Lagi dan lagi Rulhan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat pemuda itu yang seperti dirinya dulunya begitu mengejar Aiko padahal jika di pikir-pikir lagi kenapa juga ia bisa sampai berjuang seperti itu jika akhirnya cinta yang ia rasakan justru terasa menyakitkan.
"Entah mengapa melihat Ruhlji seperti melihat diriku yang dulu mengejar Aiko! Kalau di pikir-pikir lagi rasanya cinta itu menyakitkan ya? Aku terlalu mencintai dan mengejar dirinya sampai aku lupa bahwa pada kenyataannya hal itu jelas melukai aku! Cuma yasudahlah mencintai itu harus siap terluka kan ya? Apa boleh buat lagi," batin Rulhan datar.
Bukan hanya pemuda itu yang merasa bingung dengan sikap tak biasa Ruhlji, tetapi Zaitunna dan Fajn juga agak merasa waspada dengan pemuda yang baru di kenalnya beberapa hari dan sudah bisa seakrab ini seperti mereka adalah teman lama saja.
"Agaknya pemuda ini mencurigakan ya? Dia terlalu akrab seperti ada hal lain yang ia inginkan dari Zai! Sebaiknya kamu berhati-hati dan jangan biarkan dirimu lengah, Zai! Kedalaman laut saja belum diketahui apalagi hati manusia yang tak pernah kita ketahui Zai," gumam Fajn serius.
"Rasanya terlalu aneh di baikin orang yang baru gue kenal karena biasanya gue selalu di asingin, sepertinya ada benarnya juga ucapan Fajn ya? Kalau begitu gue harus benar-benar waspada sama cowok satu ini karena bisa jadi kebaikannya bermakna lain buat gue nih! Ayok fokus dan kuat, Zai! Jangan biarkan dia memanfaatkan lu," batin Zaitunna waspada.
Merasa ada yang tidak biasa dengan tatapan Zaitunna membuat Ruhlji mempertanyakan apa yang gadis itu pikirkan sampai ia menatap dirinya selekat ini sementara orang yang di tanya justru memilih tidak membahasnya toh ia tidak ingin menghancur pertemanan mereka berdua.
"Loh? Kenapa lu menatap gue seperti itu, Zaitunna? Apakah ada sesuatu yang salah dari gue ya? Jujur gue gak ngerti sama tatapan lu yang begini dah! Lu gak lagi marah sama gue kan? Atau ada hal yang membuat perasaan lu nyaman ya? Lu gak apa-apa Zaitunna?" tanya Ruhlji bingung.
"Oh gak apa-apa kok! Cuma lagi lihat orang yang ada di belakang lu itu! Kayaknya dia abis putus entah patah hati gitu ekspresinya? Lu kenal dia gak? Siapa tau orang itu butuh teman cerita atau sekedar penghiburan dari rasa sedihnya kali! Aduh gue ngomong apa sih," ucap Zaitunna santai.
Entah mengapa ucapan Zaitunna terdengar ada yang ia sembunyikan dari dirinya lalu di saat Ruhlji hendak kembali mempertanyakan ucapan gadis itu tak lama suara bel masuk berbunyi dengan nyaring hingga membuatnya mau tidak mau kembali ke kelasnya.
Melihat kepergian Ruhlji sontak membuat Zaitunna menggumamkan hal yang sejak tadi dirinya pikirkan dan lama Rulhan juga Fajn memperingati gadis cantik itu untuk jangan terlalu dekat dengan orang yang tidak mereka ketahui apa tujuannya berteman dengan Zaitunna.
"Akhirnya dia pergi juga! Rasanya kebaikan dia tuh kayak suatu saat akan meledak dan entah akan melakukan apa dia ke gue! Terkadang hal seperti ini yang membuat gue menutup diri dari orang-orang yang kadang sulit gue percaya dan bisa jadi ada hal lain di balik keramahan yang mereka berikan sama gue," gumam Zaitunna datar.
"Bukan cuma lu aja yang mikir gitu! Gue juga sama, Zai! Rasanya aneh aja gitu dia natap lu terus cara dia baik tanpa sebab ke lu! Mendingan lu jaga jarak dan berhati-hati sama dia dah! Mana tau lu bisa jadi kayak gue kan? Manusia sekarang itu lebih menyeramkan dibandingkan atma yang tak terlihat," sahut Rulhan serius.
"Benar, Zai! Membuat jarak sejak dini lebih penting darimana menanggulangi tindakannya yang bisa jadi tiba-tiba! Tetaplah pada jarak aman dan jangan terlalu dekat dengan orang yang tidak kita ketahui apa tujuan dia berteman dengan anda, Zai! Saya tidak ingin Zai dalam bahaya jadi dengarkan peringatan dari kami ini," tutur Fajn tegas.
Dalam diam gadis itu memilih mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti sebab guru yang akan mengajari kelasnya sudah datang jadi Zaitunna perlu fokus dan sebisa mungkin jangan membuat keributan atau dirinya akan berada dalam masalah lagi.
Bersyukurlah selama pelajaran tidak ada masalah apapun walaupun beberapa arwah berusaha menganggu dirinya, tetapi Zaitunna berusaha tidak memperdulikannya sama sekali hingga tidak lama terdengar bel istirahat yang menunjukkan waktunya istirahat.
Beberapa murid berlarian keluar kelas untuk menikmati waktu istirahat mereka, sayangnya hal semacam itu tidak bisa di lakukan oleh Zaitunna yang memilih merenggangkan pinggang dan bahunya yang terasa lelah setelah berjam-jam duduk dan menulis catatannya.
Bukannya gadis itu mengeluh atau tidak menyukai hal semacam ini toh ini memang tugasnya lalu Zaitunna juga cukup sadar jika di saat-saat seperti ini adalah hal yang wajar sebab sebentar lagi sudah saatnya mereka lulus sekolah dan melanjutkan kesibukan mereka.
"Ya Allah, Fajn! Cape banget gue mengerjakan tugas yang astagfirullah terasa gak kelar-kelar perasaan masa sih, Fajn! Jujur pinggang sama bahu gue rasanya sakit terus pegel banget tau rasanya?! Rasanya gue pengen menyelesaikan semuanya dengan cepat! Bisa gak sih waktu di putar lebih cepat biar rasa capeknya tuh gak selelah ini? Kuat Zai kuat," lirih Zaitunna datar.
Istirahat yang seharusnya terasa menyenangkan di nikmati oleh para siswa-siswi sayangnya tak di rasakan oleh Zaitunna yang memilih menyibukkan dirinya dengan tumpukan kertas yang perlu ia baca sebab hari menjelang ujian sudah semakin dekat dan Zaitunna tidak ingin bersantai-santai apalagi menyia-nyiakan waktu yang di punyanya.
Waktu yang terus bergulir terasa begitu cepat bergeraknya hingga tanpa terasa Zaitunna sudah berhasil menyelesaikan seluruh ujian dan mendapat nilai yang bagus dan gadis itu memutuskan untuk bekerja di perusahaan sebagai karyawan magang di pengalaman kerja pertamanya.
"Gak terasa ya waktu bergerak dengan cepat! Habis dari ini lu udah ada rencana mau ke mana belum, Zaitunna? Kita harus mulai menentukan langkah selanjutnya karena jalan gak mungkin berhenti di sini aja kan? Kayaknya lu udah punya rencana untuk ke depannya ya? Mau kuliah apa kerja nih?" tanya Ruhlji serius.
"Ya begitulah, udah sih! Rencananya gue mau bekerja di perusahaan sebagai karyawan magang untuk pengalaman pertama kerja gitu sih niatnya! Cuma gak tau deh tercapai gak? Soalnya gue cuma modal nilai sama tekad aja sih! Kalaupun gak ke terima yaudah gak apa-apa berarti belum rezeki gue mungkin ya," ujar Zaitunna santai.
Ruhlji yang mendengar Zaitunna berencana bekerja di perusahaan membuat perasaannya agak sedikit khawatir dan menawarkan apakah ia perlu bekerja di tempat yang sama demi melindungi Zaitunna yang tidak biasa di tempat baru.
"Wah keren juga ya lu! Eh lu yakin mau jadi karyawan magang di perusahaan ini? Seriusan gak? Mau gue temenin daftar gak? Kayak-kayaknya gue agak khawatir kalau lu kerja di sana sendirian deh! Bagaimana kalau gue bantuin lu di sana? Gue bakal jagain lu sebisa gue kok! Setidaknya ada orang yang melindungi lu Zaitunna," ucap Ruhlji lembut.
Zaitunna yang merasa tidak masalah sendiri atau tak perlu sampai di temani membuat gadis itu memilih untuk tidak memikirkan hal yang di rasanya tak perlu sementara Fajn merasa Ruhlji terasa aneh jika hanya untuk melindungi nonanya.
"Gue seriusan kok! Gak usah, Ruhlji! Gue gak masalah kok melamar sendiri lagipula gue emang harus belajar kuat menjalani dunia baru ini kan? Tenang aja apapun resikonya udah gue terima dengan ikhlas jadi gue rasa gue gak perlu sampai di temani begini Ruhlji," sahut Zaitunna datar.
"Mulai lagi dia mencari kesempatan untuk mengganggu Zai! Aneh rasanya kalau dia bilang mau melindungimu padahal masih banyak hal yang dia gak tau! Semakin dia berbicara omong kosong begini entah kenapa saya malah semakin khawatir sama kamu Zai! Apakah tidak apa-apa? Tolong jaga jarak darinya ya," ujar Fajn khawatir.
Namun kali ini Zaitunna tak ingin memikirkan Ruhlji sementara Rulhan yang tak sengaja melihat Aiko membuat pemuda itu mengatakan apa yang ia lihat dan tentu saja Zaitunna bergegas mencari Aiko yang katanya tadi di lihat Rulhan.
"Loh itu seperti Aiko ya? Dia sungguhan Aiko kan! Bagaimana bisa dia ada di tempat ini? Apa tadi mataku salah liat kali ya? Gak deh! Itu beneran Aiko dan kenapa gadis itu terlihat seperti memakai pakaian yang rapih?! Ada tujuan apa sampai dia berdandan ya?" ucap Rulhan terkejut.
Sayangnya langkah Zaitunna kurang cepat dari gadis itu bahkan yang ia temui hanya jalan buntu yang terasa membingungkan jika di pikir-pikir lagi sementara Rulhan dan Ruhlji menanyakan apa alasan Zaitunna bersikap tiba-tiba seperti ini.
"Lu kenapa tiba-tiba lari seperti di kejar arwah begitu dah! Tolong perhatikan langkahmu sebab kamu bisa saja terluka dan sangat tak aman jika kamu berlari begitu Zaitunna! Sebenarnya apa yang sedang kamu cari sampai seperti itu? Jangan bilang kamu melihat arwah lainnya jadi tadi tanpa sadar tadi kamu berlari begitu ya?" tanya Rulhan khawatir.
"Astagfirullah, Zaitunna?! Hampir saja jantungku terasa lepas dari tempatnya pas melihat kamu tiba-tiba berlari begitu? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Atau mungkin aku yang melewatkan sesuatu hal ya? Apakah kamu baik-baik saja? Mau aku ambilkan air gak?" tanya Ruhlji bingung.
Dalam diam rasanya Zaitunna belum ingin membahas pertanyaan dari Rulhan dan Rulhji, sebab ia perlu menemukan Aiko agar bisa membicarakan hal yang ia lihat ini sayangnya gadis yang di temui Zaitunna adalah kembarannya yang ternyata berbelok ke arah satunya saat Zaitunna mencari Aiko tadi.
Merasa tak ada gunanya berbicara dengan Aimee membuat Zaitunna berlalu pergi dari sana lalu ia berusaha kembali fokus dengan tujuannya datang ke perusahaan ini, tetapi nampaknya apa yang sudah di pikirkan Zaitunna matang-matang seperti tak berjalan sesuai rencananya.
"Loh? Sepertinya pikiranku sebelumnya salah ya? Aku pikir akan mudah melamar pekerjaan di perusahaan? Nyatanya apa yang aku pikirkan adalah kesalahan besar dan sepertinya rencana yang aku siapkan dengan serius bisa gagal ya? Sudahlah apa boleh buat? Toh setidaknya aku telah berusaha semampuku ya kan," gumam Zaitunna lelah.
Sebab bukan tanpa alasan gadis itu berpikir demikian di saat ia sudah siap untuk wawancara ternyata antrian yang ia lihat benar-benar membuat Zaitunna terkejut karena ia pikir tak akan mungkin seramai ini.
"Aku kira tak sebanyak ini yang mengantri untuk wawancara dan melamar pekerjaan di tempat ini? Nampaknya pikiranku agak ceroboh ya? Entah harus menunggu berlama di sini baru akan di panggil, tetapi aku tidak bisa pergi begitu saja setelah datang ke sini ya kan? Sudahlah Zai! Jangan hiraukan apapun dan tunggu dan berusahalah semampumu," batin Zaitunna sedih.
Melihat nonanya sedih dan kebingungan dengan keadaan seperti ini membuat Fajn berusaha untuk menenangkan nonanya sebab ia melihat ada harapan yang besar di mata itu sedangkan keraguan dan ketakutan juga tak luput dari mata Zaitunna.
"Manusia memang berusaha jadi mau seramai apapun anda jangan menyerah, Zai! Kalian tidak tau akhir akan berjalan seperti apa! Jadi jangan takut dan percayalah pada dirimu dan kekuatan doa serta jalan takdir yang akan membawamu! Ayok maju! Hadapi apapun yang ada di depan sana! Meskipun hasilnya tak sesuai setidaknya kamu telah berusaha," ujar Fajn yakin.
Entah mengapa mendengar ucapan arwah pelindungnya membuat Zaitunna tersenyum sekilas sebelum akhirnya langkah gadis itu terlihat yakin seolah ia membiarkan semesta melakukan tugasnya dan Zaitunna menerima apapun hasil yang nanti harus dirinya terima.
Berjam-jam ia menunggu gilirannya untuk wawancara dan sayangnya Zaitunna harus menelan pil pahit yang membuatnya hanya bisa tersenyum getir karena dirinya tak diterima menjadi karyawan magang di perusahaan itu dengan alasan mereka sudah memilih kandidat lainnya.
"Aku tidak di terima katanya, mereka bilang mereka sudah memilih kandidat lainnya! Lalu untuk apa aku berjam-jam masih berusaha di sana? Apakah karena aku tak memiliki orang penting yang bisa membantuku untuk masuk ke sana jadi mereka bisa seenaknya padaku gitu? Aku ini bicara apa? Sudahlah aku pasrah saja," gumam Zaitunna letih.
Mendengar suara gumaman Zaitunna membuat Rulhan dan Fajn ikut merasa sedih sebab gadis itu sudah berusaha mengerahkan segala kemampuannya sementara hasil yang ia dapatkan malah seperti ini seolah-olah usahanya tak berarti apapun.
Namun Zaitunna sendiri mengerti sendiri jika tak ada gunanya meratapi hal yang memang sudah seperti ini jalannya lalu dengan sigap Zaitunna bergegas kembali ke panti asuhannya sambil ia merajut asa untuk esok dirinya kembali melamar pekerjaan lagi.
"Astagfirullah buat apa juga sih aku meratapi kenyataan yang aku terima? Toh keputusannya sudah memang sudah adanya begitu! Mungkin jalan yang harus dilalui begini kali ya? Udah gak apa-apa! Akan lebih baik aku kembali ke panti asuhan dan memikirkan rencanna untuk besok lagi dan mungkin aku akan melamar pekerjaan lainnya," ujar Zaitunna tegar.
Dengan langkah yang terlihat begitu gontai Zaitunna berusaha mengumpulkan tenaganya untuk pulang ke panti asuhan, tetapi seseorang yang Zaitunna temui sebelumnya menatapnya dengan pandangan rendah seolah-olah dirinya tak layak hidup dimata gadis itu.
Tatapan yang diberikan Aimee tak diperdulikan oleh Zaitunna toh dirinya tak ada gunanya lagi di tempat ini jadi ia terus melangkahkan kakinya untuk pulang dan menenangkan hatinya yang terasa begitu berkecamuk dan sayangnya Aimee tak semudah itu melepaskan kepergiaannya.