Sayangnya baru beberapa langkah gadis itu bergerak tak lama dirinya sudah di remehkan Aimee yang dengan bangga mengatakan jika dirinya berhasil masuk sebagai pekerja di perusahaan ini sedangkan Zaitunna hanya tersenyum sambil menyahuti dengan santai.
"Wah, wah siapa ini!! Nona yang katanya selalu peringkat 1 itu ya? Sayangnya magang di sini tak butuh prestasi! Mau sebagus apapun nilaimu, kamu akan tetap kalah dengan orang sepertiku! Nih lihat! Aku berhasil masuk sebagai pekerja di perusahaan ini padahal nilaiku tak sebagus dirimu! Dunia kerja itu tak hanya tentang nilai saja tau," ucap Aimee bangga.
"Mungkin apa yang kamu katakan ini benar! Aku tak berhasil dan dunia kerja tak selalu tentang nilai toh aku sudah ikhlas menerima fakta bahwa aku belum diizinkan bekerja di sini, tapi setidaknya aku berusaha semampuku! Hasil yang aku dapatkan juga karena usahaku bukan karena orang lain atau pandangan orang akan siapa diriku ini," sahut Zaitunna santai.
Lagipula memang Zaitunna sudah menerima keputusan yang diberikan orang-orang perusahaan itu karena ia mengerti jika dirinya hanya bermodal nilai sedang mereka yang lainnya seolah menjual nama keluarga dan pengaruh keluarganya jadi Zaitunna tak terkejut dengan ucapan Aimee yang mengatakan ia berhasil magang di sana.
"Sudahlah tak apa! Apapun akhir yang harus aku terima setidaknya aku sudah ikhlas oleh hasil yang sudah diputuskan orang-orang perusahaan itu toh aku memang hanya bermodal nilai dan tak memiliki nama keluarga apalagi pengaruh keluarga seperti yang lainnya, apalagi yang bisa aku harapkan bukan? Bukan hal yang baru jika harus tetap sabar ya kan," batin Zaitunna tegar.
Dalam diam Rulhan merasa jika hidup yang dirinya dan Zaitunna lalui terasa tak adil, tetapi tidak banyak yang mereka lakukan selain berpura-pura tegar dan menganggap jika semuanya akan baik-baik saja suatu hari nanti.
"Entah memang semesta yang ingin membentuk Zaitunna dan aku dengan caranya atau tidak ada cara lain untuk kami berpura-pura tegar dan menganggap jika semuanya akan baik-baik saja suatu hari nanti! Menyedihkan, tapi apa boleh buat lagi? Mengakhiri hidup bukan solusi dan tak ada jalan kembali atau berhenti di saat begini ya kan," batin Rulhan sendu.
Sementara Zaitunna yang tak ingin berlarut-larut dalam rasa sedih yang tak bisa ia sanggah membuat gadis memilih untuk berlalu dari sana toh tak ada gunanya juga berurusan dengan orang seperti Aimee yang membenci usaha orang lain di sekitarnya.
Melihat Zaitunna yang hendak pergi begitu saja membuat Aimee berusaha memancing amarah dan kebencian gadis itu sebab rumornya Zaitunna selalu menjadi bulan-bulanan dari teman semasa dia sekolah dan benar saja langkah gadis itu terhenti.
"Ikhlas itu hanya topeng belaka asal kau tau saja, Zaitunna! Oh iya namamu saja sudah memiliki riwayat yang tak baik tuh! Mana mau perusahaan memiliki karyawan yang selalu menjadi korban di sekolahnya! Benar-benar citra yang buruk sekali ya namamu! Bahkan orang tuamu saja tak perduli padamu tuh bagaimana orang lain tak melakukan hal serupa tuh," ujar Aimee santai.
Namun Zaitunna tak menoleh atau memarahi Aimee melainkan ia menyahutinya dengan ceria seolah-olah apapun yang dikatakan Aimee tak akan merubah jalan hidupnya yang memang harus Zaitunna lalui dengan ikhlas dan kuat.
"Topeng? Tidakkah orang yang menggunakan pengaruh keluarga hanya untuk urusan mudah begini juga memakai topeng? Topeng demi terlihat tangguh padahal mereka hanya orang biasa sepertiku bukan? Apapun yang kau katakan sudah sering aku dengar jadi satu hal yang aku rasakan saat ini adalah aku bersyukur atas hidupku tanpa terkecuali," sahut Zaitunna bahagia.
Bahkan tak hanya ekspresi bahagia yang ditunjukkan Zaitunna melainkan gadis itu mengusap-usap bahu Aimee lembut sambil ia memperingatkan gadis yang bangga akan apa yang dimiliki dirinya dibandingkan kegagalan yang dirasakan Zaitunna.
"Di matamu aku mungkin tak berarti, tak lebih baik darimu iya kan? Sayangnya kehidupan itu misteri dan tak ada yang tau siapa yang akan menangis hari ini atau besok! Untuk itu hati-hati dengan ucapanmu hari ini bisa saja esok kamu lebih menderita daripada aku dan kalau kamu lupa hidup ini seperti roda yang bergerak dan merasakan perasaan yang sama untuk itu jangan terlalu bangga akan hidupmu hari ini," ujar Zaitunna santai.
Tanpa sadar gigi Aimee terdengar seperti ia sedang menahan amarahnya dan sebelum gadis itu mempernalukan dirinya lagi, Zaitunna memutuskan pergi dari sana meskipun hatinya tak sama dengan ekspresi wajahnya yang terlihat baik-baik saja.
Sebenarnya apa yang dilakukan Aimee mungkin tak berarti banyak untuk gadis itu, tetapi ada perasaan lain yang dirasakan Zaitunna akan sikap bangga gadis itu. Di ekspresi wajah itu ada rasa tak ingin kalah dan kebencian yang terasa begitu kuat.
"Baru kali ini gue melihat ada orang yang memperlihatkan ekspresi tak ingin kalah dan tatapan benci yang begitu kuat di diri Aimee? Sebenarnya apa alasan Aimee memiliki kebencian sampai sebesar itu pada orang lain? Rasanya dari hidup gue gak ada yang bisa dia benci? Aneh banget dah sikap bangganya itu terasa mengerikan gitu," batin Zaitunna serius.
Hingga terkadang Zaitunna merasa jika dirinya masih belum bisa memahami atas dasar apa kebenciaan hadir di hati Aimee padahal hidup gadis itu sepertinya memiliki banyak hal berbeda dengan dirinya yang seperti tak terlihat di lingkungan sekitarnya.
"Kalau di pikir-pikir lagi rasanya aku merasa kalau aku masih belum bisa memahami apa yang menjadi penyebab kebencian itu hadir di hati Aimee? Bukankah hidup Aimee sudah memiliki banyak hal yang berbeda jauh dengan aku ya? Aku yang selalu disebut tak terlihat malah rasanya gak layak aja benci sama dia yang seperti ratu itu kan," gumam Zaitunna sendu.
Lalu mengapa di hati Aimee bisa-bisanya ada kebencian seperti itu dan aura yang terasa cukup gelap dan mengerikan terlihat saat tadi Zaitunna berhadapan langsung dengan gadis itu, tidak hanya itu saja Fajn juga memperingatkan nonanya agar menjaga jarak dari gadis yang energinya terasa tak cocok bersinggungan dengannya.
"Rasanya agak aneh saat gak sengaja merasakan energi yang tak terasa tak cocok ketika tadi bersinggungan dengan Aimee, cuma kenapa bisa ada aura gelap dan rasa benci yang terpancar darinya? Bukankah di sekolah dulu dia adalah orang yang dikenal baik? Semakin aneh aja kalau di pikir-pikir lagi tuh ya," batin Zaitunna serius.
"Bukan cuma Zai saja yang berpikir demikian! Saya juga merasakannya jadi sebaikmya Zai lebih hati-hati lagi dengannya ya! Bahkan kalau bisa Zai harus menjaga jarak darinya, ok? Bukan tanpa alasan juga Fajn bilang begini, tetapi sampai sejauh apa dia bisa menyakiti Zai atau tindakan apa yang akan di lalui saja kita gak tau loh! Tolong ingat ucapan saya ya," ujar Fajn khawatir.
Di saat keduanya sibuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar Aimee tidak lama Rulhan malah mengatakan hal yang membingungkan di mata Fajn dan Zaitunna tak mengerti mengapa gadis itu seperti bunglon begini.
"Fajn terlalu berlebihan nih menanggapinnya! Aimee bukan seperti yang kalian pikirkan dan dia gadis baik yang selalu periang kok! Bahkan jika aku dan Aiko berkumpul di kelas dia selalu menjadi gadis yang bisa mencairkan suasana jadi rasanya apa yang kalian pikirkan ini terasa seperti gak masuk akal buat gue," tutur Rulhan santai.
"Kamu yakin? Energi gadis yang dibicarakan Zaitunna tidak seperti apa yang anda bicarakan kok! Tolong jangan hanya membual begini! Sebab ucapanmu sangat berbeda dengan apa yang kami lihat loh! Jangan bilang kamu sedang membuat citra baik dia di mata kami ya," ucap Fajn datar.
"Kok agak aneh ya? Apa yang Rulhan lihat sama apa yang aku lihat kenapa beda? Bukannya dia orang yang ditakuti teman-teman sekolahnya? Masa dia jadi terlihat seperti bunglon begini? Ada yang aneh rasanya? Kalau memang dia terus kenapa aura dan tatapannya berbeda? Orang baik mana yang bersikap seperti Aimee tadi coba?" ujar Zaitunna bingung.
Mendengar ucapan Zaitunna dan Fajn membuat Rulhan menyahutinya dengan santai karena hal yang ia ingat adalah Aimee memang selalu baik padanya dan Aiko, tiba-tiba Zaitunna melihat memori Rulhan entah gadis yang mereka bicarakan hanya saja rasanya Zaitunna memahami satu hal.
"Entah, pokoknya hal yang aku ingat adalah Aimee memang selalu baik padaku dan Aiko bahkan dia selalu mendahulukan orang lain di banding dirinya! Agak sulit dipercaya sih memang, tetapi aku benar-benar melihat hal yang berbeda dengan kalian! Anggap saja dia bersikap seperti tadi karena dia belum dekat denganmu," sahut Rulhan santai.
"Masa iya begitu sih? Eh sebentar, Rulhan! Aku melihat Aimee entah Aiko nih? Kau bilang dia baik ya? Salah satunya pergi entah menjauh darimu dan satu gadis itu! Kepergian gadis itu sambil bergumam-gumam kesal begitu! Sepertinya aku memahami satu hal, kalau dia memang bersikap lain setiap berhadapan dengan orang lain! Aneh sekali ya," gumam Zaitunna khawatir.
Fajn yang mengerti bahwa nonanya sedang berada di dimensi astral jadi mau tidak mau sebagai atma pelindungnya membuatnya bersikap waspada dan sebisa mungkin membuat Zaitunna hanya fokus pada apa yang ia lihat saja agar tak ada arwah lain yang membahayakannya.
"Tenang saja, Zai! Kamu tetap berada dalam perlindungan dan pengawasanku! Lihatlah apa yang ingin kamu lihat dan jangan pikirkan apapun selain hal yang kamu lihat ini! Fokuslah pada dirimu sendiri sebab atma yang ada di sekitarmu itu tanggung jawab aku Zai," ujar Fajn lembut.
Lalu gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya melangkahkan dirinya untuk melihat apa yang sebenarnya ingin semesta katakan padanya, awalnya Zaitunna melihat pemandangan sekolah mereka lalu entah mengapa jalan yang kini Zaitunna terlihat gelap hanya samar-samar suara yang terdengar mengerikan menurutnya.
"Apapun yang semesta ingin perlihatkan padaku, tolong lindungi aku dan bantu aku memahami apa yang ingin sampaikan padaku! Loh? Ini pemandangan sekolahku? Astagfirullah! Kenapa jalannya lain? Di sini gelap! Di sini banyak yang seperti berbisik-bisik mengatakan sesuatu dan aku tak mengerti dengan apa yang dia bicarakan! Fajn! Kamu di mana?!" gumam Zaitunna panik.
Rulhan yang tak ingin gadis itu ketakutan seperti ini membuat meminta Zaitunna untuk jangan memaksakan diri jika Zaitunna tak merasa nyaman dengan hal yang menurutnya menakutkan sebab dimensi itu bukan tempatnya.
"Jika menurutmu tempat yang kamu lihat menakutkan sebaiknya jangan memaksakan dirimu sendiri, Zai! Dimensi ini bukan tempatmu jadi jika perasaanmu tak nyaman dengan hal yang di matamu terlihat mengerikan ini akan lebih baik jika kamu sudahi saja penglihatanmu sebab aku tidak ingin kamu ketakutan begini Zai," ucap Rulhan lembut.
Entah mengapa ucapan Rulhan malah memberikan keberanian untuk Zaitunna yang ketakutan lalu perlahan-lahan Zaitunna melihat ada cahaya yang membuatnya samar-samar melihat ada wajah yang entah terasa pernah Zaitunna lihat di suatu tempat.
"Jangan khawatir, Rulhan! Aku berusaha kuat toh ini mungkin kehendak semesta dan wah! Apa itu? Di ujung sana aku melihat ada cahaya yang silau dan ya ampun! Aku melihat ada wajah yang entah terasa seperti aku pernah melihat wajah itu di suatu tempat ya?! Astagfirullah di mana ya? Aku lupa tepatnya dimana, tapi aku yakin aku pernah lihat!" gumam Zaitunna terkejut.
Sayangnya di saat Zaitunna berusaha memahami siapa yang wajahnya tadi dirinya lihat malah di kejutkan dengan tangannya di tahan seseorang yang berteriak khawatir padanya karena tanpa sadar gadis itu hampir menjatuhkan dirinya dari jembatan.
"Nona! Apa yang nona lakukan hah!! Bagaimana bisa anda bersikap ceroboh begini!! Saya tidak tau masalah nona setidaknya menjatuhkan diri dari jembatan ini bukan solusinya! Nona! Sadar nona! Jangan bertindak gegabah sebab nantinya nona hanya akan menyesali tindakan nona hari ini! Apakah nona baik-baik saja?" teriak seseorang khawatir.
Mendengar teriakan dari seseorang membuat Zaitunna reflek berpengangan pada tangan yang menariknya dan tak lama Zaitunna membenarkan dirinya yang hampir terjatuh dari jembatan padahal seingatnya tadi Zaitunna sedang berjalan kaki.
"Hah? Astagfirullah! Terima kasih, maaf jika saya malah jadi merepotkan anda! Saya tidak ada berniat tak baik di sini, tetapi agak sulit juga menceritakannya! Eh sebentar kenapa saya malah ada di sini? Sumpah saya tidak seperti yang anda pikirkan dan sebentar kepala saya rasanya pusing begini ya? Maaf tadi anda ngomong apa ya?" ucap Zaitunna bingung.
Baru kali ini seseorang itu melihat ada orang yang seperti linglung padahal tadi gerakan dirinya seperti sudah siap untuk mengakhiri hidupnya, di saat orang itu kebingungan Zaitunna hanya tersenyum sambil mengulurkan tangan tanda bahwa ia ingin memperkenalkan diri dan sedikit meluruskan salah paham ini.
"Loh? Ada orang yang gagal mengakhiri nyawanya lalu malah jadi kebingungan begini? Tadi dia sudah seperti siap untuk menjatuhkan diri? Lalu kenapa responnya seperti berbanding terbalik begini ya? Apakah kepalanya tadi sempat terbentur ya? Aneh sekali rasanya! Baru kali ini gue lihat orang model kayak dia," batin seseorang itu terkejut.
"Sepertinya kamu terlihat cukup terkejut ya? Kalau begitu aku ingin mencairkan suasana aneh ini dengan memperkenalkan diri! Nama aku Zaitunna Lucyviani Eiji, kamu bisa memanggilku Zai dan aku sama sekali tidak berniat menjatuhkan diri dari jembatan dan maaf jika kamu jadi salah paham akan tindakanku," tutur Zaitunna lembut.