Episode 06 : Kebencian Tak Beralasan

2083 Words
Namun mau sekeras apapun dirinya meratapi hal yang sudah terjadi Rulhan hanya bisa terdiam dan terduduki di lorong sepi itu sendirian, hidupnya di renggut tanpa ia tau apa alasannya lalu kini gadis yang ia cintai tak mencarinya. "Setelah semua hal yang menimpa gue? Sekarang semesta masih menguji gue dengan banyak hal yang menyakitkan ya? Masih belum cukup ya? Hidup gue di ambil dan gadis yang gue cintai aja gak nyari gue! Kayaknya emang gue gak pantas ada di dunia ini dah!!" gumam Rulhan kesal. Benar-benar hidup yang luar biasa menyesakkan dan Rulhan tidak tau harus pergi kemana atau melakukan apa setelah semua ini menimpa hidupnya yang seolah tak pernah berpihak baik pada dirinya yang selalu mendahulukan orang lain. "Di saat orang lain terpuruk gue selalu mendahulukan orang lain di banding gue? Lalu apa yang gue dapet? Gak ada, semua hal telah pergi dari hidup gue dan cuma menyisakan manusia tidak berguna yang kehilangan arah dan tujuan hidup bukan? Jadi gue harus apalagi? Gak punya apa-apa juga ... gak tau lagi deh gue harus melakukan apalagi setelah semua ini," lirih Rulhan sendu. Hatinya hancur, harapannya telah lenyap dan kini yang tersisa dari dirinya hanyalah kebingungan dan perasaan yang tidak menentu, dalam diam pemuda itu hanya bisa menundukkan dirinya pada kuasa semesta sedangkan Berly yang masuk kembali ke kelas dengan tatapan sinis. Zaitunna juga tidak mengerti mengapa gadis itu membencinya sampai seperti ini, seingatnya dulu mereka baik-baik saja dan tidak mungkin juga Berly memiliki alasan membenci dirinya dan setiap kali Zaitunna menanyakan apa salahnya. Berly selalu mengatakan jika ia amat sangat membenci Zaitunna dan tidak mengatakan alasan yang membuatnya bersikap tidak jelas begini, sebagai seorang yang sudah terbiasa di benci membuat Zaitunna hanya bisa pasrah dan membiarkan Berly dengan pilihannya. Karena di mata Zaitunna terkadang manusia mudah sekali membenci tanpa alasan dan bukan tugasnya juga untuk memahami setiap kebencian yang tak beralasan itu, bukankah sejak awal iblis saja membenci kita lalu buat apa kita susah-susah menjelaskan diri kita bagaimana? Jika memang begini adanya ya apalagi yang mau di kata. "Manusia dengan kebenciannya, manusia dengan segala sikap egoisnya memang bukam tugas Zai sih toh iblis aja benci manusia ya buat apa juga Zai cape-cape jelasin diri sendiri kalau pada akhirnya di benci tanpa alasan yaudah biarin aja! Males mempersulit hidup," lirih Zaitunna datar. Fajn yang mendengar nada kesedihan dari gadis yang ia lihat pertumbuhannya membuat sedikit perasaannya merasa tidak tega dan dengan lembut ia berusaha menenangkan Zaitunna yang sebenarnya hanya ingin merasakan kehidupan seperti anak lainnya. "Jangan memikirkan hal yang tidak perlu di pikirkan, Zai! Apapun penilaian manusia itu hanya sebagai pandangan mahluk yang selalu berpikir dirinya lebih ... kamu tidak sendiri jadi jangan terlalu sedih begini ya? Semua hal sulit yang kamu hadapi akan kita lalui bersama jadi percaya saja pada semesta dan segala keajaibannya ya," tutur Fajn lembut. "Tidak salah sih, Fajn ... hanya saja di saat-saat seperti ini rasanya aku juga ingin merasakan bagaimana kehidupan anak lainnya yang selalu memiliki tempat untuk semua kesedihannya! Sementara aku? Di dewasakan oleh keadaan yang tidak ingin berteman baik dengan aku? Benar-benar pantas untuk di kasihani ya aku ini," gumam Zaitunna sendu. Di dunia ini tidak ada orang yang ingin sendirian begitu juga Zaitunna yang berharap bisa pulang ke tempat yang membutuhkan dirinya sayangnya gadis itu cukup sadar jika di saat seperti ini hanya bisa mempasrahkan semuanya pada semesta saja. "Kadang pengen banget nanya, apakah ada orang yang ingin sendirian? Kayaknya gak banyak yang bisa aku tanyakan ya? Kalau lagi begitu tuh rasanya pengen banget bisa pulang ke tempat entah di manapun asal tempat itu membutuhkan aku dan sayangnya aku gak punya ... satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah pasrah saja pada semesta," batin Zaitunna lelah. Sementara Rulhan yang sedang terduduk di lorong, samar-samar ia mendengar obrolan antara Osric, Akhdan dan Aimee yang terasa ganji di telinganya. Merasa ada yang tidak beres di sini membuat Rulhan perlahan-lahan mendekati mereka bertiga, toh saat ini dirinya tak memiliki raga jadi ia tidak merasa takut sedikitpun. "Dasar siswi aneh! Gara-gara dia kita gak bisa nanya-nanya ke bocah ingusan itu! Kayaknya Ruhlji itu tau sesuatu tentang perbuatan kita deh! Kalau begini caranya kita gak boleh biarin dua anak gak jelas itu tau perbuatan kita!! Mereka harus segera di bereskan guys," ujar Osric kesal. "Siswi aneh? Maksud lu Zaitunna itu? Ah dia mah gak penting jadi gak perlu kita urusin apalagi si Ruhlji itu! Itukan baru kabarnya doang belum tentu dia tau hal apa yang benar-benar kita lakuin? Jadi lu gak perlu panik begini lah! Gak ada yang tau selain kita kok," ucap Akhdan datar. "Berisik banget sih kalian berdua! Emang gak ada yang tau hal yang kita lakuin, tapi kalo kalian berdua ngoceh mulu bisa-bisa ada yang curiga tau gak?! Udahlah tutup mulut kalian atau gue sendiri yang bakal bertindak nih! Jangan buat orang lain curiga paham gak," sahut Aimee dingin. "Mereka membicarakan apa? Hal apa yang mereka lakuin? Buat apa juga mereka tutup mulut? Jangan bilang ada hal yang tersembunyi dari mereka ya? Gue jadi penasaran sama ucapan aneh ini? Kalau gitu gue harus cari tau nih! Jarang-jarang ada kesempatan begini nih toh mereka gak bisa liat gue jugakan," batin Rulhan penasaran. "Lagian siapa juga yang curiga sama anak SMA? Toh semua bukti mengenai hilangnya kasus Rulhan gak tersisa apapun ya amanlah! Masalahnya Ruhlji itu katanya dia bisa mengembalikan data yang perrnah hilang dan itu yang bahaya buat kita nantinya Aimee, Dan?!" tutur Osric serius. "Yailah lu jelas amat ngomongnya, Os! Udahlah diem aja apa diem! Kita emang bertiga, tapi kita gak pernah tau ada apa aja di sekitar sini! Ini mah yang bahaya bukan Ruhlji, tapi mulut lu yang ember itu tau kagak!! Lagian mau di beresin semua hal ya gak bisa juga! Kita ini bocah ya paling kapasitasnya seberapa sih!!" omel Akhdan kesal. "Udahlah diem! Gak usah sebut nama siapapun lagi! Anggap aja kita gak tau apa-apa dan soal hilangnya Rulhan atau cerdasnya Ruhlji anggap aja gak tau! Semakin kita membahas mereka maka semakin jelas juga perbuatan apa saja yang udah kita lakuin tau gak?!" ujar Aimee serius. Detik itu juga Rulhan merasa seperti dirinya di sambar petir di siang hari, tetapi apa yang dirinya dengar masih terasa tidak nyata dalam pikirannya sedangkan ketiga orang tadi melangkahkan kakinya kembali ke kelasnya seolah apa yang mereka lakukan bukanlah sebuah kesalahan. "Kasus gue? Jadi ada orang yang nyariin keberadaan gue? Jangan bilang hal yang menimpa gue itu karena perbuatan mereka ya? Astagfirullah! Gue gak pernah ganggu mereka terus gue malah mendapat hal yang merugikan gue? Kenapa mereka begini sama gue?!" gumam Rulhan terkejut. Rasanya seperti ada kemarahan yang di ungkapkan saat Rulhan mendengar omong kosong tiga orang tadi perihal kebencian yang sungguh tidak masuk di akal atau memang mereka saja yang menganggap hal itu sebagai kebencian yang tidak beralasan dan tidak patut di lakukan. "Gue cuma tau mereka itu temannya Aiko ... terus mereka bisa separah itu ke gue? Asli gue masih gak abis pikir sama mereka!! Mendengar hal ini entah kenapa bikin hati gue marah dan gak terima! Siapa juga yang terima kalau kehidupan di renggut begini hah!" geram Rulhan marah. Namun di saat Rulhan berusaha memahami keadaan yang menimpa dirinya tak lama perasaan Rulhan rasanya ada mahluk lain yang ingin menarik energinya jadi tanpa berlama-lama lagi pria itu bergegas pergi dari tempat ini sebelum ada hal yang tidak ia inginkan. Di saat Rulhan terburu-buru pergi ke arah Zaitunna dan Fajn, matanya malah menangkap Aiko seperti sedang berbicara dengan seseorang dan sayangnya orang tersebut membelakangi Rulhan sehingga ia tak dapat mengetahui dengan siapa Aiko sedang berbicara. "Lelucon yang garing, tapi makasih hadiahnya loh! Emang cuma lu doang yang bisa menghibur dan jadi mood booster gue dah! Apa? Mau balik bareng? Boleh aja sih kebetulan ada yang mau gue beli juga jadi ya syukurlah kalau ada yang anterin! Gue sih senang aja kok," ujar Aiko ceria. "Itu bukannya Aiko ya? Astagfirullah! Suaranya dan mukanya mah emang Aiko banget terus itu dia ngomong sama siapa? Kenapa kayak bahagia gitu ya? Dulu dia gak pernah begitu kalau ngobrol sama gue? Terus kenapa sekarang dia malah jadi begini ...," gumam Rulhan bingung. Entah mengapa ucapan Aiko terasa begitu hangat berbanding terbalik dengan dirinya yang tidak pernah mendengar hal tersebut dari gadis itu, rasanya ada sebagian hati Rulhan yang kembali di remukkan secara tak sadar dan entah mengapa rasanya ada setitik kebencian di dalam hatinya. "Semua hal selalu gue usahain buat dia dan balasan yang gue dapatin gak selembut ini? Terus kenapa dia bisa sesantai ini dengan orang itu? Apa dia gak nyari gue? Kenapa rasanya kayak hati gue kembali di remukkan padahal gue udah sehancur ini loh! Masih kurang gitu?! Gue harus sehancur apalagi di mata lu, Aiko!!" batin Rulhan kesal. Karena emosi Rulhan terasa tidak stabil membuat mahluk yang ingin mendekati Rulhan seolah-olah mendapat kesempatan sedangkan Zaitunna yang hendak pulang ke rumah justru melihat ada energi tidak baik yang berusaha memanfaatkan Rulhan. "Rulhan! Rul, lu jangan diam di sana aja ... sini buruan ke sini! Ada hal yang mengincar lu dan jangan biarin dia memanfaatkan energi diri lu! Sekalinya hal yang gak baik nempel nanti bisa repot banget buat lepasinnya Rulhan! Nah gitu sini buruan ke tempat gue," ujar Zaitunna serius. Beberapa siswa menatap Zaitunna sinis dan beberapa mengalihkan pandangannya karena hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa mereka lihat sedangkan Rulhan yang terkejut dengan ucapan Zaitunna membuatnya menghampirinya dan Fajn memberi batasan agar tidak ada yang mengganggu nonanya. Merasa situasi dan pandangan beberapa siswa tidak enak dan seharusnya Zaitunna gak lama-lama di tempat ini sebab orang-orang di sini tidak akan memahami dirinya, lagipula kebencian manusia bukan tugasnya untuk di pikirkan. Langkah Zaitunna yang semakin beranjak pergi membuat beberapa siswa juga ikut pergi kecuali Ruhlji yang tidak sengaja melihat Zaitunna yang di cemooh dan ada rasa penasaran dengan sikap Zaitunna yang sering di anggap aneh oleh beberapa siswa. "Kenapa ya orang-orang mudah banget menilai orang lain seenaknya? Menurut gue Zaitunna itu gak salah juga kalau dia berbeda? Gue juga gak paham banget dengan apa yang terjadi sama dia cuma bukankah lebih baik kalo menghargai hak orang lain ya ...," gumam Ruhlji penasaran. Setelah berjalan agak jauh dari sekolah tidak lama Ruhlji menyapa Zaitunna yang seperti sedang sibuk mengobrol dengan entah siapa yang gadis itu ajak obrol lalu orang yang di sapa sempat menolehkan pandangannya sambil tersenyum. "Zai ... Zaitunna! Lu mau pulang? Mau pulang bareng gue gak? Kebetulan gue bawa sepeda jadi lu gak akan cape jalannya, jadi gimana mau gak? Hm?" sapa Ruhlji lembut. Melihat gadis itu tersenyum membuat Ruhlji ikut tersenyum sedangkan Rulhan yang masih tidak terima dengan hal yang ia lihat tadi membuat sosok itu mengomel-ngomel tidak jelas hingga membuat Zaitunna ikut sebal mendengar celotehannya. "Gitu ya? Boleh aja kok Ruhlji, ayok pulang bareng! Maaf ya merepotkan kamu? Sebenernya aku gak apa-apa kalau pulangnya jalan kaki kok," ucap Zaitunna lembut. "Udah tau ada orang yang lagi kesusahan bukannya di bantuin dulu atau gimana!! Eh malah asik- asik sendiri aja ... sebenarnya lu tuh niat bantuin gue apa kagak sih, Zai? Gue gak mau selamanya terjebak begini jadi pikirin perasaan gue juga dong?!" omel Rulhan kesal. "Ih apaan sih! Siapa juga yang begitu? Nih ya namanya ada orang mau bantu ya di sambut baik nah soal lu ya pasti gue bantu cuma ya sabar dong! Kemampuan gue kan terbatas jadi ya tolong tunggu sebentar bisa kali!! Lu kenapa nyewot-nyewot begini sih?!" sahut Zaitunna sebal. Mendengar omelan Zaitunna yang seperti ini malah membuat Ruhlji terkekeh geli karena dirinya tidak menyangka jika gadis cantik yang sering di kira aneh ini, memiliki hal yang sama saja dengan gadis pada umumnya. "Ahahaha ... ternyata seorang Zaitunna bisa begini juga toh? Tetep aja lu kayak gadis pada umumnya ya? Jujur gue senang juga bisa tau sikap lu yang begini Zai haha," kekeh Ruhlji senang. Semilir angin yang bertiup membuat Zaitunna mengulas senyumannya dan ia juga merasa agak terhibur dengan omong kosong Ruhlji yang masih mau bersikap baik padanya sedangkan Fajn yang sudah lama melihat gadis itu seperti ini membuat perasaan ikut merasa senang. "Bicara apa kamu, Ruhlji ... tentu aja aku juga bisa memiliki warna lainnya selama aku tidak di anggap aneh! Well, gak hanya kamu yang senang! Aku juga bersyukur dan cukup senang saat tau bahwa memiliki teman bisa menyenangkan seperti ini ya! Thanks loh," sahut Zaitunna ceria. "Syukurlah Zaitunna bisa tersenyum dan memiliki teman! Selama ini ia selalu berteman dengan sepi atau paling parahnya dia selalu di pandang sebelah mata dan sekarang melihatnya bahagia seperti ini tentu saja saya juga ikut bahagia loh nona Zai," batin Fajn lega. | Bersambung |
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD