Ketahuan Milka

1387 Words
Sissy menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya begitu Elkan berguling ke sebelahnya. Peluh keringat membanjiri kedua manusia itu. Elkan yang puas karena hasratnya terpenuhi dan Sissy yang semakin jijik pada tubuhnya sendiri. Sebuah perbedaan yang sangat kentara. Sissy terpejam sejenak sembari memijat pelipisnya. Meyakinkan dalam hati kalau ini yang terakhir. Setelah ia berangkat ke Jogjakarta dan menetap di sana, maka urusannya dengan Elkan pun akan berakhir. Suara dengkuran halus menyadarkan Sissy kalau laki-laki disebelahnya terlelap. Sissy berdecih. Begitu santainya Elkan tidur setelah puas menyetubuhinya tanpa belas kasihan. Sissy jadi berpikir, apa Elkan tidak pernah merasa bersalah telah bersikap kurang ajar kepadanya? Sissy cukup terkejut saat melihat sepasang tato sayap berukuran besar di punggung lebar Elkan. "Kak...." Tidak ada sahutan dari Elkan. Sepertinya tidur laki-laki itu sudah sangat pulas. Sissy menggoyangkan bahu Elkan, mencoba untuk membangunkannya. Ia harus segera pergi dari sini, tapi sebelum itu ia harus memastikan semua foto dan video yang Elkan simpan sudah terhapus semua. "Kaaaak!" Suara decakan terdengar. Elkan mulai terganggu dengan tangan Sissy yang terus menggoyangkan bahunya. "Bangun dulu! Mana janjinya tadi?" Elkan mendengus kasar. Lalu membalik tubuhnya menatap Sissy dengan wajah kesal. Dalam beberapa saat, Sissy terhipnotis akan ketampanan Elkan. Dia memang mempunyai wajah yang luar biasa tampan, namun sayang, dia tidak mempunyai hati yang lebih tampan dari parasnya. Sissy terpejam rapat. Menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan diri kalau laki-laki di hadapannya ini adalah sosok b******k yang sudah menghancurkan harga dirinya. "Enggak! Gak boleh bilang ganteng! Dia itu jelek! Buruk rupa! Bahkan jauh lebih jelek dari monyet!" Elkan mengerut heran melihat kelakuan Sissy. "Ini gue gak bener-bener abis having s*x sama cewek gila kan?" Ucapan Elkan menyadarkan Sissy. Perempuan itu langsung membuka mata, menatap tajam si pemilik suara tadi. "Lo yang gila!" Sissy mencoba duduk meski harus hati-hati karena sakit di bawah tubuhnya. Ia menahan selimut di d**a agar tidak melorot dan mempertontonkan bagian atas tubuhnya di depan Elkan. Walau memang laki-laki itu sudah lebih dari sekedar melihat tubuhnya. "Gak usah banyak omong. Gue udah turutin apa mau lo dan sekarang gue mau nagih janji lo sama gue. Mana handphone sama laptop lo sekalian. Gue mau pastiin gak ada lagi aib gue di tangan lo, Kak." Elkan tersenyum mengejek. Kemudian ia menyerahnya handphone-nya kepada Sissy. "Laptop ada di meja kerja," ucapnya sambil melempar kode mata. Elkan beranjak dari ranjang. Melangkah tanpa malu ke kamar mandi dengan tubuh polos. "Dasar orang gila gak tahu malu," gumam Sissy sambil menggelengkan kepala. Sissy tersentak kaget saat menemukan banyak sekali fotonya di handphone Elkan. Bukan hanya foto saat dirinya di jamah oleh Elkan pada malam itu saja, melainkan juga foto candid dan foto selfie yang Sissy posting di i********: pribadinya. "Kok?" Sissy mengangkat pandangannya menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Suara gemericik air terdengar, sepertinya Elkan sedang mandi. Sissy akan tanyakan langsung kenapa foto-fotonya bisa ada di handphone Elkan. Setelah memastikan foto dan video aibnya terhapus di handphone, kemudian Sissy beralih mengecek di laptop Elkan. Namun ia tidak menemukan satu pun foto atau video aibnya di sana. Akan tetapi, wallpaper yang terpasang di laptop tersebut adalah fotonya. Sissy duduk termenung. Apa mungkin Elkan menyukainya? Sissy segera menggelengkan kepala, menepis dugaan itu. Kalau memang Elkan menyukainya, dia pasti tidak akan tega merusaknya. Jadi, apa maksudnya ini? "Lho? Handphone gue," ucap Sissy saat menyadari ada handphone miliknya yang tergeletak di dekat laptop. Pandangannya mengedar ke sekeliling, lalu Sissy menemukan keberadaan tas-nya yang tergantung di sudut ruangan. "Jadi Kak El yang ngambil handphone sama tas gue di klub," gumamnya seraya menggelengkan kepala. Sissy pikir handphone dan tasnya dicuri oleh orang lain. Begitu pintu kamar mandi terbuka, Sissy langsung berjalan cepat menghampiri laki-laki itu. "Kenapa ada banyak foto gue yang tersimpan di handphone lo, Kak? Apa tujuan lo sebenarnya? Lo udah nargetin gue dari lama, ha? Dan kenapa lo gak bilang kalo handphone sama tas gue elo yang ambil?" Elkan berdecih lalu tersenyum mengejek. "Penting itu semua buat gue jawab?" "Penting!" Elkan menyeringai licik. Ia mencondongkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Sissy. Lalu menyentuh dagu perempuan itu. "Gue pernah bilang kalo lo punya masalah sama gue, kan? Dan masalah itu ada di bibir lo." Sissy menautkan alis. Menepis kasar tangan Elkan hingga terlepas dari dagunya. "Jangan bilang selama ini elo jadiin gue fantasi s*x lo, Kak?" Ucapan Sissy dibalas senyuman lebar oleh Elkan. Elkan menegakkan tubuhnya, melipat tangannya di depan d**a. Melihat reaksi Elkan seperti ini, membuat Sissy menggeleng tak percaya. "Sumpah! Elo manusia tergila yang pernah gue temuin, Kak." Elkan tertawa mengejek. "Gila? Itu normal, Sissy." Pintu kamar dibuka dari luar. Perhatian keduanya teralihkan pada seorang gadis yang berdiri terkejut di depan pintu. Jantung Sissy seperti akan lepas saat melihat keberadaan Milka di sini. Gadis itu datang sambil membawa paper bag. Desty memintanya untuk mengantarkan makanan kepada Elkan. Milka yang membawa kunci apartemen ini pun langsung masuk tanpa harus menekan bel terlebih dahulu. Dengan tubuh Elkan yang terbalut handuk di pinggang dan Sissy yang hanya mengenakan selimut putih untuk menutupi tubuh polosnya, membuat Milka dengan mudah menebak apa yang telah mereka lakukan di sini. "Mil...." Sissy sudah pucat. Sementara Elkan tampak menikmati pemandangan seperti ini. Dengan santainya dia berjalan ke walk-in closed, meninggalkan Sissy dan Milka yang masih dalam keterkejutan. "Gue butuh penjelasan dari lo sekarang juga, Sy." *** Senja terlihat indah menghiasi pemandangan di sore hari. Milka mengajak Sissy ke kafe terdekat dari apartemen Elkan. Dengan diiringi derai air mata, Sissy menjelaskan kejadian pada malam itu kepada Milka. Milka terpejam sambil memijat pelipisnya yang berdenyut. Sungguh ia tidak menyangka kalau Elkan bisa berbuat kurang ajar kepada Sissy. "Gue malu buat cerita sama lo, Mil. Gue ngerasa hina. Gue gak mau lo mandang gue rendah karena dijamah sama cowok diluar pernikahan," ujar Sissy. Milka mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengusap punggung tangan Sissy yang berada di atas meja. "Iya, Sy. Gue bisa ngertiin posisi lo. Tapi lo harus tahu, yang rendah itu bukan elo, tapi Kak El. Dia rendah, dia hina, dia kurang aja, dia b******k, dan gak punya hati." Sissy menatap sendu Milka. "Gue beruntung punya elo, Mil. Sumpah, gue beruntung banget bisa punya sahabat sebaik lo gini." Milka tersenyum haru sambil mengusap air mata Sissy. "Sekarang gue harus apa, Sy? Apa gue harus ngomong sama Papa supaya Kak El bertanggung jawab buat nikahin lo?" "Enggak. Lo cukup diem. Gue gak mau ada orang lain yang tahu tentang apa yang terjadi antara gue sama Kak El. Gue mohon, Mil, lo jaga rahasia ini ya?" "Tapi Kak El udah keterlaluan sama lo, Sy. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya." Milka sangat terluka saat mendengar penjelasan Sissy. Apalagi Sissy pernah frustasi sampai melukai dirinya sendiri hari itu. "Kalo bertanggung jawab dengan cara dia harus nikahin gue, lebih baik enggak usah, Mil. Gue gak mau terjebak seumur hidup sama cowok yang udah ngerusak gue dengan begitu tega. Dan kalo jalur hukum yang harus gue ambil, gue juga gak bisa, gue terlalu malu. Gue malu kalo ada banyak orang yang tahu tentang ini. Gue gak siap jadi pusat perhatian dalam kasus kayak gini." "Tapi elo gak salah, Sy." "Ya. Gue emang korban di sini. Tapi itu gak menutup kemungkinan tanggapan orang akan selalu baik sama gue. Apalagi kejadiannya berawal di klub malam. Itu bakal jadi boomerang buat gue, Mil." Milka menghela napas. Menatap Sissy dengan sendu. Apa yang dikatakan Sissy benar. Kalau sampai berita ini menyebar, maka akan lebih banyak yang menghujat Sissy daripada Elkan. Orang-orang akan menertawakan Sissy dan menanggap ini hukuman karena bermain di tempat yang tidak baik. "Janji sama gue, Mil. Lo bakal simpen rahasia ini baik-baik, okay?" Milka mengulas senyum. Mengangguk beberapakali sambil memegang tangan Sissy. "Gue janji bakal jaga rahasia ini. Tapi lo juga harus janji sama gue, sekecil apapun masalah yang lo punya, lo harus cerita sama gue. Sekalipun gue gak bisa ngasih solusi sama lo, tapi gue bisa jadi pendengar yang baik buat lo." Sissy mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menangis karena terharu akan kebaikan Milka. Pandangan Milka jatuh ke handphone Sissy. "Lebih baik lo ganti handphone sama kartunya sekalian. Jangan sampe Kak El tahu keberadaan lo. Walaupun semua foto sama video lo di hape Kak Elkan udah dihapus, tapi itu gak menutup kemungkinan kalo dia masih punya duplikatnya. Jangan sampe Kak El memanfaatkan lo lagi dengan ancam-ancamnya." Sissy mengangguk. "Lo harus lari, Sy. Lari sejauh yang lo bisa. Lupain semua hal yang nyakitin lo. Mulai jalani hidup baru dengan yang lebih baik. Lo pantes bahagia. Dan lo memang harus bahagia."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD