu contohnya ...," ujar Rulhan terhenti. "Duh, Zai ... Zai! Dari dulu lu emang gak berubah ya? Selalu aja di hukum dan di benci orang dan emang cocok sih sama cewek aneh kayak lu ini! So, nikmatin aja ya hukuman lu toh lu berdiri di sini gak sendirian kan? Enjoy ya nulis catatan di papannya Zaitunna si aneh," sindir Berly datar. Sayangnya hal seperti ini adalah hal yang biasa untuk Zaitunna hadapi toh Berly memang paling senang melihatnya menderita entah apa masalahnya padahal dirinya tidak pernah menyinggung atau mencari masalah dengan gadis itu. "Begitukah? Well, anggap aja aku gak berubah dan ya ... kamu juga ya Berly! Kamu gak pernah berubah karena selalu ikut campur dan bersikap seolah-olah mengenalku dengan akrab? Aku sih gak ngerti apa masalah kamu ke aku cuma lucu aja kamu ngurusin si aneh ini? Oh iya aku gak sendirian emangnya kamu ke mana-mana sendirian aja tuh," sahut Zaitunna dingin. Tidak terima dengan ucapan Zaitunna membuat Berly sengaja berjalan dengan menabrak bahu Zaitunna hingga gadis itu harus berpegangan pada dinding yang ada di samping tubuhnya agar ia tidak jatuh atau menjadi bahan tertawaan orang-orang yang menatapnya sinis. "Sabar, Zai ... sabar! Allah tau, Allah liat, Allah dengar dan Allah adil jadi biarin aja Berly begini toh saat ini kamu emang cuma bisa bertahan dari orang-orang itu! Ikhlasin Zai, semua hal udah ada jalannya sendiri-sendiri jadi jalanin aja gak apa-apa, Zai! Kamu kuat," batin Zaitunna sabar. Dengan langkah gontai gadis itu berjalan ke kelas dan menyalin pelajaran yang sempat tadi ia tidak ikuti karena di hukum, jujur Rulhan merasa iba hanya saja dirinya sadar jika dirinya lebih kasihan karena tiada dan tidak tau kenapa ia bisa tiada. "Ternyata hidup orang lain bisa sampai seperti ini ya ... dulu saya pikir hanya saya yang merasa dunia bahkan Allah gak adil? Nyatanya ada ya? Cuma Zaitunna masih beruntung karena tidak seperti saya! Saya lebih pantas di kasihani karena meninggal tanpa alasan yang jelas dan saya tidak tau siapa pelakunya? Benar-benar kasihan sekali hidup saya ini," gumam Rulhan sendu. Seketika gerakkan tangan Zaitunna berhenti saat dirinya mendengar nada bicara dari sosok yang kini terlihat menatap buku pelajaran dengan sedih dan entah mengapa rasanya Zaitunna mengerti perasaan semacam itu. "Semua orang pernah berada di titik terpuruk mereka, Rulhan! Aku tau kamu pasti masih ingin hidup selayaknya orang lainnya hanya saja jalan hidup tidak bisa kendalikan? Berat dan tidak adil memang cuma aku juga pernah merasakan perasaan semacan itu juga," lirih Zaitunna sedih. Fajn yang tidak ingin Zaitunna sedih membuat sosok pelindung ini meminta Rulhan membahas hal lain saja toh mereka perlu menyelidiki alasan Rulhan bisa sampai seperti ini dan Zaitunna meminta waktu sebentar karena ia perlu menyalin pelajarannya dulu. "Bisa tidak hal yang kalian obrolkan itu bukan hal yang menyedihkan? Tolong bahas hal yang lain saja Rulhan! Bagaimanapun juga kesedihan kalian tidak akan memberikan solusi jadi akan lebih baik jika obrolan kalian itu membahas hal yang menemukan solusikan," tutur Fajn serius. "Duh, Fajn ... apaan sih? Orang ngobrol santai aja malah di anggap serius! Rempong banget dah?! Yaudah sabar dulu! Zai mau selesaiin menyalin catatan dulu nih! Tenang aja gak akan lama jadi pasti Rulhan mau nunggu Zai kok! Udah gak usah cerewet Fajn," sahut Zaitunna santai. Tentu saja ucapan Zaitunna adalah ultimatum yang perlu di lakukan Fajn jadi ia memilih mencari tau langsung melalui sosok arwah yang terlihat berantakan ini sedangkan Rulhan yang di tatap sampai lekat begini membuatnya mengomeli Fajn. "Baiklah, baik! Rulhan ... kamu tidak ingin menggali ingatan terakhirmu? Penampilanmu benar-benar berantakan? Mungkinkah sebelum kamu tiada ada hal yang terjadi padamu ya? Kalau bisa sampai seperti ini pasti ada alasan khusus dan proses dirimu tiada pasti lama," ujar Fajn santai. "Bicara apa sih anda?! Siapa yang kamu bicarakan ini!!! Seenaknya melihat orang sampai begitu bikin orang takut saja sih anda tuh! Anda tau tata krama tidak sih? Tidak boleh memandang orang lain selekat itu apalagi berbicara omong kosong seolah kamu tau aja!!" omel Rulhan kesal. Merasa tak ada gunanya mendengarkan dua mahluk melelahkan ini membuat Zaitunna kembali fokus dengan catatannya dan tidak lama ada seseorang siswa yang berlari masuk ke kelasnya dan ia bersembunyi sambil meminta Zaitunna untuk jangan memberitahu siapapun yang datang. "Aku memang tidak mengenal kamu, tapi tolong jangan beritahu keberadaanku jika ada orang yang datang mencari ya? Mereka itu dua orang yang sering mencari masalah dan aku tidak bermaksud berurusan dengan mereka! Aku mohon tolong aku! Kali ini saja ...," bisik Ruhlji panik. Gadis cantik itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti lalu tidak lama terdengar bunyi pintu yang di buka dengan asal dan Zaitunna memilih untuk tidak melirik apalagi mengurusi dua orang yang di kenal trouble maker itu. "Sembunyi di mana orang tidak jelas itu, Akhdan? Apakah dia lompat dari kelas ini? Well gadis yang duduk di sana! Sebaiknya kamu bekerja sama dengan kami toh kami tidak membutuhkan orang sepertimu jadi katakan di mana siswa yang bernama Ruhlji di name tag bajunya tadi itu! Dia tidak mungkin kabur terlalu jauh pasti masih ada di sekitar sini," murka Osric kesal. "Benar, Osric! Siswa itu pasti masih di sekitar sini jadi sebaiknya anda tidak perlu ikut campur ya siswi aneh?! Toh kamu yang sendirian mana mengerti masalah kami! Sudahlah berantakin aja kelas ini toh yang di salahkan dia dan kita bisa menemukan Ruhlji-Ruhlji itu," sahut Akhdan datar. Zaitunna yang sudah terbiasa mendengar gertakan seperti ini membuatnya balik menatap dua siswa itu datar, mereka bisa berpikir jika diri mereka kuat hanya saja Zaitunna tidak perduli itu dan Zaitunna tidak akan membiarkan mereka menyakiti orang lain. "Bekerja sama? Tidak ikut campur? Kalau begitu kalian memang sejak awal hanya menggertak aku sajakan? Kalian pikir aku takut hah? Kalian yang melawan orang berdua bukankah seperti pengecut ya? Bahkan Akhdan menyalahkan orang lain demi mendapatkan keinginannya? Tidak punya malu ya kalian ini? Kasihan sekali," ujar Zaitunna dingin. Mendengar ucapan dari gadis yang berani menatap mereka tajam membuat Osric mengepalkan tangannya kesal dan dengan cepat ia hendak memukul wajah Zaitunna, tetapi gadis itu bangkit dari duduknya lalu tangan pemuda itu ia tahan bahkan tak segan-segan Zaitunna menantang pria yang menatapnya sebelah mata ini. "Apa?! Mau mukul saya? Gak terima sama omongan saya? Iya!! Pukul aja pukul toh pengecut memang beraninya memukul wanitakan? Kalian yang selalu berpikir bahwa kalian lebih hebat dari orang yang di anggap aneh ini malah terlihat menyedihkan tau! Orang yang kalian anggap aneh! Kalian anggap sebelah mata! Gak takut kok melawan kalian ini!!!" murka Zaitunna datar. Sekilas Osric dan Akhdan melihat warna bola mata Zaitunna berubah dan entah mengapa gadis itu terlihat menyeramkan lebih dari biasanya hingga dengan kesal Osric memarahi Zaitunna dan ia berjanji tak akan membiarkan hidup gadis itu baik-baik saja. "Dasar gadis aneh! Ternyata apa yang dibilang orang lain benar bahwa anda itu aneh dan kami gak akan membiarkan anda hidup baik-baik saja setelah apa yang anda lakukan ini! Kelak akan kami balas perbuatan tidak berguna anda ya, Zaitunna! Ingat baik-baik ya?!!" murka Osric kesal. Kepergian kedua siswa yang di kenal sering membuat keributan ini membuat Ruhlji menghela nafasnya lelah sebab ia sejak tadi seperti kehilangan oksigen karena baru pertama kali dirinya melihat dan mendengarkan secara langsung seorang Zaitunna yang di jauhi teman-temannya. "Wow, saya tidak menyangka ... ternyata gadis yang di jauhi teman-temannya sebaik dan sekuat ini! Terima kasih karena mau menolong saya ya! Sejak tadi di bawa meja sebelah sana saya hanya bisa menahan nafas karena takut mereka menyakiti Zai eh taunya mereka gak berani ya! Duh benar-benar gak terpikirkan deh! Keren banget tau," gumam Ruhlji terkejut. Orang yang di puji hanya melirik sekilas lalu kembali memfokuskan dirinya dengan catatan yang perlu ia selesaikan sebelum kelas kembali di mulai sedangkan Ruhlji yang meihat karakter unik dari gadis ini membuatnya ikut duduk dan mengobrol santai dengan Zaitunna. "Well ... aku Ruhlji Aldrich Bert! Panggil aja Ruhlji ya, Zai! Wah kamu sibuk ya? Eh wait tulisan kamu rapih gini ya? Kayaknya kalau kamu liat tulisan aku bakalan kaget banget deh! Oh iya gi mana kalau kita berteman mulai sekarang? Senang menjadi teman kamu Zai," ucap Rulhji santai. Mendengar ucapan konyol Ruhji sontak saja membuat Zaituna tersenyum sekilas karena entah kenapa baru kali ini dirinya di anggap seperti siswi lainnya dan tidak lama gadis itu menyahuti ucapan ngawur Ruhlji dengan ceria. "Senang juga berteman dengan kamu, Ruhljj! Aku Zaitunna Lucyviani Eiji dan kamu bisa panggil Zai aja gak masalah kok! Begitukah? Sepertinya tulisanmu tidak seperti yang kamu pikirkan mungkin tulisanmu lebih rapih jadi jangan memandang dirimu rendah ya," sahut Zaitunna ceria. | Bersambung |
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD