Dalam dia pemuda itu menatap gadis yang entah ada masalah apa sampai berniat menjatuhkan dirinya, tetapi dari perkenalan dirinya kali ini ia benar-benar terlihat santai bahkan wajah gadis itu seperti tak memiliki banyak masalah di sana.
"Tak ada salahnya jika kita saling berkenalan! Saya Dixie Fadeyka Geffrey, anda bisa memanggil saya Dixie! Begitukah? Kalau anda tidak berniat mengakhiri hidup? Untuk apa anda berada di sini? Baiklah mungkin saya memang salah paham toh wajah anda seperti tak memiliki banyak masalah ya," gumam Dixie santai.
Bukannya marah atau membenci ucapan pria asing yang baru ia kenal, Zaitunna malah terkekeh dan menanggapinya dengan santai juga lagipula tak semua orang memahami kemampuan yang ada pada dirinya ini.
"Hahaha anda ini bicara apa? Tidak kok! Aku baik-baik saja dan untuk apa berniat seperti itu? Aku mana kepikiran untuk mengakhiri hidup, Dixie! Tadi saya sedang berjalan dan sulit di jelasin juga toh Dixie gak akan paham jadi intinya aku tak seperti yang dipikirkan anda kok! Kadang ada orang yang terlihat baik-baik padahal terluka dan begitupun sebaliknya," sahut Zaitunna santai.
Untuk itu gadis itu memilih menghargai apapun penilaian Dixie terhadap dirinya sementara Fajn dan Rulhan mengingatkan Zaitunna untuk bergegas kembali ke panti asuhan sebab langit sudah semakin gelap dan khawatirnya gadis itu akan kehujanan di jalan.
"Mungkin anda ada benarnya juga! Entah mengapa rasanya anda seperti bukan orang yang ingin menghilang dari masalah? Oh iya benar juga! Saya ini berbicara apa ya? Pokoknya lain kali jangan menjadi sorotan hanya demi menjadi pusat perhatian! Semua akan berakhir entah cepat atau lambat kamu hanya di tinggalkan waktu jika tak pandai dalam bertindak," ujar Dixie serius.
"Tentu bukan, untuk apa menghilang jika harus menanggung perbuatanku selama hidup? Akhir tak selalu tentang meninggalkan dunia! Kadang hidup dan terus menanti akhir bisa jadi lebih baik dan aku pribadi menghargai apapun penilaianmu toh manusia itu makhluk yang unik jadi anda bebas berpikir apapun tentang aku," ucap Zaitunna lembut.
"Lihat ke langit sana, Zai! Langit sudah berubah warna dan hujan akan segera turun jadi cepatlah pulang saja! Jangan biarkan dirimu kehujanan nanti anda bisa sakit loh! Pertemuan dengan orang baru memang langka, tetapi jangan biarkan dirimu menderita karenanya! Lagipula akan ada pertemuan lainnya jika semesta berkehendak," tutur Fajn serius.
"Benar apa kata, Fajn! Masih ada waktu untuk mengobrol di lain hari sedangkan saat ini kamu harus bergegas pulang sebelum hujan akan turun dengan deras! Tak ada yang lebih utama di banding kesehatan, Zai! Cepatlah! Jangan sampai kamu sakit nantinya," timpal Rulhan khawatir.
Sejenak Zaitunna memandang awan yang mulai berubah warna tak seputih tadi jadi ia memilih untuk berpamitan toh ia mungkin tak tau akan bertemu lagi atau tidak setidaknya Zaitunna tidak ingin pergi begitu saja tanpa ucapan selamat tinggal.
"Nampaknya pembicaraan ini cukup di sini saja ya? Saya tidak tau apakah akan bertemu dengan Dixie lagi atau tidak? Hanya saja saya benar-benar berterima kasih untuk bantuan anda dan tolong anda berhati-hati ketika pulang ya? Kalau begitu selamat tinggal," tutur Zaitunna santai.
Tanpa menunggu sahutan apapun dari Dixie tak lama Zaitunna sudah lebih dulu pergi dari sana dengan berlari sebab perlahan-lahan angin mulai berhembus dengan hawa dingin yang terasa seperti sebentar lagi hujan akan turun.
Punggung Zaitunna terlihat semakin menjauh dan entah mengapa Dixie cukup merasa kagum dengan sikap ramah dan membingungkan yang dimiliki gadis itu sedangkan Zaitunna yang tak membiarkan dirinya kehujanan membuat gadis itu terus berlari hingga akhirnya ia sampai di panti asuhan lalu hujan turun dengan deras.
"Orang asing bisa ia perlakukan sebaik ini? Tingkahnya yang tiba-tiba dan ucapannya yang tidak di sangka malah terasa seperti ia adalah gadis yang mengagumkan ya? Di saat gadis lain sibuk merias dirinya, gadis itu malah berusaha tegar dan tak menunjukkan hal berat apa yang ia lalui! Benar-benar gadis yang luar biasa sekali," lirih Dixie kagum.
"Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya sampai juga di panti! Ya ampun udah lama gak lari ataupun olahraga terus sekarang lari kayak dikejar arwah gentayangan bener-bener cape banget sih rasanya! Harus rajin olahraga lagi nih," gumam Zaitunna kelelahan.
Beberapa orang mungkin akan di sambut pelukan dan nada khawatir dari pengasuh atau orang rumah ketika pulang sayangnya Zaitunna hanya mendapat tatapan sinis dan tak ada siapapun yang mengkhawatirkan dirinya selain Fajn dan dirinya sendiri.
"Selalu seperti ini, tak ada yang berubah dari tatapan mereka! Aku tak tau apa salahku, tetapi tatapan sinis itu selalu ditunjukkan padaku! Tidakkah orang-orang ini mengkhawatirkan keadaan diriku sedikit saja? Orang lain selalu bilang bahwa rumah adalah tempat ternyaman sayangnya aku bahkan tak tau rasanya ditunggu dan nyaman akan rumahku sendiri," batin Zaitunna sendu.
Zaitunna yang tak ingin ditatap seperti ini membuat gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan pergerakan Zaitunna dilihat oleh ibu Lily yang menatap putrinya iba lalu tanpa berlama-lama lagi Lily menghampiri kamar Zaitunna.
Di sana putri kesayangannya sibuk melamun sambil meneteskan airmatanya tanpa ia sadari lalu dengan cepat Lily memeluk gadis rapuh itu erat sebab ia tau meskipun dirinya mengadopsi Zaitunna secara hukum tetap saja ada bagian hati itu yang membutuhkan keluarga impiannya.
"Zai? Sudah berapa kali ibu bilang bahwa melamun bukanlah hal yang baik sayang, apakah ada hal yang terjadi di luaran sana nak? Maafkan ibu yang sibuk mengurus panti ini sampai tak sempat menyambutmu pulang! Maaf karena ibu mungkin belum menjadi ibu yang baik dan hal kita miliki hanya ini sayang," ucap Lily lembut.
Status ibu yang dimiliki Lily hanya sebagai pelindung gadis itu sementara kesibukan dan banyak anak-anak di panti asuhan membuat Zaitunna mungkin merasa diabaikan atau bahkan kurang kasih sayang dan Lily meminta maaf untuk itu.
"Hari dimana pertama kali ibu memelukmu rasanya ibu ingin kamu bisa mengandalkan ibu dan ibu berharap suatu saat ibu akan menjadi pelindungmu, sayangnya panti ini di percaya merawat banyak anak setelah kehadiranmu jadi ibu tanpa sadar mengabaikanmu bahkan mungkin Zai merasa kurang kasih sayang ya nak? Maaf ya nak? Maafkan ibumu ini," lirih Lily sendu.
Tangisan Zaitunna semakin terdengar menyakitkan saat ibu yang memberikan banyak hal pada dirinya meminta maaf rasanya hatinya tak sanggup menyimpan semua dukanya sendirian dan Zaitunna tak masalah dengan keluarga yang ia miliki hanya saja hatinya ingin merasakan rasa cinta seperti anak lainnya.
"Apa yang terjadi pada Zai itu bukan salah ibu, memang semesta ingin Zai seperti ini dan ibu gak seharusnya menangisi apalagi meminta maaf begini bu! Zai gak apa-apa diberikan keluarga yang seperti ini, Zai ikhlas kok! Hanya saja Zai ingin merasakan cinta seperti anak lainnya bu? Zai ingin tumbuh dengan perasaan hangat bu," gumam Zaitunna sedih.
Sebenarnya Lily ingin melepaskan gadis itu untuk memperjuangkan cinta yang mungkin sedikit bisa menghiburnya, tetapi hatinya terlalu sayang pada gadis itu dan khawatirnya diluaran sana Zaitunna semakin hancur berantakan tanpa dirinya.
"Jadi begitu ya nak? Sebenarnya ibu bisa melepaskanmu untuk memperjuangkan cinta yang kamu inginkan, tetapi hati ibu terlalu sayang padamu nak! Ibu khawatir kamu akan hilang arah bila tanpa ibu di sampingmu? Tolong tetaplah di sini dan izinkan ibu berusaha lebih baik lagi ya Zai! Ibu tidak akan pernah sanggup jika kehilanganmu sayang," ucap Lily sedih.
Zaitunna yang mendengar ucapan sedih dari Lily seketika merasa ikut bersedih lalu dengan lembut Zaitunna menghapus jejak-jejak air mata di pipi ibunya dan Lily menggenggam tangan Zaitunna erat dan ia memohon untuk gadis itu lebih bersabar dengan keadaan yang mereka miliki saat ini.
"Ibu jangan menangis lagi ya? Zai tidak akan pergi kemanapun kok! Aku tak ingin mencari hal yang belum tentu untukku bu sebab jika aku memperjuangkan keluarga yang sudah lebih dulu membiarkan aku berada dijalanan tidakkah itu hanya menggores hatiku saja? Jadi aku akan tetap di sampingmu apapun keadaan kita saat ini," gumam Zaitunna lembut.
"Janji ya nak? Ibu benar-benar memohon padamu untuk jangan tinggalkan ibu sendirian Zai? Melihat matamu mengingat ibu pada seseorang dan ibu benar-benar tak ingin merasakan perasaan yang sama kedua kali sayang! Untuk itu ibu mohon Zai lebih bersabar dengan ibu dan keadaan ini ya sayang! Ibu akan melakukan segala hal demi kamu Zai," lirih Lily sendu.
Rasanya Zaitunna benar-benar begitu senang hingga tak ada kata-kata yang ia ucapkan selain kepalanya mengangguk-angguk tanda jika dirinya setuju dengan ucapan ibunya lalu sebelum Lily pergi dari kamar Zaitunna, ia mengusap-usap kepala Zaitunna lembut sambil mendoakan kebahagiaan untuk putri kesayangannya.
"Terkadang menjadi seorang ibu bisa dilakukan oleh siapapun, tetapi ibu tak ingin menjadi ibu yang melupakan bahwa ibu punya tanggung jawab akan pertumbuhanmu Zai! Ingat ini sayang, mungkin ibu tak memahami rasanya menjadi dirimu, tapi kapanpun kamu membutuhkan ibu! Kamu bisa andalkan ibu dan seberat apapun masalahmu ceritakan pada ibu ya sayang! Jangan lalui rasa sedihmu sendirian karena kamu putri ibu," ucap Lily lembut.
Setelah ibunya pergi dari kamarnya tak lama Zaitunna kembali memeluk lututnya sambil gadis itu menenggelamkan kepalanya di lututnya, sebenarnya Zaitunna sedih bukan karena hidupnya yang serba kekurangan atau dirinya yang hanya memiliki ibu melainkan ia hampir mengakhiri hidupnya karena pengaruh mereka yang tak terlihat padahal ibunya sangat menyayangi dirinya.
"Aku akan sangat menyesal jika tadi Dixie tak menolongku mungkin sekarang ibu sedang menangisi ragaku yang terdiam kaku karena dipengaruhi atma yang tak terlihat untuk melompat dari jembatan itu! Beruntungnya tidak begitu dan aku gak tau mataku mirip siapa, tetapi tatapan dan rasa sayang ibu terasa nyata sekaligus menyakitkan jika saja aku kehilangan nyawaku mungkin aku benar-benar menghancurkan hatinya! Maafkan aku ibu," gumam Zaitunna sendu.
Dalam diam Fajn dan Rulhan menatap Zaitunna dengan tatapan iba lalu tak lama Fajn mulai berusaha menghibur nonanya dan tak ada tanggapan apapun dari Zaitunna sementara Rulhan yang tidak tega melihat Zaitunna terus-terusan seperti ini membuatnya mengajak ngobrol berharap gadis itu melupakan kesedihannya.
"Untuk apapun yang terjadi itu diluar kendalimu, Zai! Setidaknya apa yang kamu takutkan tidak terjadi dan sekarang ibu sama Zai malah baik-baik saja kan? Terkadang hal yang dipikirkan terlalu banyak hanya akan membuatmu lupa bahwa ada hal lain yang patut Zai syukuri! Sudah jangan bersedih lagi ya," ucap Fajn lembut.
"Kalau diingat-ingat soal memperjuangkan mendapatkan Aiko rasanya aku jadi teringat cinta itu memang hal yang diinginkan semua orang, tetapi hari yang aku lalui saat itu tidaklah mudah bahkan setelah berhasil menjadi kekasihnya bukan bahagia yang aku rasakan malah sekarang aku jadi berakhir seperti ini dan cinta yang aku miliki masih tak berubah sedangkan ia tak mencariku! Kasihan sekali ya aku," tutur Rulhan santai
Rulhan tau mungkin ceritanya terasa menggelitik dan membosankan untuk Zaitunna, Kuntilanak dan Fajn, tetapi ia ingin Zaitunna tau seberapa besar perasaannya untuk Aiko dan sesulit apa perjuangan dirinya demi mendapatkan Aiko hanya agar pikiran Zaitunna teralihkan.
"Sepertinya apa yang aku katakan akan terdengar konyol untuk kalian atau bahkan biasa saja, tapi melalui hari di mana usahamu terlihat tak berarti bukanlah hal yang mudah bahkan kadang apapun yang aku lakukan selalu di anggapnya remeh? Menyedihkan, tapi aku masih sangat mencintainya dan parahnya aku " tutur Rulhan serius.
Sejenak Zaitunna mengangkat wajahnya dan menatap pemuda itu lekat sebab rasanya ada hal yang terasa aneh saat Rulhan menceritakan perjuangannya ini lalu tak lama Kuntilanak dan Fajn menyahuti cerita pemuda itu dengan tak percaya.
"Tunggu! Rasanya ada yang aneh kenala Aiko tak mencari Rulhan ya? Terus dia tau darimana? Memang kapan terakhir kali mereka bertemu sampai dia menjadi begini? Lagian kenapa dia menjadikan Rulhan kekasih kalau apapun yang dia lakukan malah di anggap remeh? Bukankah sebaiknya ia menolaknya sejak awal agar dia tak terluka begini ya?" batin Zaitunna bingung.
"Jelas sekali memang konyol! Habis berakhir menyedihkan dan mencintai gadis yang tidak mencintaimu! Rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak deh, tetapi ceritamu ini terdengar seperti karangan belaka ya! Berhentilah membual untuk menghibur orang lain nanti kamu akan dijauhi jika tetap melakukan hal demikian," ledek Kuntilanak tak percaya.
"Biasanya gue gak setuju sama omongan makhluk gak jelas satu ini, tetapi kali ini ucapan dia terdengar lebih masuk akal dibanding anda Rulhan! Manusia tidak bisa menyenangkan atau menghibur semua orang jadi kamu tidak perlu bersusah payah untuk hal yang tak berguna untuk dirimu ini Rulhan," sahut Fajn santai.
Bukannya marah Rulhan malah terkekeh saat mendengar ucapan dari Kuntilanak dan Fajn yang sudah bisa ia tebak jika mereka pasti akan berpikir seperti ini toh dirinya memang melalui hal itu dan hanya memori yang tersisa di kepalanya.
"Ahahaha! Kalian tak salah jika berpikir demikian toh aku sudah memperkirakanjua dan pada kenyataannya aku melalui hari-hari menyedihkan itu sendirian! Aku mengejarnya seolah-olah dia memang poros hidupku dan kini semua itu hanya memori yang tersisa di kepalaku selain rasa sakit yang belum hilang dari ingatanku," kekeh Rulhan.